Notice 2

42 0 0
                                    

Notice II

Dia serupa sastra, tentangnya, kata mengikat satu sama lain dalam estetika yang tidak biasa. Tak ada definisi yang cocok, padanya aku mengintip dalam diam, dibalik suara gawai gim. Katanya, dia akan sulit, bukan sesuatu yang bisa kusentuh, bukan karena tuntutan. Semesta berbisik, hatinya masih kelam.
-

" Heh Yo, serius amat sih muka lu, mikirin apa sih? ", sudah setahun ini Dayo memutuskan buat ngekos, bolak balik Bogor-Sudirman Dayo pikir itu cuma bikin dia makin mirip tengkorak jalan, ditambah fisiknya yang lumayan tinggi, Iman sering nyebut dia tongkat galah. " Biasa Man, masalah kehidupan, " jawabnya santai. Disisi lain juga cemas, karena tiap Iman, yang litterary adalah tetangga kosan, yang paling mencemaskan adalah, kalau manusia satu ini mampir biasanya dia cuma mau nyolong indomie, kopi, gula, belom lagi kalau numpang charging, udah deh, gak ada bedanya sama arca Roro Mendut, geser aja nggak.

" Hilih kehidupan naon kali, paling juga lu mikirin cewek, " Iman berdecak kecil, satu tangan megang hp, dan yang lainnya ngaduk kopi pakai bungkusnya. Ciri khas anak kosan banget.

Dayo menghiraukannya, mikirin cewek, kenyataannya emang begitu, dan itu bukan sesuatu yang bisa disangkal. Manusia sudah pasti gampang banget buat bohong, tapi buat apa juga bohong, toh gak ada merugikan orang juga. Itu prinsip yang selalu ibunya tekankan buat Dayo dari balita, bohong cuma bisa nambah masalah.

Pikirannya kembali mengarah ke Katya, " mas Dayo, " begitulah dia memanggilnya, melabeli dengan 'mas'. Seperti tembok, menghalangi Dayo buat melangkah lebih jauh. Pemisah yang memang dibangunnya, biar gak ada orang yang mendekat.

Kadang Dayo berpikir, sesakit hati apa dia dulu. Dengan wajahnya aja, pasti banyak yang memohon kesempatan untuk dibukakan sedikit saja hatinya. Gita bilang, Katya itu beda, bukan seseorang yang akan dengan senang kalau dia diukur dengan wajah. Lalu apa yang bisa orang nilai kalau dia aja menutup diri, jadi harusnya wajar jika orang menilai dia duluan dari wajahnya.

" Yo, itu sebabnya lu cuma stuck di posisi lu sekarang, lu gak bisa lebih jauh buat deket sama Katya, pikiran lu sama kayak lelaki pada umumnya. " Ucap Gita, disuatu momen istirahat makan siang, sementara Katya, cuti, entah kemana. Menegaskan secara tersirat, menyerah ajalah Yo, Katya itu terlalu sulit buat lo.

" Katya selalu merasa, kalau orang sudah memutuskan buat suka sama seseorang, harusnya itu karena lo kenal sama dia, bukan cuma soal dia punya muka yang lumayan. " Gita menepuk-nepuk pundah Dayo, " sabar ya Yo, cewek di gedung ini banyak kok, tapi jangan sama gue ya Yo, gue udah punya suami. "

Sesaat Dayo ketawa, gimana bisa cewek ini temenan sama Katya, dia beda jauh sama Katya.

" Tapi, suka itu bukan suatu yang bisa diputuskan dengan cara mikir semaleman doang mbak. Ya memang pertama dari wajah, tapi makin kesini, gue ngeliat Katya kayak orang sedih banget. Yah kadang gue benci juga sih sama sikap dia yang masa bodo, dan seolah dia orang paling menderita cuma karena ditinggal, kenapa juga sih dia harus sedih berlarut-larut mikirin orang yang gak bisa menghargai keberadaan dia, wasting time banget mbak, padahal ada beberapa orang yang mau bikin dia bahagia, semuanya kehalang satu orang itu. " Ditariknya nafas pelan pelan, emosi bercampur aduk, dia juga merasa bingung, apa marahnya yang sekarang karena tak ada balasan perasaan yang sama dari Katya, atau memang karena Katya sendiri yang terlalu terikat dengan dukanya sendiri dan membuat pembatas sendiri dengan orang lain.

" Lu tau gak Yo rasanya waktu lu cinta banget sama orang, cinta mati isn't some of bullshit, it's really exist, not only in Romeo and Juliet, for some people, contohnya Katya, she loves like a godda*n Juliet. " Dan siapun Romeo yang jadi pilihan Katya dulu, nggak berpikir bahwa dia adalah Romeo, batin Dayo. " Dari awal Katya selalu berpikir, hubungan dia bakal baik-baik aja, hubungan dia bakal berhasil, and everything seems fine at once, dia seneng banget, but that boys doesn't have something in common with her, yah singkat cerita, all of sudden everything screwed up, they're broke up, dan kayak yang lu liat sekarang. " Gita menarik nafas panjang, mukanya sesaat muram, seolah itu hal yang dia alami sendiri. " Gue sendiri menyayangkan sikap naifnya, yahh waktu seumuran dia gue juga pernah gitu kok Yo, patah hati hebat. "

NoticeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang