Bel istirahat berbunyi. Aku memasukan buku dan kostak pensilku kedalam tas. "Hai, aku Mikha Nirmala, panggil aja Mikha," sapanya sambil menjulurkan tangannya. "Hai, aku Arin," jawabku pelan sambil membalas juluran tangannya. "Hai anak baru, gue Sasya, lo Arin kan?" sapa seorang lagi yang muncul dari belakang Mikha. Aku mengangguk pelan sambil tersenyum. "Sasya, lo tuh yah, masa baru kenal langsung pake lo gue sih. Kan ga sopan," tegur Mikha. "Aduh temanku yang sangat sopan ini, lo itu hidup jaman kapan deh, sopan banget," jawab Sasya sambil merangkul Mikha. Melihat hal itu, aku pun spontan tersenyum. "Pakai lo gue aja juga gapapa kok, supaya kita lebih akrab aja," kataku kemudian. "You're the best!" kata Sasya sambil mengacungkan kedua jempolnya. "Sudah istirahat nih, ke kantin yuk, sekalian Arin mengenal sekolah ini yah," kata Mikha. Belum sempat menjawab ajakan tersebut, Mikha dan Sasya sudah menarik tanganku untuk segera menuju kantin.
Namaku Arin Marcella Kusmaja, biasa di panggil Rin. Hari ini adalah hari pertamaku di SMA Cahaya Harapan kota Tangerang sebagai siswa kelas XI IPA 2. Sebelumnya aku bersekolah di Bandung. Namun karena ayah dipindah tugaskan di Tangerang oleh perusahaannya, kami sekeluargapun memutuskan untuk pindah juga ke Tangerang. Aku termasuk orang yang sedikit pemalu. Sulit bagiku untuk mencoba berkenalan terlebih dahulu dengan orang lain. Aku takut mereka tidak menyukaiku dan mengganggap ku sok kenal. Karena hal itulah, aku hanya memiliki teman yang sedikit. Bila ada seseoang yang aku suka atau kagumi, aku hanya memandanginya dari jauh saja, tidak seperti kebanyakan orang yang langsung berani minta kenalan.
Rata-rata temanku adalah perempuan, karena aku selalu canggung dan gugup jika berbicara dengan laki-laki yang belum dekat denganku, namun tidak menutup kemungkinan aku juga bisa berteman dengan laki-laki. Hobiku adalah membaca dan berkhayal. Cerita yang paling aku suka bertemakan kisah remaja. Setelah membacanya, aku akan berkhayal dan membayangkan bahwa aku adalah si tokoh wanita dalam cerita tersebut. Dari hal itulah, aku mulai tertarik dan mencoba untuk membuat sebuah cerita.
"Ini kantinnya," kata Sasya begitu kami tiba dikantin. Lebih besar dari kantin sekolah ku yang dulu. Kemudian kami membeli somay yang katanya sangat enak. "Yuk buruan duduk disitu, sebelum keduluan sama yang lain," lanjut Mikha saat satu porsi somay sudah ada ditangan kami masing-masing. Aku diceritakan bahwa kantin disini memang selalu ramai karena hampir semua anak memilih makan dikantin dibanding membawa jajanan mereka ke kelas.
"Kalau kamu pindah sejauh ini, pacar lo disana gimana Rin?" tanya Mikha.
"Pacar? Gue ga punya pacar kok?" jawabku sambil memakan somay, ternyata rasanya memang enak.
"What! Serius? Masa iya cewe secantik lo ga punya pacar Rin?" teriak Sasya. Aku hanya mengangguk.
"Ssttt, Sasya, kenceng banget sih ngomongnya, kebiasaan deh. Tapi Rin, aneh juga yah lo ga punya pacar. Mantan mungkin ada?" lanjut Mikha. Aku menggeleng.
"Wah, cantik cantik pemilih nih yah, bakal susah deh cowo-cowo sini dapetin lo," lanjut Sasya.
"Apa sih Sya, gue ga cantik kok. Terus memang gue nya aja yang ga biasa deket sama cowo," jawabku.
"Waduh, tipe introverted lagi, makin susah aja deh dapetin cewe satu ini," goda Mikha.
Obrolan kami tidak pernah kehabisan topik. Mikha dan Sasya adalah orang yang sangat asik dan menyenangkan. Kepribadian Mikha yang taat peraturan sangat berseberangan dengan Sasya yang selenehan. Tetapi, mereka tetap bisa bersahabat dan saling melengkapi. Aku sangat beruntung di hari pertamaku sekolah, aku dapat kenal dengan mereka berdua.
"Misi dong, ini daerah gue!" kudengar suara seorang cowo yang membuat suasana kantin menjadi cukup hening. Sekelompok murid yang tadi duduk disana langsung berdiri dan berjalan mencari tempat duduk lain. Cowo tadi dan geng nya langsung menempati meja tersebut dengan suasana yang sangat onar. Aku juga melihat beberapa cewek di geng tersebut.
"Mereka itu Xevron, geng paling terkenal dan selalu bikin onar disekolah. Gayanya sok jagoan semua, anggotanya dari kelas manapun. Ga ada yang berani sama mereka," kata Mikha yang dapat menangkap ekspresi kebingunganku.
"Kok ada cewenya?" tanyaku.
"Oh, cewe yang ada disitu itu pacarnya dari anak-anak Xevron. Liat aja duduknya pasang-pasangan," jelas Mikha.
"Yang tadi ketua gengnya?" tanyaku lagi.
"Bukan, itu Davin, dia termasuk pentolan gengnya, Xevron ga ada ketua-ketua an kok" jawab Sasya.
"Dan juga pacarnya Sasya," lanjut Mikha. "Apa?!" kataku terkejut.
"Hai bebs," sapa cowo yang namanya Davin tadi ke Sasya. Sikap Davin yang tadi nya sok jagoan menjadi sangat manis didepan Sasya.
"Abis sok jagoan lagi yah?" tanya Sasya.
"Ga kok, biasanya aku sama yang lain kan emang duduk disitu, jadi tadi aku cuma minta mereka pindah doang kok," jelas Davin. Sasya hanya menghela nafas.
"Untung mood aku lagi bagus gara-gara aku punya sahabat baru, atau enggak rambut kamu udah aku botakin," kata Sasya. Aku dan Mikha tertawa mendengarnya.
"Oh, baru pernah liat nih, anak baru kah?" tanya Davin. Aku mengangguk.
"Iyah, anak baru, namanya Arin. Cantik yah, baik lagi orangnya, makanya langsung aku anggep bff," lanjut Sasya.
"Tapi masih cantikan kamu kok dimata aku," jawab Davin
"Gombal terus sampe overdosis," selak Mikha.
"Jehh, ga seneng aja lu, Macan!" jawab Davin ga kalah sewotnya.
"Ssttt, tiap ketemu berantem melulu, udah gih sana kamu balik aja," kata Sasya.
"Mau ikut gabung kesana gak beb?"
"Ogah, mending aku dikantor kepsek deh dari pada kesana," jawab Sasya.
"Sip aku ngerti kok, pulang sekolah aku anterin pulang yah tapi," lanjut Davin.
"Okay,"
"Sip. See you later beb," kata Davin sambil mengusap rambut Sasya.
"BTW, gue Davin, pacarnya Sasya, titip Sasya gue yah supaya ga deket-deket sih macan terus," kata Davin padaku yang langsung aku balas anggukan sambil tersenyum.
"SIAPA YANG LO MAKSUD MACAN WOY!" teriak Mikha yang langsung disambut tawa oleh aku dan Sasya.
Lalu aku bertanya mengapa Sasya bisa jadian dengan Davin. Padahal Sasya sangat tidak suka dengan Xevron. Ternyata, saat dikelas X, Sasya sangat benci dengan Davin, begitu juga Davin yang membenci Sasya. Davin selalu membuat masalah dan bergaya sok jagoan. Dan saat itu, hanya Sasya yang berani dengan Davin. Setiap Davin berulah, Sasya langsung menghampiri Davin dan mencaci makinya. Davin yang baru pertama kali menemukan orang yang berani kepadanya, menjadi tertarik kepada Sasya. Sikap Davin pun perlahan berubah, terutama di depan Sasya. Davin juga terus mendekatkan diri kepada Sasya hingga akhirnya Sasya juga mulai merasa nyaman dengan Davin.
Sepuluh menit sebelum jam istirahat berakhir, kami bertiga memutuskan untuk pergi ke toilet terlebih dahulu. Keadaan kantin yang masih sangat ramai, membuat tubuhku menabrak tubuh seseorang didepanku. "Maaf, maaf yah," kataku kepada orang itu sambil tertunduk. "Ayok Arin, nanti keburu bel," kata Sasya sambil menarik tanganku. Aku berjalan mengikuti Sasya lalu melihat kebelakang untuk mendapati sosok yang tadi tak sengaja ku tabrak. Namun, orang itu sudah tidak terlihat lagi. Tubuhnya tinggi, aku rasa orang yang tadi itu seorang cowo. Astaga betapa malunya aku. Pasti dia akan mengira aku cewe ga jelas yang sok modus dengan menabraknya.
§

YOU ARE READING
The Story About Us
RomantizmSemua berawal dari kisah aku dan kamu. Tapi semua berakhir menjadi kisah kita.