BAB 7

189 25 1
                                    

"Yunho!"

Yoochun melambai-lambai sok mesra dari kejauhan. Membuat Yunho ingin muntah dibuatnya. Di sampingnya ada Junsu yang tersenyum riang tidak jelas. Pasti sudah baikan.

Yunho memasang wajah datar. "Apa traktiranku kali ini?"

"Kamu tidak tanya dulu gimana kami baikan?" Junsu menyambar bicara begitu Yunho duduk.

"Tidak perlu." Yunho mengambil gelas Frappuchino Yoochun dan meminum isinya. "Pasti persis seperti yang kuceritakan."

"Tidak juga." Yoochun terkekeh melihat tampang tersinggung Junsu. Junsu meneruskan kalimatnya. "Yoochun ditantang seorang kru bertaruh, siapa yang bisa paling banyak minum tidak perlu membayar tagihan minumannya dan yang kalah harus mau dipakaikan lipstik lalu menarikan lagu Wonder Girls." Yunho menggaruk kepalanya. Alasan yang dikarangnya jauh lebih keren dibandingkan alasan yang sebenarnya.

Bagaimana kalu mereka sampai putus coba kemarin? Kan alasan salah pahamnya konyol sekali. "Kalian benar-benar berhutang besar padaku kali ini." Yunho mengangguk-angguk membenarkan pendapatnya sendiri.

Yoochun tertawa. "Mungkin sebaiknya kau yang cari pacar, Yun. Kalau single terus kan Junsu jadi tidak cangggung sama sekali untuk merepotkanmu."

Yunho memandang sinis ke arah pemuda dengan suara husky itu. Café di dekat stasiun subway ini salah satu langganan pasangan ini untuk mentraktir Yunho kalau mereka baru saja baikan setelah sebuah pertengkaran. "Sudahlah. Nanti juga datang sendiri kalau jodoh sih. Ya kan, Yun? Daripada manusia satu ini, getol cari kesana-kesini, nyangkutnya sama yang deket-deket juga."

"Siapa memang?" tanya Yoochun pura-pura tak mengerti. Junsu memajukan bibirnya, bersikap sok imut. Semantara Yoochun tertawa jenaka, menjawil gemas pipi berisi Junsu.

"Hentikan! Ingat umur, Jun." Yunho yang dibuat merinding melihat tingkah laku dua sahabatnya ini.

Yoochun berhenti dari tawanya. "Kamu sudah pikirkan soal tawaran drama berikutnya?"

"Sudah mulai menyusun plotnya malah." Yunho nyengir. "Aku punya teman baru, komikus. Jadi, mulai sedikit terbayang ceritanya." Yoochun memainkan alisnya. Merasa sedikit kaget dengan keputusan Yunho. Beberapa hari kemarin Yunho masih terlihat sangat tidak yakin soal proyek ini. Pertama, karena ia merasa ini waktu yang tepat untuk hiatus sementara dari pekerjaan menulis naskah drama dan fokus pada proyek novelnya. Kedua, karena Yunho bukan penggemar web cartoon, jadi nyaris tidak punya informasi apa-apa soal background cerita yang diminta oleh produser Han, bos paling baik hati di rumah produksi tempat Yoochun dan Yunho bernaung.

"Teman baru?" Junsu malah lebih tertarik pada pokok pembasan lain dalam kalimat Yunho. Yunho orang yang mudah bergaul, tapi selalu ada batasan tertentu yang dibangun pemuda itu. Junsu tahu betul soal itu, mungkin karena golongan darah A-nya atau mungkin memang begitu saja orangnya. Entahlah.

Itu sebabnya frasa teman baru tidak cocok dengan fakta bahwa ia bisa mempengaruhi keputusan Yunho soal sesuatu. Junsu tahu dari Yoochun bahwa Yunho bilang tak akan ambil proyek lagi dalam waktu dekat.

"Kami tetangga, beda lantai sih. Pria yang baik, tapi yah, tidak banyak bicara." Lalu Yunho menggeleng pelan "Setidaknya di pertemuan pertama."

"Laki-laki? Gak asik." Junsu terdengar sekali kecewa. Yunho dibuat mengernyit mendengar nada itu dari Junsu.

"Kenapa memangnya?"

"Kukira kau dapat mangsa bagus untuk dijadikan pacar. Soalnya setelah kejadian terakhir kau bilang tidak ingin berurusan dengan laki-laki lagi." Junsu mengistirahatkan dagunya di atas kedua tangannya yang bertumpu di sisi meja, sambil perlahan menghembuskan nafas lelah. "Kau harus mencari seseorang, Yun. Aku serius. Ini sudah hampir—"

"Mungkin sebaiknya kita pesan makanan." Yoochun buru-buru memotong kalimat Junsu. Mengabaikan bibir Junsu yang mengerucut memprotes tindakan kekasihnya. Dan melambaikan tangan pada pelayan yang sebenarnya sudah dari tadi memandangi mereka karena sudah lewat hampir sepuluh menit dan mereka belum memesan apapun.

Yunho menutupi senyum tak nyamannya dengan buku menu di tangannya. Ia tahu apa yang Junsu ingin katakan. Ini soal kekasih Yunho sebelumnya. Ini soal Yunho yang terlihat belum juga bisa move on, setelah hampir empat tahun. Yunho tidak akan memungkiri hal itu. Ini bukan seperti ia tidak bisa atau tidak ingin melupakan orang itu. Hanya saja, memang belum waktunya. Belum ada orang yang tepat. Dan entahlah, mungkin Yunho harus akui juga bahwa ia masih sedikit trauma untuk memulai hubungan baru lagi.

"Soal teman barumu itu..." Yoochun mulai bicara lagi setelah mereka semua selesai memesan makanan. "Junsu minggu depan tampil di pembukaan café baru temannya. Ajak dia. Aku penasaran pada orang yang bisa membuatmu berubah pikiran soal proyek yang awalnya kau tolak mentah-mentah ini."

Yunho tersenyum tipis sebelum menjawab. "Hari apa? Aku harus tanya dulu apa dia sedang dikejar deadline atau tidak."

"Jumat malam, siapa yang kerja di malam sebelum weekend memangnya?" Yoochun entah mengapa menurut Yunho terlihat terlalu bersemangat soal teman baru ini.

Yunho membuat ekspresi mencibir yang unik dengan bibir bawahnya yang tebal. "Mereka yang sedang menyelesaikan syuting drama kejar tayang misalnya?" sindir Yunho. Yoochun memang kadang suka lupa dengan dedikasi yang dibutuhkannya dalam pekerjaannya sebagai aktor dan sutradara drama-drama paling sibuk di Korea.

Apapun itu. Ia cuma berharap jika Changmin benar bisa datang, Yoochun tidak terlalu banyak flirting dengannya dan membuat Yunho kehilangan jam tidur untuk mendengarkan curhatan Junsu yang cemburu pada teman baru Yunho.

.

.

.

.

Time Works Wonders ⏳ HoMin [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang