2.Pulang sekolah

370 41 11
                                    

*****

Bell pulang sekolah menyeru keras ke seluruh penjuru sekolah, semua siswa dan siswi segera berhamburan keluar kelas menuju parkiran dan gerbang yang kini terbuka lebar di depan sana.

Elvina meringis ketika bahunya di dorong oleh siswa-siswi yang tak sabaran ingin pulang.
Ia menatap Luna yang kini tengah sibuk menelpon pacarnya untuk menjemputnya, pesan yang ia kirim ke Rion untuk segera menjemputnya belum juga di balas.

"El, gua duluan ya!" Ucap Luna.

Elvina mengangguk," Hati-hati Lun,"

"Nanti kalo abang lo udah jemput, sampein salam gua ya," Kekeh Luna.

Elvina menggaguk kemudian mengangkat jempolnya.
Luna tertawa puas kemudian segera berlalu pergi ke parkiran meninggalkan Elvina yang kini tengah sendirian menunggu kakak laki-lakinya itu.

Elvina kembali mengecek ponselnya.

Centang satu, Rion belum membuka pesannya.

Semilir angin menerbangkan rambut panjang Elvina, hembusannya seakan membelai wajah Elvina yang kini bosan sendirian disini.

"Lo ga balik?" Ucapan seseorang berhasil mengejutkan Elvina, ia segera menoleh ke sumber suara.

"Saga?" Dahinya berkerut mendapati pria yang sering memberinya puisi.

"Lagi nungguin Bang Rion?" Tanyanya.

Elvina mengangguk, tak niat membalas ucapan Saga.

"Bareng gua aja Vin," Ucap Saga.

"Gausah, gua tunggu abang gua aja, lo duluan aja gapapa," Tolak Elvina halus.

Saga tersenyum," Kenapasih lo gapernah terimana tawaran gue?" Tanyanya.

"Padahal gua tulus bantu lo,"

Elvina menatap Saga, ia menelan salivanya berat, merasa tak enak melihat ekspresi Saga.

"Bukan gitu, gua cuma-"

"Apa karna gua sayang sama lo, lo jadi ngehindar?"  Sanggah Saga cepat membuat Elvina kegalapan.

"Ga gitu," Sahut Elvina.

Saga tersenyum miris, " Maaf kalo gitu Vin,"

"Gua duluan ya," Pamit Saga kemudian segera menghilang dari pandangan Elvina.

Elvina menghela nafas, ia tahu bagaimana sakitnya perasaan Saga. Jujur, ini di luar kemampuan Elvina hatinya tetap utuh untuk Angga ia tak bisa membagi hatinya untuk siapapun, walaupun Angga yang sampai kini tak pernah menghargainya.

Lima menit setelah kepergian Saga. Segerombolan Angga bersama teman-temannya lewat di depan Elvina, disana ada Doni, Mark, Andi dan juga Angga. Jelas sekali, Angga yang paling tampan disitu.

Elvina mematung, memandangi Angga yang kini tengah tertawa puas menertawai sifat temannya si Doni yang kini tengah sibuk mengerjai Mark, tanpa sadar Elvina tersenyum senang melihat Angga, pria itu benar-benar tampan namun hatinya seperti es batu Dingin dan begitu keras.

"Elvina," Panggil Andi yang kini tengah berdiri di samping Angga. Ya, hanya pria ini yang ramah ke Elvina dikarenakan dia kakak sepupunya Luna teman sekaligus sahabatnya Elvina.

Elvina hanya tersenyum membalas sapaan Andi. Di tatapnya Angga yang kini menatapnya tanpa ekspresi.

"Ngga, cewe lo Ngga," Goda Mark.

Angga tak menanggapi, ia lebih memilih mengeluarkan ponselnya kemudian menatap fokus ke benda pipih itu.

"Kok belom balik El?" Tanya Andi.

"Nungguin Bang Rion, katanya mau jemput," Jawab Elvina, sesekali mencuri pandang ke arah Angga.

"Bareng Angga aja," Usul Andi, mata Angga langsung melotot.

"Ga, gua bareng Putri," Sanggah Angga cepat.

Elvina tersenyum miris.
"Gapapa, nanti abang gua bakalan dateng kok,"

"Eh buset lu, ini cewe sendirian disini. Lu anter ngapa dah Ngga? Si Putri udah balik kok dari tadi," Ucap Mark geram.

"Gapapa kok Mark, gausah maksa gitu," Sahut Elvina yang kini mulai tak enak.

"Nah, dia sendiri gapapa kan? Jadi lu diem deh," Jawab Angga.

Andi menggeleng tak percaya dengan sifat Angga yang setega itu. Sebenarnya ia ingin mengantar gadis ini pulang, namun ada Doni yang sedari pagi merengek ingin di tebengi.

"Bukan gua gamau nganter lu El, cewe gua udah nunggu di depan," Ucap Mark.

"Gua juga ada Doni," Sahut Andi.

"Dan tinggal si kutu hijo ini," Ucap Mark menunjuk Angga yang masih mempertahankan ekspresi datarnya.

Elvina tersenyum tipis.

"Gapapa kok, santai aja," Ucap Elvina.

Angga menghela nafas, kemudian menarik lengan Elvina .

"Ikut gue," Ucapnya datar, semua yang menyaksikan itu melongo tak percaya.

Elvina menutup mulutnya tak percaya, tangannya benar-benar di tarik Angga.
Rasanya begitu senang, seluruh badannya gemetar seperti tengah di sengat listrik.

Segerombolan temannya Angga dengan segera bersiul ria menggoda.
Semua yang tak menyangka kejadian ini bisa terjadi.
Catat, hari ini hari yang paling beruntung bagi Elvina.

******

"Makasih Angga," Ucap Elvina kini telah sampai di depan gerbang rumahnya.

Angga tak menyahut, masih dalam ekspresi datar.

"Mau mampir dulu ga?" Tanya Elvina yang segera dapat serangan tajam dari mata Angga.

"Gausah basa-basi.
Gua cuma kasian sama lo," Sanggah Angga cepat.

Diam, Elvina diam seribu bahasa. Kenapa Angga selalu bersikap ketus padanya, padahal ia hanya mencintai Angga bukankah di cintai itu rasanya menyenangkan?

Suara deruan motor Angga kini telah menghilang perlahan, Elvina tersenyum tipis, ada rasa senang sekaligus sakit menyelinap di dadanya.

Tak pernah ada yang mulus tentang rasa, saat yang kau berikan adalah cinta, yang kau dapatkan justru luka.


***

Big love guys....

See you AnggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang