[ Katya PoV ]
Jika ada pertanyaan berapa jumlah lelaki yang bersangkutan atau bersebrangan dengan hidup gue, jumlahnya gak akan bisa gue sebutkan dengan pasti, i'm just gonna say, a lot. Keluargapun bukan tipikal keluarga cemara yang bahagia, gue memilih tinggal dengan ayah dan bang Allan, mereka dua lelaki yang memiliki artian berharga dalam angka yang tak terhingga. Sementara ibu gue memilih tinggal di apartemen, well she sure had much money, sudah lama sejak terakhir kali gue melihatnya, i think m okay with her decision to leave my dad, tapi gue tidak pernah merasa baik baik saja untuk ngobrol barang sebentar dengan dia. Di rumah, ada bapak dan Allan, di kerjaan ada Dayo, lalu ditambah Kala, kan, ada banyak lelaki, betapa mereka surround my life like a bacteria dalam yakult, seperti organisme mikro yang membentuk susunan kekebalan tubuh manusia, partikel kecil yang saling terhubung membentuk sesuatu yang bisa dilihat dengan mata telanjang.
Kemudian disinilah gue, di kamar, dengan cahaya remang dari tumblr lights, playlist musik akustik Spotify yang diharapkan bisa bikin tenang dan tidur tapi nyatanya selalu gagal. Melihat kembali waktu yang sudah berlalu ke belakang, mengingat seseorang. Cupu memang, betapa sebutan galon, A.K.A gagal move on tersemat dan begitu identik dengan gue. Allan dan bapak selalu meyakinkam gue, that's okay, you'll be alright, you had me darl. Namun rasanya semua gak cukup, senang dirasa waktu mereka selalu ada buat gue, lalu gue merasa tenang, seperti yang mereka bilang semua bakal baik-baik aja. Sampai ada saat dimana pikiran itu kembali muncul, like a rabbit from magician hat. Abrakadabra, dia membawa lagi gue, ke waktu itu, waktu dimana masalah lain gak terasa lebih berat dibanding sekarang. Sialnya banyak sel neuron di otak ini yang menolak lupa, setidaknya merasa baik-baik saja ketika dia mampir di ingatan pun tidak bisa.
Thinking about him and i feel okay, untuk sekarang itu masih sulit.
Allan sebenarnya gak pernah suka gue dengan dia, katanya seperti ada yang mengganjal di pikirannya tiap mengingat gimana banyak dari mutual friends dia dan hantu masa lalu gue berkata that we are just friends. Dari situ aja, Allan sudah merasa marah.
Tentang fakta soal 'dia' yang menghilang, tanpa alasan, soal dia yang mengakhiri hubungan dengan cara ' hey, temen Katya ya, bilangin gue pamit, jangan cari gue lagi '. Yah, that was real, dia bahkan nitip pesan itu sama orang yang bahkan gak gue kenal. Okay, kami sekelas di mata kuliah fotografi, but it doesn't make her as my friend. Rumor beredar, selayak sel kanker yang tau tau voila, stadium empat, siapin kain kafan. Terasa kejam?, Yah memang begitu. Kalimat yang dia katakan cuma terasa seperti kalimat titip salam dua orang yang udah beberapa tahun gak ketemu, cuma basa basi biasa yang gak berarti. But it does for me.
Kaget, terbuang, dan malu.
Dua semester, itu waktu yang dibutuhkan untuk gue merasa gak ada orang yang kenal gue, cewek yang yang terlalu posesif dalam cara yang psycopathic, sampai si cowok gak berani bilang langsung ke gue, sampai sampai dia bilang lewat orang lain karena takut gue akan berbuat sesuatu yang ekstrim dan radikal. Mereka memandang gue seperti gue ini adalah anggota ISIS. Kenyataan yang dibuat oleh asumsi sesat orang lain.
Mia dan Hannon, dua sahabat gue semasa kuliah, mereka berusaha meluruskan pandangan orang lain soal gue. Ini kondisi dimana gue menyanyikan lirik ' reputation precedes me ' di bagian lagu Reputation milik Taylor Swift selalu gue nyanyikan dengan keras. Kebanyakan orang berkata iya, iba dan mengasihani gue lewat klarifikasi baik dari Mia atau Hannon, namun di satu sisi, mereka lebih meyakini rumor yang beredar.
Sejujurnya, gue merasa senang mendapati orang lain nyaman dengan kehadiran gue, i like it when m become the center of everything, beda dengan Allan yang cenderung geek. Itu sebabnya, walau gue sudah cuti dua semester, rumor itu gak pernah hilang seratus persen. It lies with me till the day i graduated.
Rabu, 07 Maret 2018. Hal yang membuat gue kembali teringat dengan ini semua adalah cowok bernama Iman. Representasi bayangan dari hantu masa lalu gue, saking karibnya mereka.
" Kat, kok gak dimakan?, " tanya Dayo heran, dia dan Iman bergantian menatap gue. Walau Iman memilih untuk pura-pura tidak mengenal gue sama sekali, matanya berkata lain, ada kaget dan entahlah, mungkin aneh dengan takdir yang mengiring dia ke gue.
" Gak apa kok mas, ini juga mau makan. " Lama Dayo menatap curiga, menerka, berusaha membaca apa yang tidak beres dengan otak gue, dia menebak gue sakit, satu kesimpulan yang dia dapat waktu melihat gue yang seperti gak suka dengan mie ayam. Padahal ini makanan favorit banget.
" Lu sakit ya?, " tanyanya lagi yang gue jawab dengan gelengan kepala. Mie ayam di depan gue rasanya mendadak gak enak karena sedari tadi mata Iman terus mengekor gue. Gue bahkan nggak memperhatikan Dayo yang ngambil potongan ayam di mangkok gue dengan seenaknya. " Enggg, eh Yo, gue balik duluan yak, dipanggil mbah boss, " kata Iman tiba tiba. " Ohh yaudah, gue juga udah mau balik kok, " gue dan Dayo beranjak, gak lama setelah Iman pergi.
" Kat lu kenapa sih?, dari tadi ngelamun mulu kayaknya, " tanyanya lagi, mungkin menegaskan apa yang dia pikirkan, menekankan kalau gue sedang gak sehat. " Gue baik-baik aja kok mas, hemm mungkin tadi lagi kesambet hehe, " jawabku, yah masih dengan cara yang sama, bumbu senyum dan kekeh palsu. " Eh dasar ini anak, " dia menjawil pipi si gue, mukanya tersipu. Oh apa ini?. " Yuk balik. "
Di jalan menuju kantor, pikiran gue terbagi, hingga sekarang, nyaris dini hari, antara dia dan entah apa yang selalu dibilang mbak Gita soal Dayo.
Notifikasi chat masuk membuat layar hp yang tadinya redup kembali menyala terang, bapak sering marah soal ini, kalau memang belum bisa tidur lampu kamar dinyalain aja, gak bagus buat mata main hp di ruangan gelap, katanya.
Kala : Kat, udah tidur?.
Gue menarik nafas pelan-pelan. Mengabaikan pesan chat Kala, saat ini gue merasa cukup dengan diri sendiri. Seseorang yang bertanya sudah tidur?. Sudah makan?. Lalu pertanyaan basa-basi lain yang bagi beberapa perempuan itu merupakan bentuk perhatian, such as a sweet thing, saat ini gue belum membutuhkan seseorang seperti itu. Sendiri, kita nggak akan terluka.
Cemen kali kau Katya. Jerit sebagian dari diriku yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice
RomanceTo the time passed, to every moment i saw you, i hope you notice.