Kinan mengerjapkan matanya. Setelah matanya terbuka lebar ia langsung melihat jam diatas meja samping tempat tidurnya. Pukul 02.15. Akhir-akhir ini Kinan sering terbangun saat malam hari.
Kinan duduk diatas kasur dan mulai bergerak turun dari kasur. Ia merasa sangat haus sekarang, tapi baru saja berjalan dua langkah meninggalkan kasur, tulang belakangnya terasa ngilu. Kinan yang tidak pernah merasakan itu langsung memegang punggungnya.
Area belakangnya terasa dingin, dingin yang membuat tulang belakangnya terasa ngilu. Akhirnya Kinan jatuh terduduk dengan kepala diatas kedua lutut. Tanpa sadar Kinan menangis. Ini adalah salah satu gejala dari penyakit LLA.
Kinan ingin menelfon Papa dan menyuruhnya untuk segera pulang, tapi untuk sekedar mengangkat kepala pun Kinan tidak sanggup. Saat darah mengalir disekitar hidungnya, Kinan langsung mengambil tisu yang berada dimeja kecil samping kasur.
Sudah banyak sekali tisu yang Kinan gunakan tapi darah yang mengucur dari hidungnya tidak juga berhenti. Malah semakin banyak rasanya.
Kinan akhirnya hanya bisa menangis kesakitan karena rasa ditulang belakangnya tidak juga hilang. Malam itu pukul 02.20 adalah malam yang menjadi saksi awal kesakitan yang Kinan rasakan. Ia juga merasa sangat ketakutan, ia sama sekali belum mau mati. Belum. Bahkan tidak.
^^^
Hari ini Kinan tidak berangkat sekolah karena rasa ngilu itu baru reda pada pukul 6 pagi. Ia baru bisa bernafas lega setelah rasa sakit itu hilang.
Ia meringkuk diatas kasur dengan selimut yang membungkus seluruh tubuhnya. Ia masih terisak pelan dibalik selimut. Kinan bahkan tidak berani bergerak karena takut rasa sakit yang semalam akan kembali menyerangnya kalau bergerak walau cuma sesenti.
Dan disiang harinya Kinan baru berani berjalan turun kelantai bawah untuk mengambil makanan. Bi Inah yang yang biasa mengurus rumah merasa kaget karena Kinan tidak pergi sekolah.
"non, gak sekolah hari ini?" tanya Bi Inah sambil sibuk mengepel lantai dapur.
Kinan tertawa pelan. "iya, aku kesiangan." Ujarnya.
"kok bisa? Tumben Non Kinan bisa kesiangan." Melihat wajah pucat Kinan, Bi Inah mencoba bergurau.
"semalam gak bisa tidur, soalnya minum kopi. Jadi begadang deh," sahut Kinan sambil mengambil nasi dan lauk.
"Non kan gak bisa minum kopi, sekalinya minum gak bisa tidur semalaman. Lainkali jangan atuh Non."
Kinan terkekeh lalu membawa piring ditangannya menuju ruang makan. Dimeja makan yang luas itu, Kinan duduk sendiri.
^^^
Aira duduk dikursi aula sambil menatap keenam kakak kelas sekaligus teman terdekatnya. Wajah Aira terlihat tidak bersemangat. Sebentar-sebentar Aira menghela nafas panjang. Hal itu membuat Azka yang biasanya tidak perduli langsung mengambil kursi untuk duduk disebelah Aira.
"lo kenapa? gak biasanya lo diem begini." tanya Azka dengan gaya santainya.
Aira mendesah kencang. Ia menekuk bibirnya sebal. "Kinan gak masuk sekolah, udah seminggu." Ujar Aira.
Azka mengerutkan keningnya. "lo telfon dong,"
"udah. Tapi yang jawab mbak-mbak operator terus," sahut Aira kesal. Lea yang ada disebelah kiri Aira akhirnya ikutan menyimak.
![](https://img.wattpad.com/cover/156492041-288-k568527.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinan
Teen FictionKinan duduk diatas kursi roda nya sambil melihat kearah matahari yang akan tenggelam. Dibelakangnya berdiri Dimas--kakak kelasnya--yang membantunya naik keatas rooftop rumah sakit. Dalam hati, Kinan benar-benar merasa takut jika harus menemui ajalny...