1.Elvina Calista

892 50 20
                                    


****

kenapa bisa suka sama gua?" pertanyaan sederhana itu membuat gadis bertubuh mungil dan berbibir tipis itu tersenyum santai.

Ia menatap pria jangkung itu,kemudian menatap lekat mata elang yang selalu meneduhkan jiwanya.

"Karna kau orang yang pertama memberiku permen waktu pertama kali aku menangis," Jawab Elvina.

Pria bernama Angga Gavin Bramansa itu tersenyum sinis.

Ia mencoba mengulangi masa silam itu,dimana ia pernah membuat seorang gadis yang sedang menangis bisa tersenyum hanya karna sebuah permen kiss bertuliskan" Don't cry"

Ia menatap gadis berpita dua itu, sesebocah itu sudah berani mengatakan cinta hanya karna sebuah permen, padahal ia dan Elvina masih menduduki baku SMP.

"Gadis bodoh,aku tidak sudi menjadi pacarmu. Sampai aku dewasa nanti pun aku tidak akan mencintai gadis jelek sepertimu"  ucapan menyakitkan itu keluar dari mulut Angga.

Elvina terdiam,pandangannya menunduk,tangannya mengepal erat meremas-remas rok bewarna biru dongker itu.

"Jadi,kalau ingin di cintai sadar diri!" Selesai mengucap kalimat seolah tamparan keras bagi Elvina,Angga langsung berlari meninggalkan Elvina yang kini telah kaku,seluruh badannya terasa mati.

"Suatu saat Angga, kau pasti bisa mencintaiku!!!!"

........

Lima tahun bukan waktu yang singkat bagi Elvina memperjuangkan hati Angga pria yang manis namun sombong dan bersifat ketus, sangat berbeda dengan Elvina gadis yang ceria, hangat dan pantang menyerah.

Kemanapun langkah pria itu selalu ada Elvina yang mengekor,bukan mematai-matainya namun memang begitulah cara Elvina mencintai dan ingin selalu mendekati sang Angga.

Cacian,hinaan,di acuhkan,di tertawakan,di permalukan tak membuat seorang Elvina Calista menyerah. Ia terus mencoba mencairkan hati batu pria itu sampai lunak.

Namun.

Nihil.

Tak mungkin, karna sebelum Elvina datang,Angga memang sudah mencintai seorang gadis yang sampai saat ini membuat pria itu tak ingin membuka hati untuk Elvina.

Lalu,bagaimana perjuangan Elvina? Sia-sia? Atau masih melanjut? Jawabannya terus sama.

-

  Elvina menatap ponselnya nanar,tak mungkin tulisan online di watsApp nya Angga berubah menjadi mengetik. Pesan Elvina mungkin begitu murahan di mata Angga jangankan untuk membalas,membaca pun pria itu ogah.

Elvina menarik nafasnya gusar,apa selamanya ia akan berjuang untuk Angga, rasanya sudah terlalu jauh perjuangannya ini sangat sayang sekali jika ia menyerah dan berhenti.

Ia kembali membuka lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan puisi cinta, namanya begitu indah di sajak puisi itu. Andai pembuat puisi itu Angga bukan Saga.

Saga Anggara, pria yang juga berjuang untuk Elvina, dia pria yang manis, terbuka dan begitu hangat. Dia juga tampan!

Elvina tersenyum membaca puisi Saga, ia tak menyangka ada juga pria yang mencintainya. Jika saja Saga itu Angga,Elvina pasti sudah membalas puisi itu dan semakin mencintai Angga.

Stop.

Dia bukan Angga tapi Saga.

"Langit,boleh saya bercerita? Cintaku menyedihkan,"Lirih Elvina menatap suasana malam di luar kamar jendelanya.

See you AnggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang