Episode 17 Feel Sick

228 30 2
                                    

Tap...Tap.. Tap..

Jimin berjalan pelan menyusuri lorong Rumah Sakit Setiyas tempat dimana Soojun di rawat. Sudah 2 hari dia tidak mengunjunginya. Mungkin dia merindukannya. Bukan tanpa alasan. Dia mendengar kabar bahwa Soojun semakin buruk karena penyakitnya. Dan dia resmi keluar sebagai mahasiswa di Universitasnya. Mungkin ingin fokus untuk sembuh.

Jimin menatap pintu putih yang selalu tertutup rapat disana. Dia berhenti sejenak sebelum mengetuk pintu kamar Soojun. Jimin memandang bunga yang ada di tangannya. Mawar putih. Itulah kesukaan Soojun. Dia selalu saja merindukan bunga ini setiap kali Jimin mengunjunginya. Oleh sebab itu, ia selalu membawakannya.

Jimin mengulurkan tangannya untuk mengetuk tapi, dia terhenti. Jimin mendengar suara tangisan dari dalam, Jimin tahu itu adalah ibu Soojun. Tapi kenapa. Dia kemudian langsung masuk tanpa basa basi dan..

Bruk..

Jimin menjatuhkan bunga mawar putih yang ia bawa untuk Soojun. Betapa terkejutnya Jimin saat mendapati Soojun yang tergeletak di tempat tidur dengan wajah yang sudah ditutup kain putih. Apa yang terjadi?

Jimin menghampiri ibu Soojun, Ibu Soojun menatap Jimin dan memeluk lelaki itu dengan erat. Air matanya masih membasahi pipinya.

“tenanglah Bi,”

“nak Jimin. Anakku sudah tiada sekarang. Mengapa ini bisa terjadi. Aku sangat menyesal. Disaat terakhirnya aku justru tak ada di sampingnya.. Seharusnya aku tak meninggalkannya sendirian tadi.. Hiks.. Hiks..”

“sudahlah Bi, aku yakin Soojun pasti tenang sekarang dia sudah tak sakit lagi. Dia sudah terbebas dari penderitaannya..”

“Bibi tahu nak Jimin. Bibi hanya tak percaya dengan semua ini.. Hiks..”

Jimin hanya memandang tubuh Soojun yang sudah di tutup dengan kain itu. Sudah 1 tahun belakangan ini saat Soojun dinyatakan mengidap kanker. Dan ternyata hari ini adalah hari terakhir dia ada di dunia ini. Mungkin Soojun bukan orang yang Jimin cintai sebagai kekasih. Tapi dia menyayanginya sebagai teman yang sangat berharga. Jimin merasa kehilangan. Tapi dia tidak bisa berbuat lebih selain mengunjunginya, memberi semangat dan memotivasinya. Tuhan berkehendak lain. Dia di ambil dengan cepat untuk berada di sisi Tuhan.
.
.
.
Tap.. Tap.. Tap..

Suara langkah kaki jelas terdengar di sebuah lorong dengan corak keemasan. Pelan, santai tapi tegas. Matanya yang tajam menatap sebuah pintu besar dimana ada dua penjaga di sana. Tangannya mengambil sebuah kartu perak dari sakunya dan menunjukkannya ke penjaga itu. Penjaga itu membuka pintu dan lelaki itu masuk ke dalamnya. Maniknya langsung bertemu dengan wanita dengan dress hitam yang glamour sedang menikmati coklat panasnya.

Lelaki itu berdiri di hadapannya dan menyodorkan sebuah perekam di hadapan wanita itu. Dengan tersenyum licik wanita itu mengambilnya dan berdiri. Dia menyentuh pundak lelaki itu dan merabanya nakal.

“terima kasih sayangku.. Aku sangat senang” ucapnya dengan nada yang rendah. Wanita itu kemudian berjalan meninggalkan lelaki itu.
.
.
.
Semilirnya angin sore menerpa wajahnya dengan lembut. Dia merentangkan tangannya yang putih di atas rerumputan yang hijau. Sekilas matanya menatap langit biru dan menutupnya. Menikmati sensasi nyaman di sekitarnya.

Taehyung mengeluarkan ponselnya, ia ingin mengambil momennya di rerumputan bekas pertempuran 21 tahun yang lalu.

“aku sudah lupa bagaimana aku yang dulu. ”

“hmmm”

Seokjin berjalan menghampiri Taehyung yang berbaring di rumput hijau. Seokjin duduk di sebelah Taehyung sambil tetap mengamati daerah itu. Sangat kacau batin Seokjin. Tapi penuh kenangan.

[NamJin] What The Fuck Season 1 - Life MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang