CHAPTER 12

96 9 0
                                    

Di kelas
Lalu aku duduk dan mengikuti pelajaran seperti biasa.
Tak beberapa lama kemudian bel istirahat berbunyi, Aku mengeluarkan novel dari dalam tas dan membacanya.
“Hei… lo kenapa?” tanya renita mengejutkanku.
“Apanya kenapa?” tanyaku bingung.
“Tadi kok lo pergi?” tanya renita.
“Gak ada, cuma jelek aja moodku nengok mukanya.” jawabku.
“Yakin?” tanya steven.
“Apa sih?” tanyaku.
“Gak ada.” jawab steven.
“Ya udah.” balasku kembali baca novel.
“Pantas aja ko dev sifatnya gitu ke lo.” sambung steven.
“Apanya sifat?” tanyaku.
“Kan ko dev udah sebutin tipe cewek yang dia taksir dan itu semua mengarah ke lo.” jawab steven.
“Eh tunggu dulu, kan waktu ko dev ditanya alasan kenapa dia telambat dia bilang apa?” tanya renita.
“Tadi aku tersesat di jalan bernama cinta.” jawab steven.
“Itu persis dengan alasan waktu lo masih sd gue tunggu lo, lo telat 1 jam.” sambung
“Lalu apa hubungannya sama aku?” tanyaku.
“Ya banyak lah.” jawab renita.
“Apanya?” tanyaku lagi.
“Berarti dia mirip sama lo.” jawab renita.
“Dahlah malas aku bahas.” sambungku sambil membaca kembali novelku.
“Ahh malas aku bicara sama lo.” balas renita.
Aku hanya diam saja.

Tak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi.
“Gimana kalau kita ke kantin aja.” ajak steven.
“Yuk.” jawab renita.
“Tere lo gak ikut?” tanya steven.
“Malas, Kalian aja pergi.” jawabku.
“Lo yakin, masa aku pergi berdua sama dia.” sambung renita.
“Kalian itu cocok dari pada nanti aku jadi nyamuk di antara kalian memding aku di kelas.” jawabku.
“Apa sih tere, kami tuh gada apa apa.” sambung steven.
“Sekarang gak ada apa apa besok atau nanti pasti ada apa apa.” jawabku.
“Ya udah, kami pergi dulu.” sambung steven.
“Bye…” ucapku renita, lalu pergi ke kantin bersama steven.

Tak lama setelah mereka pergi.
“Woi ngapain tadi lo pergi?!” panggil seseorang, ko devin.
“Ooo… lo lagi ya aku gak mau kelamaan di sana, bosan.” jawabku.
“Bosan kenapa?” tanya ko devin.
“Bisa gak sih lo itu diam aja sebentar, hilang dari pandangan aku.” sambungku.
“Kenapa?” tanya ko devin.
“karena gue mau mengundurkan diri jadi anggota osis, nih ambil kembali jaket osisnya.” jawabku sambil mengembalikan jaket osis.
“Enggak lo gak bisa mengundurkan diri gitu aja.” balas ko devin.
“Please gue mohon gue gak mau.” ucapku.
“Tapi.. kena..” ucapnya terpotong.
“Ko please gue mohon, ambil jaketnya, gue gak mau jadi anggota osis lagi.” ucapku.
“Ya udah terserah lo.” ucap ko devin sambil memgambil jeket dari tanganku, lalu pergi meninggalkanku.
“Ko!! koko tau kenapa gue gak mau jadi anggota osis, karena gue takut jatuh cinta ke lo.. karena semejak jadi anggota osis gue merasa ada perubahan di hati gue, maafkan gue ya ko devin.” gumamku sambil menutup novel dan memandang ke luar jendela.


Tak lama setelah kejadian itu.
“Tere, lo mengundurkan diri jadi anggota osis?” tanya seseorang.
“Iya.” jawabku (tidak melihat orang yang bertanya itu.)
“Kenapa?” tanya orang itu lagi.
“karena gue gak mau jadi anggota osis lagi.” jawabku.
“Lihat gue.” panggilnya. Aku menatapnya.
“Renita, steven?” ucapku pelan.
“Kenapa lo gak mau jadi anggota osis?” tanya steven.
“Kenapa lo selalu bilang bosan?” tanya renita.
“Kenapa lo se..” ucap steven terpotong.
“Stop… cukup pertanyaannya. aku gak mau jadi anggota osis karena bosan kenapa bosan karena aku.. aku..” ucapku.
“Kenapa lo berhenti?” tanya steven.
“karena gak ada yang perlu aku jelaskan.” jawabku.
“Ada banyak.” sambung renita.
“Apa sebutkan.” ucapku mulai marah.
“Lo kenapa gak mau jadi anggota osis? lalu kenapa lo selalu jawab bosan? apa lo suka sama ko devin? apa.. lo” tanya renuta terputus.
“Cukup..!!” bentakku. lalu pergi keluar kelas.
“Tere… gue tau lo suka kan sama dia.” teriak renita dari dalam kelas.
“Dari mata lo gue udah tau lo suka sama dia.” teriak renita lagi. Aku hanya diam saja

Acak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang