Seandainya aku bilang kalau aku butuh kamu
Akankah kamu datang?
-Inseparable
****
"Kamu baik-baik aja, kan, kalo aku tinggal?" tanya Dave agak gelisah.Mita tersenyum miring. "Aku baik-baik aja. Kamu nggak usah khawatir, aku udah bukan anak SMA lagi, Dave," sahut Mita dengan nada meledek.
Dave terkekeh. Ia mengelus dadanya yang bidang. Ada sedikit rasa lega dihati pria itu, situasinya sekarang sudah kembali normal seperti sebelumnya. Melihat wanita itu bisa tersenyum seperti ini saja sudah membuktikan kalau Mita akan baik-baik saja bahkan saat tidak ada ia di samping Mita.
"Kamu nggak mau masuk dulu?" tanya Mita.
"Nggak. Makasih. Lain waktu aja. Ini udah malem, nggak enak sama yang lain," sahut Dave pengertian.
"Iya juga sih." Mita tertawa kecil.
Tuk
Dave mengangkat tangan kanannya lalu menjatuhkannya tepat di kepala wanita itu. Mita tertegun kemudian melempar tatapan heran ke Dave.
"Ke-kenapa?" tanya Mita gugup.
Pria itu menggeleng. "Gapapa. Aku kangen banget sama kamu sampe mau mati rasanya."
Mendengar Dave berkata seperti itu membuat rona wajah Mita yang semulanya tak ada kini nampak jelas di mata Dave, wajah wanita itu memerah seperti buah tomat. Mita menunduk malu, berusaha mengalihkan pandangannya Dave, di samping itu ia juga tak mau Dave melihatnya tengah tersipu malu.
Entahlah, Mita sendiri pun bingung harus menjawabnya seperti apa. Ia salah tingkah. Walaupun begitu, Mita agak senang karena ia tahu kalau Dave merindukannya. Ia pun begitu.
Mita memasang seulas senyuman senatural mungkin. "Aku juga kangen banget sama kamu, Dave."
"Kalo kamu butuh aku, aku akan selalu ada buat kamu. Nggak peduli seberapa jauhnya itu, aku pasti dateng."
Mita mengangguk. "Aku percaya, Dave. Kamu itu orang terpenting dalam hidupku. A-aku harap kamu juga jangan pergi jauh-jauh. Aku ta-takut." Nada bicara wanita itu mulai parau.
Dave tahu maksud dari kata 'pergi' bagi Mita. Wanita itu hanya tak mau ditinggalkan oleh orang yang paling ia sayangi lagi. Pria itu menggeleng, itu tak akan pernah terjadi menurutnya.
Dave menarik tangannya dari kepala Mita. Ia memajukan kepalanya agar lebih jelas melihat wajah Mita. "Hei. Aku nggak akan ke mana-mana. Telpon aku kalo kamu butuh aku." Ia memegang kedua bahu Mita. "Dan satu lagi, kamu jangan pernah takut kalo aku akan pergi. Karena sampe dunia kiamat pun hal itu nggak akan pernah terjadi," tegasnya.
Mita menunduk. Tubuhnya bergetar. Wanita itu pun merasa lega, setidaknya Dave sudah berjanji tak akan meninggalkannya.
"Dave," panggil Mita.
"Iya," jawabnya cepat.
Mita mendengakkan kepalanya. Mata mereka kembali bertautan. "Peluk aku. Sebentar aja. Aku mohon," pinta Mita tanpa merasa malu.
Dave menghela napas begitu Mita menyelesaikan kalimatnya. "Kamu nggak perlu memintanya dua kali." Ia pun merentangkan kedua tangannya lalu mendekap tubuh mungil wanita itu masuk ke dalam pelukkannya. Tangannya kembali mengelus puncak kepala Mita pelan.
Selama 10 detik mereka tidak melakukan apa-apa, hanya menyatukan tubuh untuk sementara. Udara dingin yang berembus menerpa mereka berdua bahkan tak terasa sama sekali. Yang mereka rasakan adalah perasaan hangat yang begitu menenangkan hati. Memang tak sehangat pelukan Rio, tetapi cukup membuatnya agak tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle 2 (Inseparable)
Roman d'amourSEQUEL OF MIRACLE Romance+Fantasy [Follow penulis terlebih dahulu sebelum membaca] Akan kuceritakan sebuah kisah. Tentang bintang, bulan, dan matahari. Bintang merasa kesepian tanpa ada bulan di sisinya, malamnya terasa kosong karena hanya dia yang...