6. Canda Tawa

2 2 0
                                    

Kinan duduk diranjang UKS dengan wajah tertunduk. Disekelilingnya ada tujuh orang yang memperhatikannya. Hal itu membuat Kinan sedikit takut mengangkat wajahnya.

Ia juga melihat Dimas hanya memakai kaos polos berwarna putih, bukan kemeja sekolah lagi. Melihat itu Kinan jadi merasa bersalah.

"Kinan," panggil Aira.

Segera Kinan melirik Aira setelah itu ia membuang muka kearah lain. Sungguh itu hanya gerakan yang ia gunakan untuk menutupi rasa gugupnya.

"Kinan, lo udah dua kali mimisan kayak gini." Ujar Aira tiba-tiba.

Kinan akhirnya mendesah ringan. Ia tahu pasti dengan kejadian tadi Kinan sudah sukses membuatnya semuanya kerepotan. "sekali, Ra." sahut Kinan pelan.

"waktu pagi-pagi lo masuk UKS, itu lo mimisan kan?" pertanyaan Aira membuat Kinan terdiam.

"enggak, itu gue kepentok meja." Kinan masih mencoba mengelak. Sejujurnya kalau bisa Kinan tidak mau siapapun tahu.

"usaha yang sia-sia," ujar Aira.

Kinan mengerutkan dahinya. "maksud lo?"

"gue bukan orang yang gampang dibohongin," Aira mengambil segelas air dimeja yang berada tepat disebelah ranjang UKS lalu menyerahkannya pada Kinan.

"gak baik kalau lo bohongin orang, Kinan." Sahut Azalea pelan, ia sepertinya juga bingung harus bagaimana.

"gue gak mau siapapun tahu." Ujar Kinan setelah meminum air yang disodorkan Aira. "amplop gue mana?" tanya Kinan kali ini suaranya panik. Kinan mencari disekitar tubuhnya.

Akhirnya Kinan menemukan amplop putih berisi keterangan dokter kemarin dikolong ranjang tempatnya duduk, dengan susah payah Kinan mengambilnya.

"itu amplop apa?" Dimas yang sedaritadi memilih menyimak akhirnya mengeluarkan pertanyaan.

"surat dari Bokap gue," setelah berpikir akhirnya Kinan memilih berbohong. Setelah melipat amplop itu dan menaruhnya disaku kemeja Kinan kembali mengangkat wajahnya.

Suasana kembali hening, matahari sudah berada tepat diatas kepala. Pasti sekarang sudah pukul 12 siang, itu berarti setengah jam lagi sekolah akan bubar.

"yaudah lo pulang diantar sama Tirta ya," ujar Azalea tiba-tiba. Kinan mengerutkan keningnya benar-benar bingung maksud dari pulang diantar sama Tirta. "nama gue Azalea Destriana. Call me Lea. Gue kelas 11 IPA 3, jadi salam kenal." Lanjut Lea sambil mengulurkan tangannya.

Kinan menjabat tangan itu dengan senyum tipis.

"gue Ayana Salsabilla. Kelas 11 IPA 3, sama kayak Lea." Ayana memeluk Kinan singkat, hal itu membuat Kinan merasa nyaman. Pantas saja Aira nyaman berada diantara kakak kelasnya itu.

"harus kasih tahu nama nih?" tanya Azka sambil dengan cengiran lebarnya. Hal itu membuat Ayana langsung memukul bahu Azka kencang, menyuruh cowok berpenampilan acak itu untuk memperkenalkan diri.

"gue Azka, kelas 11 IPA 1." Ujar Azka lalu mengusap puncak kepala Kinan. Hal itu membuat pipi Kinan memerah, bukan apa-apa Kinan benar-benar merasa malu.

Selanjutnya adalah Tirta, cowok yang paling jarang berekpresi. Tapi kata Aira justru diantara yang lain Tirta-lah yang paling peduli. "gue Tirta Wildan. 11 IPS 1," Tirta melempar senyum tipis pada Kinan, Kinan membalasnya dengan kekehan singkat.

KinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang