BAB 6

204 26 3
                                    

Pagi yang cerah, matahari bersinar dengan panas yang sempurna. Cukup hangat untuk digunakan olahraga pagi. Udara juga tidak terlalu dingin. Pagi yang sempurna untuk pergi jogging. Tapi dibandingkan jogging, Yunho lebih tertarik menghampiri meja kerjanya. Ada seorang pemuda jangkung yang tertidur kelelahan dalam posisi duduk. Dia bahkan masih memegang pensil gambarnya. Layar laptopnya mati dan lampu baterainya menyala merah.

Yunho mengernyit dan memeriksa dimana pria itu menaruh charger laptopnya. Ketika menemukannya ia menyelamatkan laptop pemuda itu dulu dari kematian. Siapa tahu ada file yang belum di-save olehnya.

"Hei." Yunho menepuk pelan pundak pemuda itu. Lalu ia melihat mata pemuda itu mengerjap, ia mengangkat kepalanya perlahan dan menengok ke asal suara Yunho. Melihatnya sebentar. Wajahnya tidak karu-karuan antara kelelahan dan mengantuk berat. Pensilnya terlepas dari jarinya, lalu ia tertidur kembali.

Yunho tersenyum jahil, tertawa dalam hati. "Lucu sekali?"

Jadi Yunho mengurungkan niatnya untuk membangunkan pria itu. Mungkin memang sebaiknya ia pindahkan ke kamar. Tapi ia tidak yakin sanggup mengangkat tubuh sepanjang ini tanpa mengganggu tidur nyenyak si empunya tubuh. Jadi lelaki bermata sipit itu memilih mengambilkan selimut. Menutupi tubuh jangkung itu dengan selimut. Kemudian membereskan kertas-kertas berisi berbagai plot komik di atas meja.

Lalu lelaki itu pergi ke dapur. Membuka kulkas dan bertanya-tanya apa yang bisa ia masak? Yunho tidak terlalu pandai memasak. Tapi ada beberapa menu sederhana yang bisa dibuatnya. Jadi dengan perbendaharaan menu yang terbatas Yunho mengingat-ingat apa masakan yang bagus untuk tubuh kelelahan macam milik Changmin. Mungkin sup miso? Atau sup krim dengan roti panggang? Pemuda itu lebih suka makanan Asia atau makanan Barat ya? Atau makanan lokal? Kimchi jiggae? Ya, Yunho tahu sih makanan itu lebih cocok untuk makan siang, tapi itu masakan Yunho yang paling bisa diandalkan cita rasanya.

Setelah berpikir lumayan lama, dan melihat rambut cokelat madu pria itu. Dan mengambil kesimpulan bahwa sepertinya pria itu akan lebih suka masakan barat. Jadi ia membuatkan sup krim yang memang lebih praktis dibandingkan menu-menu lain yang muncul di kepalanya. Yunho mulai memasak, mencuci bahan-bahan, memanaskan panci dan menyiapkan bumbu. Ia bergerak cukup cekatan. Dari bagian dapur ini pindah ke bagian dapur lain. Yunho terlihat serius dan sibuk sekali.

Kenapa ia begini serius? Sambil mencuci pisau dan menunggu supnya matang ia kemudian berpikir. Shim Changmin ini siapa? Yunho kemudian bertanya-tanya sendiri. Kenal baru kemarin. Kenapa penting sekali dia sampai mau membuatkan sarapan seperti ini? Tapi Yunho menggeleng. Dia memang selalu begini. Sudah ada dalam darahnya, bahwa ia memang tidak bisa tidak peduli soal orang lain. Terlebih yang tampak lemah dan kelelahan seperti Changmin. Dia mungkin jangkung dan besar, tapi selalu ada aura kesepian dan keringkihan yang dikeluarkan pria itu.

Sama seperti kasus Mimi, kucing itu. Changmin benar bahwa kebaikan seharusnya tidak setengah-setengah. Yunho juga sebenarnya ingin tetap memelihara kucing itu seandainya apartemen ini tidak melarang membawa binatang peliharaan. Dan mungkin jika ingin kejam sekalian saja Yunho tak perlu memungut anak kucing itu sama sekali. Tapi Yunho tidak terbiasa menjadi kejam.

Lalu bagaimana dengan Changmin sendiri? Yunho menatap punggung pemuda yang tertidur lelap itu. Belum ada tanda-tanda ia akan terbangun. Yunho bertanya-tanya mengapa ia sebegini mau direpotkan oleh pria ini? Apa Yunho hanya sedang ingin membuktikan pada pria ini bahwa kebaikannya tidak setengah-setengah?

Membingungkan.

Yunho buru-buru menengok supnya. Takut terlalu lama melamun dan hasil masakannya gosong sia-sia.

"Hyung." Suaranya bass serak yang mengerikan.

"Huaaa!" Lelaki jangkung itu mendadak saja muncul di belakang Yunho. Kapan bangunnya?

Time Works Wonders ⏳ HoMin [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang