10. Berjanjilah

195 18 1
                                    

Elvina tersenyum menatap langit kamarnya dengan hati yang begitu damai, bayangan Angga membuatnya kembali terkekeh geli. Entah, untuk kesekian kalinya hatinya membatin kalau Angga benar-benar telah berubah.

"Lo ga takut kalo gue ngebut?" Tanya Angga, di tatapnya wajah Elvina dari spion motornya.

Elvina menggeleng pelan.
"Bang Rion kalo bawa motor juga suka ngebut." Jawab Elvina setengah teriak, agar suaranya jelas di dengar Angga.

Angga menggerutu sebal.
"Kalo abang lo ngebut, lo peluk pinggangnya ga?" Tanya Angga.

"Peluk dong, kalo enggak ya jatoh," Sahut Elvina.

"Lo ga ada niatan mau peluk gue gitu," Ucap Angga membuat Elvina mengulum senyum.

"Emang boleh?" Tanya Elvina.

"Punggung gue bisa masuk angin kalo lo ga peluk," Sahut Angga.

Elvina terkekeh kemudian segera melingkarkan kedua tangannya mendekap punggung Angga kemudian menenggelamkan pandangannya di bahu pria itu.

"Gue wangi kan?" Kekeh Angga.

Elvina tak menjawab, ia terlalu nyaman di bahu Angga.

"Mulai dah kupingnya low-bat," Umpat Angga.

Plak!
Sebuah pukulan keras mendarat di kepala Elvina, membuat lamunan gadis itu buyar kemudian meringis kesakitan.
Di dapatinya Rion yang tengah menatapnya malas karna sudah beberapa kali di panggilnya Elvina tak menyahut.

"Dateng-dateng main pukul aja, sakit tau." Ringis Elvina kesal.

"Ngayal apa lo? Gua panggil-panggil ga nyahut," Sahut Rion.

Elvina terkekeh kecil.
"Iya-iya maaf.
Mau urusan apa dateng ke kamar gua?" Tanya Elvina.

"Gua mau pergi ngecek keadaan cafe, lo mau ikut ga?" Tanya Rion menawarkan.

"Ogah." Jawab Elvina cepat.

"Yaudah gue pergi, jangan lupa kunci pintu.
Papa ga pulang malam ini, katanya ada urusan yang gabisa di tinggalkan," Ucap Rion sembari membuka knop pintu.

Elvina mengangguk paham, kemudian Rion segera berlalu meninggalkannya.

Ting!

[Lo ada waktu sebentar?]

Sebuah pesan tertera dengan nama Saga sebagai pengirimnya, Elvina mengernyitkan dahinya bingung, lalu ia segera membalas pesan itu dengan lincah.

[Kenapa?]

[Mau ngajak keluar sebentar, boleh?]

[ Ok]

Elvina segera beranjak dari kasurnya kemudian segera memakai jaketnya keluar. Akhir-akhir ini ia memang sering mengabaikan Saga, bukan menjauhi hanya saja ia ingin memberi pembatas untuk Saga agar tak berharap lebih kepadanya.

Tak jauh dari rumah, Saga sudah berdiri di depan warung kecil pinggir jalan, menatap kedatangan Elvina dengan tatapan begitu tenang dan datar.

"Sorry lama," Ucap Elvina ketika sampai di depan Saga, Saga hanya mengangguk kecil kemudian mempersilahkan Elvina duduk di sampingnya.

"Mau pesan apa?" Tanya Saga.

"Ga, gua kenyang." Jawab Elvina.

Saga mengangguk kemudian memberikan menu makanannya yang ke pelayan yang tengah berdiri tak jauh darinya.

See you AnggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang