Pagi ini sinar matahari terlihat redup, langit nampak abu. Kinan datang lebih awal dari biasanya, kaki jenjangnya berjalan menyusuri kooridor sekolah dengan lemah. Wajahnya pucat, semalaman ia menangis dan baru tidur pukul tiga pagi.
Kinan menguap, dan mengusap tengkuknya pelan. Saat kakinya menyentuh lantai kelas ia menghela nafas pelan. Masih sepi dan ia orang pertama yang tiba dikelas.
Langsung saja ia berjalan menuju bangkunya dideretan paling belakang. Ia duduk sebangku dengan Aira, tentu saja. Setelah melepas tas nya Kinan menaruh kepalanya dilipatan tangan. Ia mengantuk sekali dan kepalanya terasa sangat pusing.
Tadinya Kinan tidak mau masuk sekolah hari ini tapi Kinan tidak pernah suka sendiri. Jadi lebih baik disekolah daripada beristirahat dirumah yang pastinya akan sangat membosankan.
Saat ia akan memejamkan kepalanya, ia merasakan sesuatu mengalir disekitar hidungnya. Dengan cepat Kinan langsung mengusapnya, cairan berwarna merah pekat kini mulai mengalir ke dagunya.
Dengan terburu-buru Kinan berdiri dan karena terlalu panik kakinya menabrak ujung kursi sehingga ia terjatuh dengan sangat keras. Kepalanya terbentur kaki meja,
Yang ia ingat ia sempat mengusap dahi nya dan seketika tangannya penuh darah. Setelah itu ia tidak ingat apapun lagi.
^^^
Kinan mengerjapkan kedua kelopak matanya, cahaya putih langsung memenuhi matanya. Dihadapannya, wajah Aira yang cemas langsung membuatnya tersadar.
Ternyata ia berada di UKS, bersama dengan Aira. Ia duduk dan menyender disandaran ranjang dengan sebuah bantal yang menyangga. Aira masih menatapnya dengan cemas,
"lo gak papa?" tanya Aira pelan.
Kinan mengangguk lemah. Ia memberikan senyuman tipis untuk meyakinkan sahabatnya itu. "lo kok gak ke kelas sih? Bolos ya?" ujar Kinan lalu ia tertawa pelan.
"gue panik banget pas tadi baru nyampe depan kelas lihat anak-anak bawa tubuh lo yang pingsan, banyak darah. Gue khawatir," ujar Aira, tas sekolah milik cewek itu juga ada dikursi samping ranjang. Pasti Aira belum sempat menaruh tas nya karena terlalu khawatir tadi.
Kinan tersenyum tipis. "gue gak papa, lo ke kelas gih." Usir Kinan halus, ia tidak tega kalau Aira harus ketinggalan materi diawal tahun ajaran.
"lo kenapa pingsan tadi?" Aira malah mengalihkan pembicaraan, wajah cemas cewek itu bahkan belum juga hilang.
"tadi gue kebelet pipis, pas mau ke toilet kaki gue nabrak meja. Trus jatoh deh, jidat gue kena ujung meja, tapi udah gak papa kok. Sumpah," kata Kinan lalu terkekeh singkat, ia meraba dahi nya yang kini sudah ditempel perban.
Aira menarik nafas. "lagian lo kenapa gak hati-hati sih. Anak-anak sekelas khawatir banget tadi," ujar Aira ia masih terlihat enggan meninggalkan sahabat terdekatnya itu.
"yaudah lo ke kelas, bilang sama mereka kalau gue gak papa. Nanti lo ketinggalan pelajaran kalau kelamaan disini," Kinan melihat telapak tangannya yang sudah bersih, tidak ada bercak darah sedikitpun.
"lo kok jadi mikirin gue? udahlah baru awal masuk juga, mending gue disini temenin lo." Ujar Aira, suara cewek itu sudah mulai tenang.
"lo gak bisa jauh-jauh kan dari gue? mangkanya gak mau ke kelas malah maunya deket gue. Eleh," Kinan tertawa melihat ekspresi wajah Aira.
"apaan sih lo? Gara-gara kepentok meja, omongan lo jadi ngawur gini." Balas Aira
Kinan tertawa. Dan setelah itu hening. Aira kembali duduk dikursinya, cewek itu menatap kosong kearah jendela. Sementara Kinan menatap hampa kearah dinding UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinan
Fiksi RemajaKinan duduk diatas kursi roda nya sambil melihat kearah matahari yang akan tenggelam. Dibelakangnya berdiri Dimas--kakak kelasnya--yang membantunya naik keatas rooftop rumah sakit. Dalam hati, Kinan benar-benar merasa takut jika harus menemui ajalny...