Sekali lagi mohon maafkan author yang lagi-lagi sangat terlambat update. Ada banyak kesibukan yang bikin author gabisa update rutin dan kalo kedepannya akan begini lagi author harap readers sekalian bisa mengerti huhu >< And thank you for all of you guys who still read this story. I know that this story still lacks a lot, but I will try my best to improve.
Love, author.
.
.
.
Aku langsung taruh tas dan menghempaskan badanku di kasur begitu sampai kamar.
Final exam, this thing really ruined my life even more.
Pada minggu-minggu kayak ginilah orangtua bakal mulai menuntut anaknya buat belajar lebih keras. Menuntut dan menuntut tanpa tahu kalau bukan cuma mereka yang capek kerja. Kami sebagai pelajar juga capek.
Aku kembali duduk dan melihat gitar yang aku taruh di pojok kamar.
Jae, you really have to be serious this time.
Aku harus belajar lebih keras dan dapetin nilai yang, at least, lebih baik dari pada semester lalu. Aku capek harus dibandingin sama kakakku terus.
Begitu selesai mandi dan ganti baju, aku langsung duduk di meja belajar dan mengeluarkan buku matematikaku.
Saatnya berperang.
Jujur, sebenernya aku bukan tipe orang yang betah belajar lama-lama. Aku ga bisa yang namanya menghadap buku sampai berjam-jam. Apalagi matematika. Tapi aku ga tahu cara lain yang bisa aku lakuin supaya dapet nilai bagus.
Aku ga tahu gimana caranya supaya aku bisa lebih dipandang, baik sama orang lain, atau orangtuaku sendiri.
Sudah 2 jam aku mempelajari matematika dan mengerjakan ulang soal-soal yang sudah pernah aku kerjakan. Aku bener-bener cari jawaban dari soal yang sebelumnya aku jawab salah. Ada beberapa soal yang aku bisa, tapi juga ada soal yang hasilnya nihil.
Mataku rasanya udah perih banget. Aku lepas kacamataku dan aku usap wajahku, mungkin lebih baik kalau aku keluar kamar sebentar buat minum dan istirahat. Semoga aja dengan istirahat 15 menit udah bikin aku bisa relax dan mulai belajar lagi.
Aku keluar kamar dan melihat mama lagi nonton TV. Kakak ga kelihatan, paling juga belajar di kamar. Aku berjalan ke dapur dan mengambil minum. Aku juga sekalian nyari makanan yang bisa dibuat nyemil saat nanti aku kembali berperang dengan matematika.
"Jae ga belajar?" ujar mama tiba-tiba.
"Udah ma, ini istirahat dulu."
"Dikit-dikit istirahat, dikit-dikit istirahat, kapan belajarnya kalo gitu?"
Yup, here we start again.
"Ya dari tadi aku di kamar juga belajar, mah."
"Ga hapean aja kan? Usaha dikit lah Jae, bisa kok nilai kamu naik. Kakak kamu aja bisa."
Aku menaruh gelasku cukup keras.
"Jadi mama kira selama ini aku gak usaha? Aku sendiri capek ma, gatau lagi harus usaha pake cara apa biar sedikit aja bisa banggain mama."
Mama cuma diem dan ngelihatin aku. Aku menghembuskan nafas balik ke kamarku sambil menahan panas di dada. Aku tahu aku udah keterlaluan, tapi aku ga bisa lagi. Aku denger mama beberapa kali teriakin nama aku, aku ga peduli. Mungkin emang aku yang terlalu bodoh, aku yang terlalu malas sampai mama harus tegur aku bolak balik. Aku memang anak yang sama sekali ga bisa dibanggain.
Seandainya aku sepintar Hana, sebaik Hana, mungkin ga akan jadi kayak gini.
Hana, lagi-lagi nama itu muncul di kepalaku.
Aku langsung ngesearch kontaknya dia dan ngechat dia.
Hana
Ak harus belajar gimana lagi biar bisa kayak km na?
Jangan, nanti kamu capek
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragile [DAY6 - Jae]
Fanfiction"Kamu sadar ga sih, kalau kamu serapuh itu?" -Jae "Ngaca." -Hana -a jae fanfiction! au!