5.Perubahan?

279 27 8
                                    



.....

   Rumah sekolah di buat heboh paska insiden pertengkaran antara Angga dan Andi saling adu otot, semua histeris ketika melihat dua jagoan sekaligus bersahabat itu saling adu tinju. Hampir saja tulang hidung Andi hancur di tinju Angga. Adu otot mereka terhenti ketika pluit Pak Karim menyaring kemudian menyeret dua makhluk itu keruang BP.

Elvina memegang dadanya yang hampir jantungan ketika mendengar kabar mengerikan itu, matanya berkaca-kaca takut terjadi apa-apa dengan Angga.
Banyak yang sibuk bergosip sana-sini menanyakan permasalahan apa yang membuat dua pria bersahabat itu bertengkar.

"Gua mau ketemu Angga Lun," Rengek Elvina sedari tadi menarik-narik lengan Luna yang tengah nikmat memakan baksonya.

Luna menghela nafas.
"Gausah sok peduli El, Angga juga gapeduli sama lo,"

"Tapi gue pengen liat keadaannya," Jawab Elvina sendu.

"Alah, nanti lo bakalan di hina lagi sama Angga," Sahut Luna.

Elvina menatap Luna kesal, selalu berprasangka buruk tentang Angga.

"Kalo lo gamau yaudah biar gue sendiri," Final Elvina.

"Yaudah sono dah," Sahut Luna santai.

Elvina menggerutu dalam hati, kesal mendengar sahutan Luna.
Dengan keberanian dan rasa penasaran yang membuncah Elvina segera berlari mencari sosok Angga.

***

"Lo gila? Kita sahabat Men, kenapa bisa jadi gini sih?" Protes Mark, di tatapnya Angga dan Andi bergantian.

"Kalo namanya sahabat gamungkin nikung sahabatnya sendiri," Sahut Angga yang langsung di terkam tatapan tajam dari Andi.

"Gua ga nikung, Putri yang ngajak gua pacaran," Sahut Andi.

Angga tertawa remeh.
"Lo juga suka kan sama Putri?"

Andi terdiam, tak berani menjawab pertanyaan Angga.

"Banci lo," Umpat Angga.

"Pliss jangan gara-gara cewek kita jadi musuhan gini Men, galucu," Ucap Doni.

Mark manggut-manggut, membenarkan ucapan Doni.

Prang!
Terdengar suara dentingan nyaring dari ujung sudut sana, semua mata segera menatap ke sumber suara.

Elvina menutup mulutnya kuat-kuat, dadanya kembang-kempis menahan nafas. Jangan sampai mereka tau dia disini, Elvina memejamkan matanya berharap ada seseorang yang dapat menyelamatkan nyawanya kali ini.

Sebuah tangan kekar menariknya dari sana, cengkramannya begitu kuat. Elvina mendekik, di tatapnya mata Angga yang tengah tajam menatapnya.

Angga segera menyeret lengan Elvina dari tempat itu, tak perduli banyak pasang mata yang tengah menatap kebersamaan mereka.

Angga menyentakkan lengan Elvina kasar, di tatapnya mata polos itu tajam.

"Lo nguping?" Tanyanya datar.

Elvina segera menggeleng.
"Enggak!"

"Terus ngapain lo disana?" Tanya Angga lagi.

Elvina menelan salivanya, di tatapnya ujung sepatunya. Mata Angga begitu mengerikan kali ini.

"Liat gue," Titah Angga, di angkatnya dagu Elvina pelan.

Mata Elvina beradu pandang menatap mata elang Angga, jantungnya kembali berdegup kencang bahkan lebih kencang dari biasanya.

"Lo jawab gue jujur, lo tadi nguping kan?" Tanya Angga.

"Enggak!" Elak Elvina.

"Jujur," Hentak Angga.

"Gue udah jujur," Sahut Elvina.

Angga menghela nafas kemudian melepaskan dagu Elvina, percuma memaksa gadis ini kalau ia memang telah jujur. Ia hempaskan tubuhnya bersandar di sebuah kursi di bawah pohon yang lumanyan besar.
Hembusan angin menyapu wajah keduanya, menerbangkan rambut panjang Elvina.
Keadaan hening dan sepi, hanya terdengar suara gemuruh riuh angin.

Elvina masih berdiri menatap Angga yang kini memenjamkan matanya menikmati semesta, sebuah lengkungan manis tercipta di sudut bibirnya.
Wajah Angga begitu meneduhkan hatinya.

"Gausah pandangi gue," Ucap Angga, matanya seketika menatap Elvina.

"Gue tau gue emang ganteng," Sambungnya dengan nada datar.

Elvina mengalihkan pandangannya, menyembunyikan pipinya yang sudah memerah.

"Duduk sini," Pinta Angga, di tepuknya kursi di sebelah kanannya.

Elvina menurut lalu segera duduk di samping Angga.

"Tetap disini, temani gue," Lirih Angga, matanya terpejam. Ada hati yang harus ia tenangkan.

Elvina bingung, tak mengerti dengan perubahan sikap Angga, apa yang sebenarnya terjadi? kenapa sosok Angga membuatnya semakin dekat.

"Ga ada yang bisa membuat gua senyaman ini, kecuali lo.
Jadi temani gua sejenak,"

Seketika pipi Elvina merah bak kepeting rebus, ia mengulum senyum kemudian menatap lelaki di sampingnya yang tengah tenang memejamkan matanya.

Kau hebat dalam membuatku tersesat pada pemikiranku sendiri. Menjadi bingung akan semakin mencintai, tapi ingin berhenti sebab kau tak pernah peduli.

***

Big love gaess
Salam: Rhianii

See you AnggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang