03. Tertarik?

4.2K 260 8
                                    

03. Tertarik

Mata Disha masih menatap kelima cowok yang kini sudah duduk di salah satu meja. Jauh dari meja Disha dan sahabat-sahabatnya.

"Terpesona lo, Dis. Lihat mereka terus," tegur Adel.

"Eh gak kok. Emang mereka siapa Del?"

"Mereka it—"

"Biar gue aja yang jelasin, Del." Indri memotong ucapan Adel, wajahnya terlihat berbinar melihat kelima cowok itu.

"Iya deh lo aja. Btw, Indri fans berat mereka, Dis."

"Mereka itu murid most wanted SMA Pancasila. Murid-murid terbaik di sini, Dis. Biasanyakan kalau most wanted kebanyakan bad boy. Nah yang kali ini beda. Mereka good boys semua."

"Gak semuanya kali, Dri. Lo lupa si Edgar kayak apa? Yang lain sih oke. Apalagi si Natha. Udah tampan, pintar, baik. Duh idaman banget," sahut Dhea yang terlihat kesal saat menyebut nama Edgar, namun tersenyum saat membahas nama Natha.

"Ganggu orang cerita aja lo. Diem dulu. Biar gue cerita dulu. Lo komen nanti aja, kelinci," balas Indri kesal karena Dhea menyela ceritanya.

Disha menatap Indri. "Lanjut, Dri." Indri pun mengangguk lalu melanjutkan ceritanya.

"Yang duduk di sebelah kanan, menghadap ke timur. Itu namanya, Nathaniel Adhyasta. Ketua osis tahun lalu. Paling tampan di SMA Pancasila. Idaman banget pokoknya. Sayanganya dia orangnya irit ngomong."

"Oh... pantes," gumam Disha.

"Lo ngomong apa, Dis?" tanya Dhea.

"Eh, lanjut."

"Terus di sebelahnya itu namanya, Azka. Kapten basket tuh. Di sampingnya itu, Radit. Dia wakil ketua osis tahun lalu, wakilnya si Natha. Yang duduk di depan Azka namanya, Gerald. Di sebelahnya itu, mantannya Dhea," lanjut Indri lalu terkekeh.

"Aduh," ringis Indri ketika Dhea menjitak kepalanya.

"Dia punya nama. Gak usah diperjelas mantan gue kali."

"Mantan lo yang ke berapa tuh, Dhe?" tanya Disha sambil menahan tawa.

"Ketiga, Dis. Tapi gara-gara tuh orang Dhea jadi playgirl."

"Aelah kalian semua sama aja." Dhea mendengus kesal.

"Namanya Edgar, Dis. Mantan Dhea ketiga. Dan setelah putus mereka sama-sama suka koleksi mantan," ucap Indri semakin membuat Dhea kesal.

"Udah elah jangan bahas mantan."

***

Di tempat lain salah satu dari kelima cowok yang katanya good boys itu sedang memperhatikan mereka. Tepatnya memperhatikan Disha.

"Lo lihat Dhea dkk mulu, Nath. Ada yang lo suka?" tanya cowok yang duduk di sebelahnya.

"Natha lo ngapain lihat Dhea dkk? Lo tertarik sama Dhea?"

"Cemburu lo, Ed?" tanya cowok yang duduk di samping cowok yang bertanya tadi.

"Gak lah. Udah gak usah bahas dia. Bahas Natha tuh tumben lihat cewek."

"Eh bentar deh. Kok Dhea dkk ada empat. Bukannya mereka cuma tiga. Nah itu cewek siapa? Cantik banget," ucap cowok yang duduk di sebelah paling kiri.

"Jangan-jangan dia murid baru yang dibicarakan satu sekolahan."

Mereka adalah murid-murid terbaik di SMA Pancasila. Cowok-cowok keren yang banyak dikagumi oleh siswi SMA Pancasila. Keren, pintar, dan berprestasi. Selalu mendapat pujian dari guru-guru. Meskipun ada beberapa juga selalu mendapat teguran.

Nathaniel Adhyasta, atau biasa dipanggil Natha. Pernah menjabat ketua OSIS tahun lalu. Paling dikagumi siswi SMA Pancasila. Sayangnya dia cuek, dan irit ngomong. Dan Natha seperti ketua di kumpulan cowok-cowok itu. Namun, Natha selalu menolak hal itu.

Azka Putra Danendra, atau biasa dipanggil Azka. Seorang kapten basket, yang selalu membuat team basketnya menang dalam setiap pertandingan.

Selanjutnya Radit, bernama lengkap Raditya Pramana. Wakil ketua OSIS tahun lalu. Dia orangnya asik, suka bercanda, suka usil, suka bikin kesel. Tapi kalau serius ya serius. Apalagi saat ia menjabat sebagai wakil.

Kemudian, Geraldo Avian. Biasanya dia dipanggil Gerald. Meskpun termasuk murid terbaik. Namun dia juga murid yang dapat dikategorikan bandel. Suka telat, suka bolos, dan lain-lain. Namun, dia juga berprestasi. Sering memenangkan lomba-lomba dibidang non akademik. Dan dia adalah cucu dari pemilik sekolah ini.

Yang terakhir, si playboy SMA Pancasila. Dia adalah Edgar Fabiano Atharizz, mantan dari Dhea Khalvina Putri. Cowok playboy, dan musuh bebuyutan Dhea. Meskipun terkenal playboy, namun dia berprestasi dibidang akademik. Ia sering memenangkan olimpiade-olimpiade sampai ke tingkat nasional.

"Jangan bilang lo tertarik sama murid baru itu, Nath?" tanya Radit. Natha hanya membalas dengan gelengan kepala.

"Bagus. Bisa gua jadiin mantan yang kek 40 dong." Edgar tersenyum sambil menatap ke arah Disha

"Jangan," ucap Nathan membuat semua terkekeh.

"Katanya gak tertarik, Nath?" tanya Radit.

"Dia bukan orang yang tepat buat lo jadiin mainan." Natha lalu pergi meninggalkan mereka.

"Marah tuh, si cuek," ucap Gerald saat Natha sudah tidak ada di sana.

"Gak biasanya Natha ngomong satu kalimat."

"Apakah kalian berfikiran sama dengan gue?" tanya Radit.

"Gue mencium aroma-aroma yang aneh," lanjut Radit.

"Aroma kentut lo tuh."

"Anjir gue serius nih."

"Sepertinya...." Gerald menggantungkan kalimatnya.

"Ayo kita cari Natha." Azka bersemangat, lalu berdiri. Mereka pun berjalan meninggalkan area kantin.

Dan mereka pun sampai di sebuah ruangan, tepatnya di sebuah gudang. Iya, mereka sekarang berada di gudang. Tempat favorite mereka. Tempat yang kotor, berdebu, berantakan, itu telah menjadi rapi karena ditata oleh mereka sejak kelas X semester 2.

Di sana ada sebuah sofa berukuran sedang, sebuah meja, dan satu tikar. Mereka sudah nyaman berada di sana, jika jam istirahat. Dan selain mereka berlima dilarang ada yang masuk.

"Natha," panggil Azka, Radit, Gerald, dan Edgar saat melihat Natha di gudang itu sedang menidurkan diri di sofa.

"Hm."

"Lo kenal murid baru itu ya?" tanya Edgar. Kini mereka sudah duduk di bawah yang beralaskan tikar.

"Gak."

"Bohongkan lo?" giliran Azka yang bertanya.

"Gak."

"Kok lo marah Edgar bilang mau jadikan murid baru itu korban?" tanya Gerald.

"Gak."

"Ya Allah sabarkanlah hamba menghadapi sahabat hamba yang irit ngomong ini," ucap Radit yang kini mengangkat kedua tangannya seperti berdoa.

"Gak apa sih, Nath? Kalau lo gak marah. Lo gak mungkin larang Edgar."

Natha langsung duduk, dan menatap sahabat-sahabatnya yang dari tadi mengintrogasinya. Lalu membalas, "kenapa harus dia korban Edgar?"

"Kenapa lo tanya?" Edgar balik bertanya.

"Jangan dia. Dia bukan cewek yang perlu lo disakiti Ed."

"Karena lo tertarik dengan dia, iyakan Nath?" tanya Gerald, dan Natha pun hanya mampu terdiam memikirkan pertanyaan Gerald barusan.

Tertarik? Tidak mungkin. Dia baru saja bertemu tadi pagi. Bahkan ia belum mengenal dia. Tidak mungkin dia tertarik dengan orang baru itu?

Pikir Natha.

***

RADISHA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang