BAB 10

411 28 15
                                    

Changmin hanya ingat bahwa ia sedang menenggak gelas keenam dari minuman kerasnya ketika Junsu menariknya dan Yunho untuk bernyanyi bersama di atas panggung. Dan setelah itu pesta perayaan pembukaan café itu jadi gila-gilaan. Tallantalegra lalu Incredible, Changmin is not a good dancer. Tapi ia tidak bisa membiarkan wajah songong Yunho yang mengajaknya battle di lagu Intoxication. Dan lebih daripada battle bisa dibilang mereka lebih terlihat sedang merayu satu sama lain.

Dan selebihnya Changmin lupa.

"Erm..." Alcohol sucks. Changmin menambahkan catatan kecil di kepalanya. Changmin tidak terbangun karena ia ingin bangun. Tapi karena ada tekanan dari dalam perutnya. Ada cairan muntahan yang akan keluar, tapi Changmin berhasil menelannya lagi. Dan rasa pahit cairan itu membakar tenggorokannya. Ia membuka matanya dan cepat mencari tempat aman untuk muntah.

Apartemen Yunho hyung? ujarnya bingung dalam hati. Ia tidak tidur di meja kerja Yunho lagi kali ini. Ia tidur di sofa panjang. Changmin mendudukkan dirinya dan berusaha menahan pusing berat di kepalanya. Bersyukur bahwa ia masih bisa menahan muntahannya dan tidak muntah di sofa bersih Yunho.

"Yo! Changmin..." Yunho muncul dengan apron hitamnya sambil membawa pring berisi setumpuk pancake. Dan wangi mentega membuat Changmin kehilangan kekuatannya untuk menahan mual. Ia bergegas berlari menuju kamar mandi. Meninggalkan Yunho yang dibuat terbengong-bengong dengan kecepatan pelari olimpiade yang dilihatnya barusan.

Yunho menengok sedikit dari celah pintu kamar mandi yang tak berhasil Changmin tutup dengan benar. Pemuda jangkung yang semalam ia papah dengan susah payah ke apartemennya sedang duduk di dekat toilet. Setelah menyiram hasil muntahannya ia berbalik dan bersandar pada dinding. "Yo! Hyung." ujar Changmin dengan suara buruk yang tidak dikenalinya sendiri.

"Kau mau aspirin sebelum sarapan?"

Changmin menggeleng. Aspirin tidak bekerja untuknya. Ia ingat ketika pertama kali mabuk ketika kuliah dan meminum aspirin besoknya ia dibuat pusing luar biasa dan muntah berkali-kali sepanjang hari itu. Mungkin itu efek detoksifikasi. Tapi Changmin lebih memilih tidak melakukannya lagi. "Chamomile tea. Tolong jangan bicarakan aspirin," ujarnya lemah. Kali ini ia mulai lebih bisa mengenali suaranya.

Yunho mengangguk dan menghilang dari celah pintu kamar mandi itu. Changmin diam selama beberapa saat di lantai kamar mandi. Setelah pergelutan dengan isi perut barusan, ia merasa bahwa lantai kamar mandi Yunho jadi sangat nyaman dan ia nyaris terlelap jika Yunho tidak muncul lagi di celah kamar mandi. "Bangun, Changmin." Ada nada jengkel di suara Yunho. Tapi pemuda itu dengan cekatan dan hati-hati mendekati Changmin dan membantunya berdiri. Changmin menahan langkah Yunho yang akan membawanya keluar kamar mandi. "Aku harus sikat gigi." Changmin lebih seperti berujar pada dirinya sendiri. Jadi Yunho menyandarkan Changmin di dinding dekat cermin dan mengambil sikat gigi yang pernah Changmin gunakan sebelumnya, menyiapkan odolnya dan memberikannya pada Changmin.

Dengan sedikit susah payah dan beberapa gerakan konyol akhirnya Changmin berhasil memasukkan sikat gigi itu ke mulutnya dan mulai menyikat. Yunho tersenyum lemah. "Aku tunggu di luar," katanya ketika berlalu. Setelah sikat gigi, Changmin merasa jauh lebih bisa menguasai diri dan mulai membasuh mukanya. Baru menyadari bahwa ia sudah tidak menggunakan jaket kulitnya. Dan ada noda muntah di kaus Linkin Park kesayangannya. Changmin menggeram kesal pada diri sendiri.

Ia berjalan dengan sedikit oleng, menemukan Yunho bersenandung lagu Intoxication ketika membaca koran pagi. Begitu melihat Changmin, Yunho entah mengapa merasa harus langsung berkomentar. "Sepertinya kau butuh kaos Linkin Park baru." Changmin memamerkan senyum antagonisnya. Kenapa pria ini harus menaburkan garam di lukanya? Sial.

Time Works Wonders ⏳ HoMin [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang