Pagi selalu indah untuk mengawali pagi. Bagi mereka yang selalu tertawa, pagi adalah hal yang di nanti. Tetapi, tak untuk mereka yang berkebalikan.
Pagi ini mataharinya juga cukup untuk menghangatkan badannya yang kedinginan. Seokjin berangkat kuliah seperti biasanya. Menaiki bus juga kakaknya yang kembali bekerja. Seokjin berjalan ke kelasnya sambil menyumpal telinganya dengan headset. Ia tak sengaja berpapasan dengan Taehyung saat berada di lorong menuju kelasnya. Taehyung tersenyum ramah pada Seokjin begitu pula dengan Seokjin.
“Pagi," sapa Taehyung.
“Pagi. Ohh kulihat kau berangkat memakai mobilmu. Apa kau anak orang kaya heum?” Goda Seokjin. Taehyung terlihat tersenyum malu dan menunduk.
“Jangan malu, disini hampir semua mahasiswanya adalah kalangan atas. Kau tak perlu malu seperti itu,” ucap Seokjin menenangkan.
“Hmm ya kau benar. Kau pasti kau juga termasuk di dalamnya?” Taehyung berujar santai.
“Tidak. Aku hanyalah anak biasa. Aku hanya wanita beruntung yang mendapat beasiswa sampai lulus disini.” Seokjin mengucapkannya sembari menarik senyumnya. Taehyung hanya mengangguk.
“Maafkan aku,” ucapnya sambil menunduk.
“Untuk apa? Kau tak perlu seperti itu. Aku tak pernah merasa tersinggung kok.” Seokjin menepuk bahu Taehyung pelan dan lelaki itu tersenyum hangat.
Tiba-tiba Taehyung berhenti dan menatap tajam ke arah kanannya. Seokjin yang heran pun akhirnya juga ikutan berhenti. Dia mengamati Taehyung heran. "Ada apa dengannya," pikir Seokjin. Taehyung tetap fokus pada penglihatannya. Seolah hanya ada dirinya dan obyek yang di amati Taehyung di sana.
Seokjin mengikuti arah pandang Taehyung dan dia terkejut. Seorang wanita tiba-tiba jatuh dari lantai atas dan darah langsung menggenang diarea kepalanya. Seokjin dapat melihat beberapa mahasiswa mulai menghampirinya dan sebagiannya lagi memberi laporan pada dosen. Jadi, itu yang dilihat oleh Taehyung. Tapi, mengapa dia hanya diam tanpa berkutik sedikitpun?
“Astaga! Taehyung lihatlah ada orang bunuh diri. Ayo kita kesana.” Seokjin menarik tangan Taehyung. Tapi yang ditarik malah terdiam bak seorang patung. Bahkan Seokjin pun jadi terkunci oleh pergerakkannya. "Taehyung...," lirih Seokjin.
“Dia punya masalah dengan orang tuanya. Ayahnya berselingkuh dan menceraikan ibunya. Lalu ibunya memilih untuk bunuh diri dan sekarang dia juga memilih jalan yang sama. Bodoh sekali," ucap Taehyung tanpa sadar.
“Huh?” Seokjin hanya mengangkat alisnya terheran. Taehyung tersadar dari pikirannya saat mendengar Seokjin berkata. Ia tahu kebiasaanya adalah mengatakan apa yang dia lihat secara spontan.
“Huh... Apa?” Jawab Taehyung pura-pura tak mengerti.
“Apa yang kau katakan barusan?” Seokjin menunjuk diri Taehyung. Entah mengapa tapi Seokjin tak merasakan kekhawatiran apa pun. Padahal seumur hidupnya ini pertama kalinya Seokjin melihat seseorang mati di hadapannya.
“Memang aku mengatakan apa?”
“Kau mengatakan bahwa wanita yang bunuh diri itu punya masalah dengan orang tuanya,” jawab Seokjin.
“Oh lupakan,” jawabnya singkat. Taehyung lalu berjalan menuju kelasnya dan meninggalkan Seokjin sendirian. Seokjin hanya melongo dengan apa yang terjadi sekarang. Dia mengangkat bahunya tak acuh dan berlari mengejar Taehyung.
.
.
.
Seusai kuliah Seokjin dan Yoongi akan ke mall. Jangan kira bahwa Seokjin akan berbelanja. Ia hanya akan mengantar Yoongi membeli baju dan kosmetik lalu pulang. Karena Seokjin malas untuk pulang naik bus jadi dia menyetujui ajakan Yoongi. Dan disinilah ia sekarang di depan gerbang sekolahnya menanti satu wanita yang juga akan ikut bersamanya. Teman Seokjin sejak kecil. Jeon Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NamJin] What The Fuck Season 1 - Life Mirror
Fantasía[END] Hanya sebuah kisah abal-abal yang terjadi dari sebuah kehidupan seorang gadis. Pencarian sebuah jati diri yang melahirkan sebuah peristiwa besar. Kepingan demi kepingan dia punguti, menyusunnya pelan-pelan agar tak hilang satupun. Seperti tum...