3. Sepi

1 2 0
                                    

Hari ini Kinan tiba disekolah bersama dengan Aira. Setelah menunggu Aira memarkirkan mobilnya, mereka berdua berjalan menuju kelas beriringan.

"lo tahu kakak kelas yang selalu berenam itu kan?" tanya Aira saat berjalan menuju kelas.

"tahu. Mereka selalu bareng kan? Kemanapun selalu bareng. Bahkan disekolah ini mereka punya tempat ngumpul yang khusus buat mereka." Ujar Kinan menimpali.

"yap, rooftop sekolah. Rooftop sekolah itu kawasan mereka, gak boleh ada yang ke rooftop sekalipun itu keadaan darurat." Kata Aira.

"oh ya? Yaudah kalau gitu mereka juga gak boleh kebawah sekalipun itu keadaan darurat!" sahut Kinan ceplas-ceplos.

"husstt! Kalau sampai ada yang dengar bisa dipastikan hidup SMA lo gak akan tenang." Suara Aira terdengar pelan sekali.

"duh duh," ujar Kinan.

"kemarin kak Ay ngajak gue buat gabung sama mereka." Ujar Aira.

"hah?" ujar Kinan kaget. Yang jadi pertanyaan, bagaimana bisa?

Satu sekolah selalu ingin bergabung bersama mereka. Tapi entahlah, Kinan tidak merasa begitu. Kumpulan kakak kelasnya itu selalu harus merasa di prioritaskan. Jadi Kinan tidak akan membayangkan kalau-kalau disuruh kumpul saat jam pelajaran sementara Kinan tidak ahli dalam membuat alasan untuk bolos.

"dia buta?" tanya Kinan.

"kok buta?"

"kenapa malah ngajak manusia serba gak bisa kayak lo coba? Padahal yang cantik, pinter, tenar disekolah ini banyak loh. Ckck!" Kinan menggeleng-gelengkan kepalanya saking tidak habis pikirnya. Semalam saat makan malam, Aira tidak bisa menyalakan kompor saat Kinan menyuruhnya untuk memasak air.

Aira tertawa. "iiihhh jahat lo. Tapi serius kemarin kak Ay ngajakin gue."

"kak Ay yang mana sih? Gue mau cek kesehatan mata dan hati nya. Jadi mata hati." Kinan terkekeh.

"kak Ayana Salsabilla yang cantik itu loh. Lo jangan becanda dong, gue lagi serius loh ini." Aira mengerucutkan bibirnya setelah berbicara.

"iyaiya ini sekarang serius. Trus lo mau?" tanya Kinan pada akhirnya.

"gue masih bingung, gue minta sama dia buat kasih gue waktu."

"kenapa bingung? Bukannya lo suka ya sama kak Bastian, kan dia juga salah satu orang di perkumpulan itu." Ujar Kinan lalu berbelok memasuki kelas bersama Aira.

"iya suka banget. Tapi gue harus jauhin lo kalau udah gabung sama mereka."

Ucapan Aira itu membuat Kinan berhenti dan Aira disebelahnya ikut-ikutan berhenti. "kenapa gue dijauhin?" tanya Kinan serius. Kalau pertanyaan sebelumnya ia hanya basa-basi demi menanggapi cerita Aira, kali ini ia serius ingintahu.

"lo tahu sendiri gimana mereka. Mereka gak mau kalau salah satu dari yang lainnya malah lebih dekat sama orang luar yang bukan anggota perkumpulan itu." Kata Aira, sepertinya Aira juga tidak ingin meninggalkan teman dekatnya yaitu Kinan.

Kinan melanjutkan langkahnya menuju kursi dengan tidak bertenaga. Tentu saja Kinan akan kehilangan Aira, karena sudah pasti alasan Aira untuk bergabung akan lebih banyak ketimbang tidak bergabung. Lagipula Kinan sudah pasti tidak akan dipilih kalau Bastian salah satu dari pilihan itu.

"lo mau gabung kan?" tanya Kinan lalu melepaskan tas sekolah miliknya.

"yaaa.. mau. Tapi gue mau temenan sama lo juga," kata Aira setengah merengek.

KinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang