BAB 4

225 26 2
                                    

"Gadis itu menarik napas. Merasakan dinginnya ujung pistol di keningnya."

Yunho berhenti sejenak, menyeruput kopinya dan memeriksa satu paragraf terakhir yang ditulisnya. Kali ini ia tidak menulis naskah. Ia sedang berusaha menyelesaikan naskah novelnya yang tertunda pengerjaannya. Padahal ia sudah memulainya sejak tahun pertama kuliah.

"Sakit punggung." Lelaki itu menggumam pada malam. Sepertinya faktor usia akhir-akhir ini makin memperngaruhi kondisi tubuhnya.

Secangkir kopi hangat dan sepotong cake coklat. Yunho bukan tukang ngemil biasanya. Tapi pria jangkung dengan wajah antagonis yang baru ia kenal, berpapasan dengannya di lobi, dan memberikan sepotong cake cokelat. Ia bilang ia dapat diskon, jadi membeli lebih. Setelah itu ia ingat bahwa dia sedang diet. Rajin sekali, pikir Yunho, di jaman seperti ini laki-laki juga dibuat harus berdiet. Yunho melihat ke perutnya, mungkin ia juga harus berdiet.

Lalu pemuda itu buru-buru berlalu. Yunho cuma sempat berkata bahwa dia sudah memberikan komentar untuk cartoon web-nya. Padahal masih ingin ngobrol.

Dering telepon mengganggu konsentrasi Yunho yang sedang melamunkan pria tadi.

"Halo?"

"Yunhoooooo~" Suara melengking itu milik Kim Junsu. Yunho tak perlu menebak. Suara ceria dan sok asik itu sudah terasosiasikan dalam otaknya menjadi milik Junsu. "Yunho... Yunho... Yunho..." Sekarang suara itu terdengar sangat panik dan seperti hampir menangis.

"Oke. Tarik nafas, dan katakan ada apa?"

"Yoochun selingkuh!" Mulai lagi, pikir Yunho. Dia bukan gay. Tolong garisbawahi itu. Tapi ia sudah lama jadi tong sampah segala macam curhatan Junsu soal sahabatnya, Yoochun. Pria satu itu, apa ya? Bukan playboy. Bukan juga penggoda.

Tapi bahkan ketika Yoochun tidak melakukan apapun selalu ada wanita yang bertebaran mendekatinya. Dan sejak awal hubungan Yoochun dan Junsu tidak pernah mudah. Berawal dari dua sahabat yang kebablasan, mereka kemudian menjadi kekasih. Yunho tahu betul ceritanya. Cerita yang penuh haru biru yang membuatnya kurang tidur karena dicurhati dua orang sekaligus.

Jung Yunho itu tipikal yang tidak bisa tinggal diam melihat orang lain menderita. Kalau ia diam, maka ia akan merasa bersalah berkepanjangan.

Yap. Begitulah, akhirnya Yunho yang kerja keras membuat mereka bersatu. Lalu apa? Hampir setiap sebulan sekali ada saja pertengkarannya.

"Selingkuh bagaimana?"

"Aku menemukan noda lipstik di sapu tangannya. Dia kemarin malam bilang pergi minum-minum dengan koleganya." Oh iya. Untungnya kemarin Yunho berhasil melarikan diri lebih dulu dari lokasi syuting, jadi tidak perlu ikut pesta malam kemarin.

"Kau sudah minta penjelasan?" Suara Yunho keluar dengan sabar. "Kemarin memang ada pesta minum-minum untuk merayakan rating drama kami yang naik jadi peringkat dua minggu ini. Jadi Yoochun jelas tidak berbohong soal minum-minum dengan kolega. Seingatku tidak ada gadis satupun yang ikut kemarin malam. Tapi mungkin model dari Jepang yang menjadi pemeran Eunbi datang. Kulihat dia masih di sana kemarin malam. Mungkin dia muntah, terlalu banyak minum dan Yoochun meminjamkan saputangannya? Bisa kan?" Yunho selalu memuji bakat mengarangnya yang bisa digunakan di saat seperti ini. Senjata ampuh.

"Tapi Yun..."

Yunho menghela nafas. "Kau harus percaya pada kekasihmu, mengerti? Sekarang, Yoochun di mana? Sudah pulang?"

"Belum."

"Kalau begitu jerang air untuknya mandi dan buatkan teh. Setelah itu bicara baik-baik."

"Tapi Yun..."

"Apa lagi?" Yunho mulai kesal juga dibantah terus begini.

"Kami sudah punya pemanas otomatis untuk mandi."

Yunho mengusap wajahnya, berusaha untuk menambah kadar kesabarannya. "Kalau begitu buatkan teh saja, oke?"

"Oke. Thank's Yunho."

Lalu telepon mati. Yunho berpikir lain kali jika mereka bermasalah lagi, biarkan saja putuslah. Dengan begitu kan tidak ada pertengkaran yang harus Yunho tengahi lagi. Tapi kalau begitu Yunho jadi merasa jahat. Huh. Jatuh cinta itu membuat orang menjadi menyebalkan. Setidaknya sebagain besar orang begitu. Contohnya Junsu, pemuda itu dulunya tidak pernah terlihat cemburuan begini.

Dia punya kekasih juga santai-santai saja.

Tapi kenapa dengan Yoochun jadi segini posesifnya?

Atau mungkin percintaan sesama jenis menuntut ke-posesif-an sebesar ini?

Mungkin juga.

Yunho mulai mengetik lagi. Pistol otomatis itu hanya berisi satu peluru. Gadis itu mengingatkan dirinya sendiri. Jika tidak digunakan untuk mempertahankan hidupnya. Maka harus ia gunakan untuk mengakhirinya. Ayumi menatapnya sendu dan kosong. Mayat sahabatnya itu sudah ada di sana sejak sejam lalu. Ia kembali ke titik nol.

Dering telepon lagi. Kenapa lagi?

Yunho mengumpat dalam hati. Inspirasi sedang mengalir bagus begini kenapa banyak sekali godaannya sih?

"Halo?" Yunho menjawab dengan setengah malas.

"Halo." Suaranya dingin dan terdengar kagok. "Dengan Jung Yunho?" Rasanya aku pernah dengar suara seperti ini? Di mana ya?

"Ya. Saya sendiri. Ini dengan siapa?" Yunho menaikkan nada suaranya supaya terdengar lebih ceria. Mungkin orang dari penerbitan. Ia mengirimkan naskah sebulan lalu. Mungkin sekarang saatnya ia dapat jawaban apa naskahnya akan diterbitkan atau tidak?

"Ini Shim Changmin." Eh?

"Changmin?"

"Ya. Changmin." Itu adalah percakapan paling bodoh yang bisa ia lakukan lewat sambungan telepon.

Yunho menampar pelan pipinya lalu menelan ludah berusaha menjernihkan suara. "Ya, ada apa?"

"Aku ingin minta bantuan."

"Katakan saja dulu. Kalau aku bisa bantu, pasti kubantu." Yunho mengembangkan senyum mengayomi. Biarpun tidak ada yang melihatnya, Yunho adalah tipe manusia yang meyakinkan orang dengan seluruh gerak tubuhnya.

Ada helaan nafas ragu milik Changmin. "Boleh aku ikut menginap di apartemenmu? Aku harus mengejar deadline untuk besok. Tapi tetangga sebelah sedang berpesta, entah untuk apa?"

"Pasti berisik ya?" Lalu Yunho terkekeh, tapi tidak ada sahutan untuk kalimat sok menggodanya itu.

"Oke. Datanglah."

Yunho menatap naskah di laptopnya. Ah, Terserahlah.

Men-save hasil kerjanya lalu mematikan layar laptopnya. Ia tidak akan bisa menulis jika ada orang lain di sekitarnya.

.

.

.

Time Works Wonders ⏳ HoMin [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang