6.Sampah

239 26 1
                                    


 

***

Angga kini tengah berada di atap sekolah, menikmati kesendirian di tengah-tengah jam pelajaran.
Duduk santai menatap langit yang menyembunyikan sejuta misteri di baliknya.
Angin menerbangkannya ke alam imajinasi, mengingatkan padanya tentang gadis yang selalu mampir di benaknya sejak kemarin lalu.

Bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman, ia ingin bertemu gadis itu kali ini.
Ia ingin melihat mata teduh dengan pipi merah semu setiap matanya beradu pandang.

"Heh," Seorang gadis membuyarkan lamunannya membuat Angga segera menerkam gadis itu dengan tatapan tajam dari mata elangnya.

Putri terkekeh kemudian ikut duduk di samping Angga.

"Orang lagi pada belajar,lah elu sibuk di sini.
Dasar murid kurang hajar," Ucap Putri.

Angga tak mengubris, ia tak butuh Putri kali ini.
Lukanya masih menganga, ia ingin keluar dari zona Putri.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Angga, nadanya begitu tak ramah.

"Mau ngobrol aja," Jawab Putri.

Angga menoleh, di tatapnya Putri begitu datar.

"Ga penting," Ucapnya.

Putri menatap Angga bingung, akhir-akhir ini sifat Angga memang berubah, aneh dari biasanya.

"Lo kenapasih?" Tanya Putri.

"Gue ada salah ya sama lo?" Tanyanya lagi.

"Ga," Jawab Angga singkat, ia tak menatap Putri sama sekali.

"Angga, liat gue," Putri merengek, merasa tak suka di abaikan Angga.

Angga menghela nafas kemudian menatap Putri sejenak lalu membuang pandangannya lagi, menatap wajah Putri membuatnya semakin terluka saja.

Putri mendengus, merasa terasingkan dimata Angga.

"Lo ga asik ah," Umpatnya.

"Kalo gue ga asik ngapain masih disini," Sahut Angga.

Putri menatap tajam Angga, ia benar-benar tak mengerti apa yang membuat Angga seaneh ini.

"Liat gue," Pinta Putri lagi.

Angga tak mengubris.

"Angga ih, liat gue," Rengek Putri lagi.

"Lo bisa ga sih gausah ganggu gue," Sanggah Angga, nadanya meninggi.

Putri terdiam, ia tak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan.

"Gue pengganggu?" Ia mengulang.

Angga menarik rambutnya frustasi, ia membuang pandangannya.
Hatinya kacau, ia tak bisa lama-lama di dekat gadis ini. Ia butuh penenang.

Perlahan Angga melangkah pergi, di tinggalkannya Putri sendiri disana.
Hatinya harus ia selamatkan sekarang, ia butuh Elvina bukan Putri.

See you AnggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang