05: Hug

2.7K 404 16
                                    


Yak sesuai janji author, here is the second chapter for today! Jangan lupa vote sama comment <3

.

.

.

Mataku mulai mencari-cari Jae di antara bangku pemain. Ga susah buat cari dia, kuncinya cuma cari yang paling krempeng. Aku langsung melambai-lambaikan tanganku ke arahnya, sayangnya dia kayaknya ga tahu kalau aku melambaikan tangan ke dia. Aku lagi-lagi terpaku sama sosok krempeng tadi. Dia kelihatan grogi. Dia ga berhenti goyang-goyangin kakinya dan ga bisa berhenti mainin raketnya. Aku cuma bisa ketawa kecil. Sebenarnya, aku juga ikut grogi. Aku tahu ini adalah turnamen besar buat Jae, dia akan menyalahkan dirinya sendiri kalau sampai dia kalah atau melakukan kesalahan. Aku ga mau itu terjadi, karena Jae udah cukup banyak nyalahin dirinya sendiri.

Pertandingan dimulai dan Jae masuk ke lapangan. Aku bertekad untuk menyadarkan dia kalau aku di sini, aku ada buat dia.

"JAEEEE FIGHTIIINNNGGG!!!"

Yup, aku teriak sekuat tenaga. Bodo amat dilihatin orang, yang pasti aku berhasil membuat Jae noleh dan tersenyum.

Serve dimulai dari Jae. Pertandingan berjalan cukup sengit, skor mereka kejar-kejaran. Aku yang ga ngerti apa-apa soal badminton cuma bisa nonton dan berdoa supaya Jae bisa ngelakuin semua yang dia bisa. Tentunya sambil teriak-teriak. Mataku lagi-lagi terpaku pada Jae, pada gerak-geriknya dan ekspresi fokusnya.

Memang dia kelihatan begajulan dan ga jelas, but when he puts his best effort, don't you ever underestimate him. Dia akan ngelakuin semuanya mati-matian. Tapi, kalau dia bikin kesalahan sedikit aja dia pasti bakal langsung nyalahin diri sendiri.

He always thinks that he's not good enough, which is wrong.

Pada menit-menit terakhir pertandingan, skor Jae tertinggal 3 poin. Muka dia udah frustrasi. Dia ngusap keringet di keningnya, aku tahu dia udah capek banget. Aku juga tahu kalau dia pasti udah merutuki dirinya sendiri karena dia pikir permainan dia jelek.

"JAEEE!! NGAPAIN KAMU MELONGO DI SITU! TANDING WOY!! AWAS GA MENANG!"

Jae noleh dan tersenyum tipis. Ga perlu waktu lama buat Jae menyeimbangkan skor menjadi 19-19. Ga lama kemudian skor sudah mencapai 19-20 untuk Jae. Dia cuma butuh 1 lagi dan dia menang. Aku menangkupkan kedua tanganku, berdoa. Terjadi rally yang cukup sengit (sok jadi komentator ceritanya), lawan beberapa kali smash tapi itu semua bisa ditangkis sama Jae.

Jae melancarkan serangan terakhirnya meskipun dia udah capek banget. Satu kali jump smash dan......... masuk!

Jae langsung terkapar di tanah, kecapekan. Ga lama kemudian dia berdiri dan mengepalkan tinjunya ke atas. Dia lihat aku, dia senyum, dan kemudian mengangkat trofi yang baru aja dia dapet, seakan dia mau teriak.

WOY AKU MENANG

Dia senyum bahagia banget. Aku juga udah mencak-mencak ga karuan di bangku penonton.

Segera setelah dia terima trofi aku langsung cari dia. Aku langsung lari begitu lihat dia yang lagi jalan ke arahku dengan keringat yang udah ga karuan.

"Yow, I did it bro! You see it righ-"

Kalimatnya terhenti ketika aku dengan bodohnya meluk dia. Yup, aku meluk dia dan langsung nyesel udah melakukan itu.

Karena setelahnya, jantungku ga bisa dikontrol. 

Fragile [DAY6 - Jae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang