8

1.8K 313 23
                                    

Pagi hari [Name] diawali dengan pening luar biasa ketika baru membuka mata. Gadis itu kemudian mendudukkan diri, sembari menarik napas lalu mengeluarkannya dan diulang berkali-kali. Netranya kemudian menyipit ke arah jendela yang tirainya telah tersibak, menatap sinar mentari yang rupanya sudah meninggi, lantas [Name] berancang mengesak.

Pergerakan hendak bangkit dari tempat tidurnya itu terinterupsi kala kepala gadis itu berdenyut semakin menjadi-jadi. Pintu terdengar dibuka dari luar, menampakkan sosok sang kakak yang sedikit membelalakkan mata. Sontak, pria itu menghampiri dan menyangga tubuh [Name] yang berdiri dengan limbung.

"Kamu masih perlu istirahat, jangan beranjak dulu." [Name] meringis, dan memilih untuk menuruti apa yang dikatakan sang kakak untuk kembali berbaring.

"Kenapa tidak bangunin aku tadi pagi? Aku jadi gak sekolah," gerutu [Name] sedikit memanyunkan bibir, dengan kedua jari-jari tangan digerakkan memijit pelipis kanan-kirinya. "Ada ulangan hari ini, dan juga ada tugas yang harus dikumpulkan."

Mendengar itu, kakak [Name] mengehela napas berat, tidak habis pikir dengan adik perempuannya yang bisa-bisanya masih memikirkan hal-hal tentang sekolah di saat ia sendiri sedang drop.

"Kebiasaan buruk kamu tuh, memaksakan diri. Sekali-kali perhatiin kesanggupan tubuhmu." [Name] terkekeh ringan. Rasanya, seperti sudah lama sekali tidak mendengar ocehan bernada khawatir kakaknya sebab telah lama pria itu berada di perantauan. "Kau tahu, semalaman kau itu demam dan baru terbangun sekarang. Aku tak sanggup membayangkan jika tidak ada yang menolongmu saat pingsan di bus!"

Pandangan gadis itu dialihkan, dari terpaku ke arah jendela, ia menoleh menatap sang kakak dengan terkejut. "Hah?" Jujur saja, [Name] sendiri tidak ingat bagaimana kronologis ia sampai bisa jatuh sakit hingga pingsan, dan berakhir terbaring di kamarnya kini. Roda otaknya berputar, mencoba menggali kepingan memori yang mampu ia ingat selagi kakaknya mengomeli sang adik dan melantur ke sana-kemari.

"Ya ampun!" seru [Name] seketika. Gadis itu ingat, kemarin dirinya berada di dalam bus perjalanan pulang sekolah. Saat bus tersebut hendak sampai pada halte tujuan [Name], ia pusing bukan main, tubuhnya merasa tidak enak bahkan sedari ia berangkat sekolah kemarin. Lantas, [Name] juga teringat, belakangan ini ketika menanti perjalanan pulang di bus, ia tak lagi sendiri.

"Nah, kau sudah ingat, 'kan? Coba kau pikir kalau saja tidak ada yang menolongmu dan menganggap pingsanmu hanyalah sekedar tidur! Untung saja ada si lelaki rambut ayam一siapa namanya? Katanya dia kenalanmu?" Lelaki itu menyipitkan mata dan memasang tampang berpikir sembari mengerutkan dahi.

Mata [Name] mengejap. "Kuroo ... dia yang menolongku?" Kakaknya mengangguk, membuat ia terperanjat tetapi langsung mengulas senyum lega.

"Ya. Seragam sekolah kalian berbeda, bagaimana bisa kenal?"

"Oh itu, ya hanya sekadar kenalan di bus," jawab [Name] bingung harus menjelaskannya bagaimana, sehingga yang keluar dari mulutnya hanyalah penjelasan singkat nan umum.

Mata lelaki yang duduk di samping kasur [Name] itu menyipit lagi. "Mulai besok sampai aku akan balik merantau lagi, kau kuantar-jemput saja, oke? Oh ya, jangan lupa berterima kasih sama si Kuroo, sampaikan salamku juga padanya," ujarnya sambil beranjak.

[Name] refleks cengo, dan langsung melayangkan protes, "Gimana bisa terima kasih kalau kakak antar-jemput aku sekolah? Kami hanya bertemu di bus saat pulang!"

Lelaki berumur kepala dua itu tersenyum dan merogoh saku celana, kemudian mengeluarkan benda pipih dari dalam sana. "Ada yang namanya teknologi, dan harus dimanfaatkan. Nih, kemarin aku minta nomornya barangkali ada apa-apa. Hubungi saja, telepon kek, chat kek, atau ajak keluar一traktir dia, misal一apapun itu, pokoknya jangan sampai kamu jadi cewek tidak tahu terima kasih."

Pintu kamar ditutup oleh sang kakak yang telah beranjak keluar, meninggalkan [Name] dalam kebingungan menatap nomor yang terpampang di layar ponsel.

-o-

[Name] memberanikan diri mengirimkan pesan ke nomor yang diberi kakaknya. Entah kenapa, gadis itu sama sekali merasa tidak bisa membantah apa saja yang dikatakan orang itu padanya, membuat ia menunggu dengan cemas balasan dari pesan tersebut.

Sebuah pesan balasan masuk, [Name] terlonjak dibuatnya. Saat hendak mengetik balasan, ponsel tersebut berdering akibat telepon masuk.

"[Name]?"

Suara di seberang telepon terdengar jelas di indera pendengaran gadis pemilik nama tersebut. Entah kenapa, napasnya jadi tercekat.

"Y-ya?"

"Ini beneran [Name]? Kau dapat nomorku dari kakakmu kah?"

"Eh, iya. Maaf tiba-tiba menghubungimu一"

"Tidak apa-apa! Apa kau sudah merasa baikan?"

"Begitulah ... sedikit pusing tapi tidak separah kemarin."

"Syukurlah, kau masih perlu istirahat."

"Hm. Ano, Kuroo, mumpung di telepon, aku mau bilang, terima kasih banyak sudah menolongku kemarin. Aku tidak tahu bagaimana nasibku kalau tidak ada kamu," ujar [Name] kemudian menghela napas tertahan. Di seberang sana, gadis itu mendengar kekehan ringan seorang Kuroo, dengan latar sedikit kebisingan yang [Name] mampu tebak di sana pasti sedang jam istirahat, sehingga lelaki tersebut bisa sampai-sampai meneleponnya.

"Tenang saja [Name]. Manusia, 'kan harus tolong menolong sesama. Makanya, jangan sungkan kalau mau minta bantuan apapun dariku."

[Name] tersenyum, "Sekali lagi terima kasih. Ah ya, kakakku menyuruhku berbuat sesuatu untuk err ... membalas budi?"

"Hah? Tidak perlu repot-repot一"

"Kuroo, besok minggu, apa kau senggang?"

-o-

Kenawhy aku menuliskan kakak [Name] sebagai sosok yg kakak goals sekale XD gpp lah ya, semoga kalian enjoy.

Fyi, dua chapter belakangan ini wordsnya semakin panjang dari chapter sebelum-sebelumnya. Ada yang sadar nggak? hehe :>

Hayo.. mau ngapain besok minggu?

ForelsketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang