5

1.9K 372 23
                                    

Yang mengherankan bagi [Name] hari ini bukanlah karena bus yang biasanya ramai akan penumpang, kini sejauh mata gadis itu memandang, tampak sepi dan bahkan dapat dihitung jari. Ia sudah menduga hal tersebut sebab hari memang sudah gelap. Meskipun gadis itu beberapa hari belakangan memang selalu pulang terlambat, tetapi hari ini yang paling larut hingga gemerlap malam kota Tokyo telah lama menyambut.

[Name] memilih duduk di tempat biasanya, di sebelah Kuroo serta Kenma yang sudah memberi salam sapaan masing-masing kepada gadis itu, meskipun banyak tempat duduk kosong yang ada di sana.

Bagi [Name], yang sekarang membuatnya heran adalah ketika Kenma membuka suara untuk bercakap dengannya. "Tim voli berlatih lebih keras dari biasanya, membuat kami pulang lebih malam seperti ini dan kebetulan bertemu denganmu lagi, [Surname]-san," kata si lelaki berambut puding ditanggapi dengan ejapan mata tak percaya dari sang lawan bicara. Padahal, ketika [Name] menyapanya saat mereka pertama kali berkenalan, teman Kuroo itu seperti enggan menanggapi hingga memalingkan wajah.

[Name] mengangkat bahu, "Entah kenapa aku jadi muak dengan kata kebetulan itu," gerutunya lirih, "tapi ternyata kita bertiga sama-sama bernasib merasakan hari yang melelahkan."

Gadis itu menghirup napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri setelah melewati serangkaian kegiatan yang melelahkan raga dan batinnya. Tadi, dia mendapat giliran uji praktikum yang diselenggarakan setelah pelajaran sekolah berakhir sebagai remidi atas ketidakhadirannya pada praktikum minggu lalu, dikarenakan waktu itu ia izin tak masuk sekolah. Lalu [Name] diharuskan menyelesaikan laporan hari itu juga. Sungguh, gadis tersebut sempat menganggap gurunya yang satu itu tidak manusiawi sekali menyiksa muridnya begitu.

[Name] memijit pelipisnya yang terasa pening saat Kenma kembali membuka suara. "Ngomong-ngomong [Surname]-san," ujarnya sambil membenarkan posisi duduk dan tak mengalihkan pandangan dari psp yang ada di genggaman, "Kuroo penasaran siapa lelaki yang menghampirimu di halte kemarin."

Kuroo terbelalak, tak menyangka Kenma rela berbasa-basi dengan [Name]一membuka percakapan bersama gadis itu terlebih dahulu一ternyata bertujuan untuk menanyakan itu?

"Kenma!" desis Kuroo.

"Kenapa?" Dia menoleh, "Memang benar, 'kan? Kau penasaran sampai terbawa ke rumah," sahut Kenma skakmat.

"Oh itu," [Name] mengulas senyum, "kakakku."

Refleks, Kuroo menghela napas lega. Sampai-sampai dia tercekat sendiri kenapa merasa lega bahkan hanya ketika mendengar satu kata penjelas itu?

"Tiba-tiba kemarin mengirimiku pesan dirinya sedang liburan sebentar ke rumah dari perantauan, dan juga entah kesambet apa, menjemputku di halte," jelas [Name] masih tersenyum-senyum sendiri mengingat kejadian kemarin, "bahkan langsung menraktirku makan."

"Nah, bersyukurlah Kuroo. Kau boleh lega." Kenma melirik sekilas kawan di sampingnya. [Name] menatap keduanya heran setelah ditanyai seperti tadi.

"Memangnya kenapa sampai penasaran begitu?" tanya gadis itu ingin tahu.

Kuroo menepuk sisi lengan Kenma dengan pelan, dengan kekehan yang dibuat-buat. "Haha, bukan apa-apa kok, [Name]."

'Sialan Kenma,' batin Kuroo rasanya ingin menjeritkan kalimat tersebut, namun di lain sisi dia juga jadi berterima kasih.

[Name] hanya manggut-manggut, rasanya kepala gadis itu menjadi semakin pening entah karena apa. Dia meringis pelan.

"Memang hari ini latihan begitu keras karena mendekati pertandingan, tapi," Kuroo menjeda sejenak sebelum lanjut. [Name] masih dapat mendengar jelas kalimat lelaki di sampingnya, hingga lelaki itu kembali melanjutkan, "entah mengapa capek yang dirasa menguap begitu saja begitu bertemu denganmu."

Kuroo berujar dengan intonasi cukup jelas, tetapi terdengar samar di telinga [Name]. Sekilas ia melihat sudut bibir lelaki di sebelahnya itu terangkat sedikit, dengan pandangan yang tiba-tiba memburam. Kepalanya terasa berputar, gadis itu sudah tidak lagi tahan.

[Name] ambruk karena kelelahan tepat saat bus tiba di halte tempat ia biasanya turun. Ambruk di sandaran pundak lelaki di sebelahnya. Kuroo tersentak, ia jadi gelagapan.

-o-

Maaf ya slow up, kuusahakan sempet-sempetin nulis di tengah jalan menempuh hidup baru ini(?) wkwk

ForelsketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang