5- Puncak

4 0 0
                                    

Bau bakar jagung yang menguar membuat Jane menghampiri Hani, Nisa, Ken, dan Didit yang sedang berada di dekat tungku pembakaran.

"Enak nih kayaknya". Jane begitu tergoda dengan baunya. "Mau dong satu".

"Bentar, kan belum mateng Jane". Jawab Gita, sambil membalikan jagung yang sudah matang satu sisinya.

Ketika mereka berlima sedang asyik menunggu jagung bakar matang, Farhan mengamati dari jauh. Dari ayunan yang ada di taman belakang villa, membuatnya menyinggungkan senyuman tipis.

Fokus mata Farhan tertuju pada Jane yang sedang tertawa, yang ia yakini datang dari candaan Didit yang menurutnya receh, namun mampu membuat Jane, perempuan yang membuatnya merasakan love at the first sight, padahal sebelumnya Farhan tidak percaya akan hal itu.

Farhan sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekati Jane, akhirnya ia memutuskan menghampiri Jane yang sedang terduduk di bangku panjang, dan mengeratkan jaketnya.

"Ah Farhan". Seru Jane ketika Farhan mengambil jagung bakar yang baru saja Jane bawa dari piring.

Farhan hanya tertawa, manis. "Nih nih, canda kali engga usah cemberut".

"Sebel". Sahut Jane, sambil menarik kembali jagungnya, dan Farhan mengusap kepala Jjane lembut penuh kasih sayang.

Hani, Nisa, Ken, dan Didit memperhatikan kedua insan yang sepertinya sedang dimabuk asmara. Sebenarnya kecurigaan ini sudah muncul lama dalam benak mereka, tentang Farhan dan Jane. Kedekatan mereka seperti ada sesuatu, namun mereka dibuat pusing dengan posisi Bella, yang nyatanya dekat pula dengan Farhan. Tapi, insting mereka semakin yakin dengan kesesuatuan antara Farhan dan Jane.

"Dimabuk cinta, karya Didit Anwar. Wahai kau yang di sana, tidak kah kalian sadar bahwa kami juga masih ada di sini... Awhh!" Ringisan Didit terdengar ditengah-tengah pembacaan puisi yang ia karang sendiri.

"Kaga usah berpuisi, lo sadar diri". Tegur Ken, yang jengah dengan ulah sahabatnya tersebut.

"Sirik aje lo". Didit mengepalkan tangannya.

"Lagian lo berdua, kalo mau pacaran tuh jangan di sini dong. Noh di pojokan". Ken menunjukan bangku yang memang ada di pojok, sehingga jauh dari jangkauan penglihatan mereka berempat.

Hani menganggukan kepalanya, "tau nih pacaran mulu".

"Eh emang udah pacaran? Udah Han, tembak keburu diembat orang". Sahut Didit sambil tertawa geli.

Di lain tempat, Bella dan Gita berada di ambang pintu.

"Mereka jadian?" Tanya Gita kepada Bella.

Bella menggeleng. "Belum lebih tepatnya".

Gita melongo. "Lo engga sakit hati?"

Pertanyaan Gita membuat Bella kaget. "Kagak lah, siapa gue? Hello?" katanya santai.

"Kan tujuan Farhan sering bareng sama gue, ngikut kalo kita hangout, pergi-pergi kaya gini, jemput gue, datengin pas lagi belajar barenga ama lo-lo semua. Kan semua buat Jane". Kata Bella, jujur.

Gita benar-benar shock, selama ini Gita berpikir kalo Farhan sedang mendekati Bella. Namun ternyata, "serius lo?"

"Ofcourse, do you think i'm in joke? None, for this one". Kata Bella.

"Farhan deket ama gue buat Jane". Lanjutnya lagi, dengam membuat nada bicara yang sebiasa mungkin.

"Lo!!"

"Engga apa, udah terbiasa". Ucap Bella luwes.

Love of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang