Aku kembali lagi menapakkan kaki di sekolah. Aku cuma berharap Jae ga sadar kalau mataku bengkak. Semalam aku hampir ga tidur, aku maksain buat menyelesaikan belajarku meskipun air mata udah sampai netes-netes ke buku. Setelah aku jawab chatnya Jae, dia ga merespon lagi.
I know he's now struggling too.
Karena itu aku ga mau dia tahu kalau aku habis nangis semalaman. Aku pengen ngeringanin bebannya dia sedikit aja, paling ga dengan ga ngasih tahu dia kalau aku juga struggle.
"Hey, siap matematika?"
Jae menyapaku sambil nepuk pundakku dari belakang. Masih kayak biasanya.
I hate that fake smile.
"Kamu sendiri? Udah belajar? Ga ketiduran kan?"
"Ya ga lah! Aku bener-bener belajar kemaren."
Dia diam.
"Aku ga mau dapet nilai jelek lagi, biar sekali-kali dapet nilai bagus kayak situ."
Lalu Jae cekikikan lagi.
Aku ga tahu mau jawab apa. Aku tahu dia capek. Sepintar apapun dia pasang senyumnya, dia gabisa bohongin aku.
Ujian matematika dimulai ga lama setelah bel masuk sekolah. Jae yang duduk ga jauh di depanku sempat menoleh ke belakang. Aku bisa lihat punggungnya dengan jelas dari tempat dudukku. Mungkin dia juga ga tidur tadi malam, mungkin saja dia juga stress mikirin ujian hari ini, atau dia punya masalah lain?
Aku sekali lagi melihat ke arah Jae yang kelihatan serius banget kerja soal. Lucu kalau lihat dia bisa jadi seserius ini. Melihat seorang Jae yang biasanya selengean berubah jadi serius itu pemandangan langka.
Jae noleh ke belakang dan membuat mata kami bertemu satu sama lain.
Kerjain
Ucap Jae tanpa membuat suara.
Aku tersenyum kecil lalu fokus lagi sama kertas di depanku. Kalau udah gini kelakuannya, ga bakal ada yang nyangka kalau dia semalam ngirim chat dengan kata-kata yang udah kayak orang putus asa.
***
"Yang tadi gaya-gaya an udah belajar gimana? Bisa ga?" ujarku sambil duduk di sebelah Jae yang sibuk merhatiin pohon. Kami emang suka duduk di taman sekolah. Kantin kelewat rame kalau jam istirahat, jadi kami biasanya milih duduk di sini dan lebih leluasa ngobrol.
"Pasrah aja udah. Lakukan yang terbaik, maka Tuhan akan menentukan hasilnya."
"Idih gaya," aku mukul lengan Jae pelan. Jae sok-sokan mengaduh sambil mengusap-usap lengannya.
"Emang tadi udah yang terbaik?"
Jae nyengir.
"Itu masalahnya. Belum."
Dia nyengir lagi.
"Lah, dasar. Gitu sok-sokan bikin quote segala."
"Biar terdengar bijak gitu."
Kami berdua kemudian diam. Aku ga tahu apa yang ada dipikiran Jae, tapi kelihatannya dia menahan untuk ga membicarakan sesuatu. Aku bisa menduga kalau itu soal chat tadi malam. Sejujurnya, aku juga pengen nanyain Jae maksud dari chat dia kemarin.
"Na."
Aku menoleh dan mendapati Jae masih sibuk memperhatikan dedaunan di atas kepalanya yang bergoyang karena tertiup angin.
"Kamu semalem gapapa kan?" ujar Jae sambil menolehkan mukanya dan sekarang melihat padaku.
"Harusnya aku yang nanya gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragile [DAY6 - Jae]
Fanfiction"Kamu sadar ga sih, kalau kamu serapuh itu?" -Jae "Ngaca." -Hana -a jae fanfiction! au!