6. Her

3.7K 562 193
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

6. Her

Park Jiyeon menikah dengan Kim Myungsoo beberapa tahun yang lalu, keduanya saling kenal karena sama-sama tinggai di panti asuhan. Mereka berdua awalnya tidak dekat satu sama lain selama berada di sana, tapi entah bagaimana ceritanya seiring dengan bertambahnya usia keduanya berubah menjadi dekat. Sayangnya Park Jiyeon tidak seberuntung Kim Myungsoo yang pintar dan juga mendapatkan sokongan dari pendonasi panti asuhan sehingga bisa bersekolah bahkan kuliah. Keduanya kompak keluar dari panti asuhan bersama ketika merasa sudah cukup siap dan bisa kerja paruh waktu.

"Jadi― siapa dokter cantik itu? Tidak bisanya kalian kompak seperti itu." Jiyeon datang menemui Myungsoo di ruang tamu dengan segelas susu di tangannya, untuk dirinya sendiri karena dia sulit tidur. Sengaja tidak membuatkan untuk Myungsoo, karena pria itu tidak akan meminum segelas susu, jadi percuma saja dia membuatkan pria itu minuman tersebut. Sedangkan Myungsoo yang sedang menonton televisi tidak menatap Jiyeon, terlalu asik dengan berita malam yang sedang ditayangkan.

"Mengacuhkanku hah?" Jiyeon meletakkan gelas susunya di atas meja, beralih mengambil remote lalu mengganti saluran dengan acara yang tak Myungsoo sukai. Pria itu mendesis tepat setelah Jiyeon mengganti saluran, melirik wanita itu dengan kesal. "Jangan menggangguku Park Jiyeon," kalau Myungsoo sudah menyebutkan nama lengkap seperti itu, berarti dia benar-benar tidak suka kegiatannya diganggu. Biasanya pria itu memang demikian kalau dalam mode tak suka diganggu. Jiyeon yang sudah terbiasa tidak mengindahkan terguran.

"Cerita dulu. Siapa wanita itu?"

"Apa kau baru saja cemburu nona?" Myungsoo akhirnya mengalah, memilih untuk menyandarkan punggungnya pada kepala sofa sembari memperhatikan televisi yang sedang menayangkan acara yang entah apa, dia tidak suka menonton sesuatu yang seperti itu. Tapi juga tidak bisa mengganti saluran karena remotenya telah dijadikan sandera oleh Jiyeon.

"Anggap saja begitu," Jiyeon menyembunyikan remote televisi di belakang tubuhnya, melipat kedua kaki di atas sofa dengan tubuh yang miring menghadap Myungsoo. Dia benar-benar penasaran dengan doker cantik yang Daamin ceritakan, Myungsoo dan Daamin itu sama, sama-sama tidak mudah mengatakan kata cantik pada sembarang wanita. "Jadi katakan padaku, siapa dia?" desak Jiyeon lagi, rasa penasaran sudah benar-benar menguasai dirinya.

"Kau ingat tidak dengan gadis kecil yang membuatmu iri waktu kita di panti asuhan," Myungsoo malah membicarakan masa lalu, menanyai apakah Jiyeon ingat atau tidak. Wanita itu tentu saja mengernyit heran, tapi tetap mencoba untuk menebak jawaban atas kalimat Myungsoo tersebut. "Gadis kecil? Panti asuhan? Siapa?" dia menggelengkan kepala tanda tidak ingat.

"Itu― gadis kecil yang seperti putri negeri dongeng. Yang selalu memakai dress mahal, sepatu manis dan juga bando lucu. Gadis kecil yang kau tulis dalam kertas harapanmu, kau menulis bahwa kau ingin menjadi seperti dirinya. Kau tidak ingat?"

Kerutan di kening Jiyeon semakin banyak dan jelas, dia benar-benar mencoba untuk mengingat sekarang dan tidak hanya sedang berpura-pura mengingat. Kalau Myungsoo sudah buka suara seperti ini, tampaknya itu adalah masalah yang cukup penting. "Ah! Aku lupa." Jiyeon akhirnya menyerah dengan tangan yang memegang kepala, berlagak seperti dia sedang sakit kepala.

"Masa iya tidak ingat?"

"Serius Myung, kau tahu aku kan? Ingatanku tidak setajam dirimu," Jiyeon tersenyum polos dengan deretan gigi yang ia perlihatkan, "memangnya dia kenapa? Kenapa tiba-tiba membahas masa lalu?"

HER [READY PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang