8. Her

3.9K 596 155
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

8. Her

Suzy memberanikan diri untuk kembali ke ruang kerjanya bersama dengan Myungsoo ―yang akhirnya ingat bahwa dia butuh kunci mobilnya―, kedua orang itu memutuskan untuk menaiki lift tidak seperti mereka turun tadi yang sama-sama menggunakan tangga. Mau itu Suzy ataupun Myungsoo tak ada yang bicara, suasana di antara keduanya benar-benar canggung sekarang. Tentu saja karena apa yang mereka lakukan tadi, Suzy seketika merasa malu sendiri mendapati mereka saling menggengam tangan satu sama lain.

Untunglah ruangan wanita itu kosong, tidak ada yang menunggunya terutama Lee Min Ho atau juga Bae Jin Ye. Setidaknya untuk hari ini Suzy ingin menghindari kedua orang itu, dia hanya tak ingin benar-benar tampak lemah di depan keduanya walaupun harus Suzy akui bahwa dia memang lemah. Myungsoo menutup pintu geser itu, menimbulkan bunyi yang cukup keras membuat Suzy tersadar akan pemikirannya sendiri. Tentang apa yang Min Ho dan Jin Ye lakukan di ruangannya sembari menunggu dia tadi. Tidak, seharusnya Suzy tidak memikirkannya.

"Jiyeon eonni bilang Daamin meletakkanya di mana?" Suzy berdehem sesaat sembari berkata demikian, mendekati kursi kerjanya hanya untuk mengambil mantel dokter yang terlampir di sana.

"Dia bilang di sofa," Myungsoo menuju sofa ruang kerja Suzy, "dan juga, kenapa kau memanggil Jiyeon dengan panggilan eonni?" sedikit mengernyitkan keningnya karena tidak menemukan apapun dia atas sofa tersebut. Apakah ada orang lain yang menggambil kunci itu? Myungsoo seketika merasa heran.

"Karena dia yang meminta, dia bilang bahwa kalian seumuran. Berarti usianya juga dua delapan bukan?" Suzy memutuskan untuk bergabung di sofa dengan Myungsoo, mendapati raut wajah bingung sang pria. Dia merasa bahwa dia harus membantu.

"Begitukah?" Myungsoo menatap Suzy, "berarti kau juga harus memanggilku oppa." Timpalnya lagi, menyentuh belakang lehernya sendiri dengan wajah yang sebenarnya ingin tersenyum tapi dia tahan.

"Em?"

"Aku belum terlalu tua sampai kau harus memanggilku tuan, bapak atau apalah itu. Kalau kau memanggil Jiyeon dengan sebutan eonni, bukankah sudah sepatutnya kau juga memanggilku dengan sebutan oppa?" Kalimat penjelasan Myungsoo itu berhasil membuat Suzy geleng-geleng kepala, tersenyum kecil lalu memasukkan tangannya di celah-celah sofa― tujuan utamanya tentu saja mencari kunci mobil Myungsoo yang katanya tertinggal, semoga saja memang benar demikian.

"Tidak buruk," Suzy memasang senyuman menang, mengangkat tangannya menunjukkan sebuah benda yang ada di genggeman. Myungsoo terkekeh, tidak berfikir bahwa Daamin akan menyembunyikan kunci mobilnya di sela-sela sofa itu. Seharusnya dia bisa menebak, karena Jiyeon juga suka melakukan itu kalau dia sedang makan cemilan. Bungkus kosong akan selalu wanita itu selipkan di manapun yang mempunyai celah, anak dan ibu memang tidak jauh beda.

"Terima kasih." Myungsoo berucap demikian dengan tulus, benar-benar lega kalau kunci mobilnya masih ada di ruangan ini dan tidak dibawa oleh orang lain secara tidak sengaja. Setidaknya dia masih bisa pulang dengan mobil hari ini, "terima kasih juga," dia menatap wanita itu lagi, mengerakkan tangannya guna menerima uluran tangan dari Suzy yang ingin menyerahkan kunci mobil. Untuk sesaat keduanya kembali saling pandang, "aku senang punya seseorang yang ingin mendengarkanku." Myungsoo tersenyum mendengar Suzy berucap demikian. Dia bisa melihat dari sorot mata wanita itu, bahwa ia benar-benar bersyukur atas kehadiran dirinya.

HER [READY PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang