Merah, basah, menggenang, Leyo ketakutan setengah mati kala matanya menyaksikan pemandangan yang mengerikan di hadapannya.
Di bawah guyuran hujan yang tidak kunjung reda. Air yang mengalir sama sekali tidak mampu menghilangkan darah yang keluar dari sana.
Mobil yang sempat menyentuh tubuhnya dengan keras tiba-tiba saja memutar balik panik.
Leyo berjalan gontai menghampiri Luna yang tergeletak hampir-hampir tidak bernyawa dengan darah dan luka di mana-mana. Kepalanya seperti habis membentur sesuatu, sangat kencang, keras dan tiba-tiba.
Mata Leyo cekung ke dalam mendapati kalau ternyata ini semua bukan mimpi, ini realita, realita yang nyata. Mata sudah bicara. Dan fakta pun angkat suara.
Harusnya tidak begini, harusnya tidak seperti ini. Leyo tidak ingin ini terjadi. Sama sekali tidak ingin.
Diraihnya kepala Luna yang masih berlumuran darah, hidung dan mulutnya masih anteng mengeluarkan cairan merah, enggan untuk berhenti tak sudi untuk pergi.
Sempat limbung dan linglung harus berbuat apa, sampai dia ingat kalau seseorang setidaknya bisa membantu Leyo saat ini.
Leyo meraih ponselnya dari dalam saku, melakukan panggilan dan segera bicara tepat ketika sudah tersambung.
"Laz," kata Leyo. "Bisa bantu aku?"
"Ada apa?"
"Luna ...."
"Luna kenapa?"
"Luna kecelakaan, kejadian saat itu terulang kembali."
"DI MANA KAU SEKARANG? TUNGGU AKU! BYAN! IKUT AKU! LEVAN! KAU JUGA!"
"Aku di persimpangan jalan, 200 meter dari rumah Byan."
Panggilan terputus, dan Leyo hanya bisa diam. Di bawah guyuran hujan, rasanya seolah nyawa Leyo ditarik perlahan untuk keluar dari dalam tubuh. Ini sakit.
ⓛⓛⓛ
Barang sedetik pun Luna tidak pernah menyangka kalau pria yang mulai dicintai olehnya bisa tega berbuat demikian, mulai dari bersandiwara dan berpura-pura seolah tidak tahu apa pun perihal hilangnya ingatan Luna beberapa bulan silam. Kini ia harus dihadapkan pada fakta kalau Leyo hanya memanfaatkannya karena belum bisa melupakan Hye Ri.
Luna ingin segera pulang, berbaring dan menangis. Sampai ia sadar kalau memang Luna tidak punya rumah. Sungguh kasihan.
Perasaannya masih plin-plan. Antara kembali atau pergi, antara bertahan atau menghilang perlahan.
Air mata Luna masih tidak mau berhenti, sekuat tenaga dan setengah mati Luna berusaha agar tidak menangis. Namun terlambat, karena hatinya terlanjur rapuh dan retak dalam waktu yang bersamaan.
Ada gejolak dalam batinnya untuk berbalik, melihat Leyo untuk mungkin yang terkahir kalinya. Namun saat dia sadar, Luna tengah berhenti berjalan di persimpangan jalan, lalu gendang telinganya diusik oleh suara berisik dari samping kanan.
Sepersekian detik kemudian, silau sorot lampu membungkam matanya. Luna terpejam, sambil pasrah karena tahu ia tidak akan bisa lolos. Tubuhnya kembali ditabrak oleh mobil dan terpental hingga kepalanya tidak selamat dan menghantam trotoar.
Sekilas Luna bisa merasakan kalau tetes hujan masih membasahi wajah dan tubuhnya, namun sayang. Semua kabur, samar dan mulai gelap. Hingga dingin dan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSECRO
Romance[Sequel MCiMH] [TAMAT] [LuDo's 2nd Series] [5 chapter dihapus demi kepentingan penerbitan] #87 fanfiction 28-08-2018 Sekarang aku tahu, semua memang dirancang untuk hari ini, Tuhan mempersiapkan semuanya dengan matang. Seakan skenario telah tersusu...