8. Papa

3 2 0
                                    

Hari ini Kinan sudah bisa masuk sekolah seperti biasa. Wajahnya masih terlihat pucat tapi ia merasa sudah cukup lebih baik dari hari sebelumnya.

Dengan langkah pelan Kinan menyusuri lorong sekolah. Ia berbelok menuju area kelas 10 dan menemukan Tirta berjalan dengan arah berlawanan dengannya.

Tirta membawa banyak sekali buku tebal dipelukannya. Kinan berinisiatif untuk membantu dengan berjalan menuju kearah cowok yang sedang sibuk membawa tumpukan buku.

"perlu bantuan?" tanya Kinan dengan suara sedikit serak.

Tirta menatapnya cukup lama, mungkin agak kaget dengan kehadiran Kinan disekolah karena sudah lebih dari seminggu perempuan itu tidak masuk. "eh, masuk juga Tuan Putri." Ujar Tirta sambil menaikkan buku-buku dipelukannya yang hampir terjatuh.

Kinan tertawa pelan. "apaan sih! Mau dibantuin gak?" tanya Kinan.

"entar kalo kecapekan gue yang repot deh! Ogah ah," sahut Tirta.

"enggak! Janji gak akan ngerepotin," Kinan menarik lengan Tirta saat cowok itu hendak berjalan meninggalkannya.

"sejujurnya tadi itu cuma basa-basi, gue butuh banget bantuan lo soalnya. Berat nih!" Tirta menunjuk tumpukan buku tebal dipelukannya dengan dagu. Sontak saja Kinan tertawa.

Kinan mengambil bagian dari tumpukan buku itu lebih sedikit daripada Tirta karena cowok itu terus menahan jika Kinan ingin mengambil bagian buku lebih banyak, ia mengikuti langkah Tirta yang membawanya menuju ruang perpustakaan sekolah.

"ke perpus?" tanya Kinan saat langkah mereka mulai mendekati pintu perpustakaan sekolah.

"enggak. Kita bawa buku ini ke gudang, buku lama soalnya." Ujar Tirta.

Kinan ber-oh panjang dan mengikuti langkah Tirta yang membawanya menuju gudang sekolah dibagian belakang.

Digudang ada petugas kebersihan yang sedang menyimpan beberapa arsip atau barang tidak terpakai. Kinan menaruh buku itu didekat pintu sama dengan Tirta.

Kinan kembali berdiri lalu menepuk-nepuk kedua tangannya yang sedikit berdebu. "udah kan?" tanya Kinan saat Tirta masih memperhatikan petugas kebersihan yang tengah sibuk.

Tirta mengangguk. "udah, ayo kita kembali ke kelas Tuan Putri." Tirta mempersilahkan Kinan berjalan lebih dulu. Dan untuk menghindari perdebatan kecil Kinan memilih berjalan lebih dulu melewati lorong kecil menuju lorong sekolah yang lebih besar.

Setelah tiba dilorong yang lebih besar, akhirnya Kinan berjalan bersisian dengan Tirta. Akhirnya Kinan berhenti karena kelas Tirta dan Kinan berbeda arah. Kinan harus berbelok ke kanan sedangkan Tirta sebaliknya.

"gue duluan ya," ujar Tirta.

"gak asik ah! Masa lo yang jalan duluan." Kinan mengerucutkan bibirnya, pura-pura kesal.

"ya, terus?"

"gue belok, lo tunggu sini sampe gue ilang dari pandangan lo." Ucap Kinan sambil cengengesan.

"barengan aja deh, kalo begitu gak adil buat gue." sahut Tirta.

"lo kan cowok. Masa nunggu gitu aja gak mau," sungut Kinan sambil terkekeh pelan.

"jangan nyalahin gender dong... yaudah sana lo jalan duluan."

Kinan tertawa puas karena mendengar kalimat memelas dari Tirta. Setelah itu Kinan berjalan menuju kelasnya. Ia berbalik sekedar memastikan Tirta masih ada dibelakangnya, dan cowok itu langsung melambaikan tangannya saat Kinan menoleh ke belakang.

Kinan terkekeh pelan melihat tingkah konyol mereka berdua.

^^^

"lo mau kan gabung sama di geng kakak kelas itu?" tanya Aira, guru yang mengajar sekarang sedang tidak masuk. Setelah guru piket memberikan soal, semua murid dikelas itu kini sibuk dengan urusan masing-masing.

"gue gak yakin," ujar Kinan.

"lo udah deket banget sama kita, Nan." Aira mencoba meyakinkan temannya itu.

"gue gak bisa," ujar Kinan.

"kalo suatu saat lo berubah pikiran, kita masih mau terima lo kok." Aira menepuk bahu Kinan sebelum akhirnya cewek itu berjalan keluar kelas.

Kinan menghela nafas panjang. Alasan utamanya tidak mau bergabung karena takut jika suatu saat gejala dari penyakitnya muncul nanti akan merepotkan mereka.

Selain itu, tentu saja Papa tidak akan mengizinkannya keluar malam atau menginap dirumah teman. Sedangkan jika sudah tergabung dengan geng popular itu, Kinan mau tidak mau harus selalu hadir di acara pertemuan yang mereka adakan pada malam hari.

Saat bel istirahat berdering semua teman sekelas Kinan beranjak keluar kelas. Sedangkan Kinan memilih menyenderkan punggungnya disandaran kursi karena ia tidak memiliki seseorang yang bisa ia sebut teman dekat.

Mendadak Kinan teringat soal Papa, sudah hampir sebulan Papa pergi ke luar kota. Biasanya paling lama Papa hanya akan pergi selama seminggu.

Kinan tidak mau apapun terjadi pada Papa-nya itu, seseorang paling berharga dalam hidupnya adalah Papa. Kinan sangat membutuhkan sosok itu disaat ia semakin sering mengalami demam mendadak dan mimisan yang cukup banyak.

^^^

Salam hangat,


KinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang