OBSECRO: 42

3.1K 817 141
                                    

Chapter Too Much Style itu cuma isengan gue doang, kalo gue up tanpa ada tulisan kayak di judul. Itu artinya bukan termasuk chapter inti, itu gue lagi kangen LuDo moment aja :''v

ⓛⓛⓛ

Aku dan Kyungsoo sontak menoleh ke arah sumber suara, berusaha memastikan apa yang ada di balik pintu kamar. Dan setelah Kyungsoo melangkah untuk membuka pintu, aku cukup terkejut karena yang mencakar pintu kamar adalah makhluk berbulu nan lucu.

"Aurum," omel Kyungsoo. "Jangan cakar pintu!"

Si kucing hanya mengeong sembari mendekatkan dirinya ke kaki Kyungsoo, mengelilingi sekitar kakinya lalu kembali mengeong.

"Kucingmu?" tanyaku penasaran.

"Iya," sahut Kyungsoo sembari menggendong peliharannya yang gemuk dan berbulu. "Mau gendong?"

Aku menggeleng dengan senyum kecut. "Tidak, aku tidak terbiasa menggendong. Dan lagi, kau kelihatan piawai sekali menggendong, efek punya anak ya?"

Kyungsoo hanya diam sambil mengelus kucingnya untuk mengalihkan perhatian.

"Jangan dibahas," ucap Kyungsoo samar.

"Bagaimana rasanya berkeluarga?" Aku bertanya sembari membetulkan posisi duduk.

"Hampa," sahutnya cepat.

"Kenapa?"

Kyungsoo menatapku kelam, lalu mulai menjawab. "Karena bukan kau ibu dari anakku."

"Hye Ri bahkan satu juta lebih baik daripada aku," kataku dengan intonasi tenang.

"Terserah," katanya jengah. "Aku hanya tidak ingin kau pergi, itu saja."

"Tapi kau dengan santai menjebloskanku ke rumah sakit jiwa, wahh, kau hebat Tuan Do."

"Itu bukan keinginanku," katanya mengelak. "Aku kalut saat itu."

"Aku hanya tidak tahu haru–"

"Ya ya ya, terserah." Aku menukas perkataanya, sumpah, jika diteruskan rasanya aku ingin menendang wajah si berengsek satu ini.

"Kemari," kataku pada akhirnya sembari menepuk ruang di hadapanku.

Tepat saat Kyungsoo mendekat ke arahku, dan saat itu juga aku beranjak untuk mengambil kotak PK yang terletak di samping lemari Kyungsoo, namun sebelumnya, aku seperti melihat kertas usang yang berdebu.

Aku lantas kembali dan duduk di hadapannya, kubuka kotak yang tadi aku ambil dan segera membuka tutup botol obat merah dan kapas.

"Sini," kataku menyuruh agar Kyungsoo mendekat.

Saat Kyungsoo sudah ada di depan wajahku, matanya seolah menghunjam jantungku perlahan. Darahku berdesir tak karuan, suram manik matanya membuat aku ingin memeluknya alih-alih takut. Ada apa dengan pria ini? Kugerakan kapas ke samping dan ke sekiling luka di sekitaran bibirnya, dan saat aku menyentuh lipatan daging berwarna merah muda itu, aku sempat tertegun, menarik napas dan melanjutkan kegiatanku saat ini.

Jauh di dalam hati, aku masih tidak percaya kalau kami sudah bercerai, kami resmi bukan siapa-siapa sekarang.

"Matamu kenapa?" tanya Kyungsoo setelah sebelumnya meringis kesakitan.

Dan sedetik kemudian, ia menankupkan tangannya di wajahku. Tak lama ibu jarinya menyeka kelopak mataku yang ternyata sudah berair.

"Kau menangis?" tanya Kyungsoo sembari terus saja mengusap pipiku dengan ibu jarinya.

Dengan sesegera mungkin, aku menepis tangannya agak kasar. Sial, sejak kapan aku menangis??

Tak lama suara ketukan kamar mulai terdengar dari luar. "Soo? Makan malamnya sebentar lagi siap, kau dan istrimu baiknya segera bergegas."

OBSECROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang