13. JADIAN

111 7 0
                                    

.........

"Gua sayang sama lo," Final Angga, membuat     Elvina mematung seketika.

"Gua gamau kehilangan lo," Lirih Angga, nadanya begitu sendu.

" Gua emang payah mencintai cewe kayak lo," Rintihnya lagi, dadanya begitu sesak.

Perlahan kaki Elvina mendekat, di tatapnya wajah Angga dengan seksama.

"Ulangi lagi," Pinta Elvina.

Bibir Angga bergetar,tatapan Elvina benar-benar menggetarkan dadanya.
" Gua sayang sama lo dan gamau kehilangan lo." Ucapnya lagi.

Sebulir bening menumpah ruah di pipi Elvina, yang di dengarnya barusan benar-benar jelas dari mulut Angga. Ia segera mendekap Angga dengan erat. Semesta benar-benar telah mengabulkan keinginannya.

Mendadak Angga melepaskan dekapannya, kemudian dengan intens menatap wajah Elvina, matanya benar-benar menangkap keindahan dari sosok gadis itu, apalagi senyum tipis Elvina yang benar-benar kini membuat jantung Angga tak karuan.

"Ada pertanyaan ga sebelum gue pulang?" Tanya Angga.

Elvina menggeleng pelan, " Ga ada." Jawabnya.

"Yakin?"

"A..ada," Jawab Elvina yang segera di sambuat senyum puas dari Angga.

"Apa? Cepetan!"

" Ki..kita udah ja..jadi..jadian?" Tanya Elvina, bibirnya begitu kelu.

Angga tertawa keras, lalu mengacak rambut gadis itu gemas.
"Ya belomlah goblok, kan gua belom nembak lo,"

Elvina menggerutu sebal.
"Tembak sekarang!" Titah Elvina.

Angga melongo, Elvina benar-benar tipe wanita yang langka.

"Ga harus sekarang. Nembak lo itu harus spesial, ga harus di sini di depan pagar rumah lo," Jawab Angga.

"Bodoamat! Pokoknya tembak sekarang!!!!" Ucap Elvina yang benar-benar membuat Angga takjub tak percaya.

"Gue gamau," Jawab Angga yang langsung di terkam tatapan tajam dari mata Elvina.

"Yaudah kalo gamau, nanti gue bakal suruh Saga nembak gue," Ancam Elvina.

"Eh, gabisa gitu dong!" Balas Angga tak terima.

"Makanya tembak sekarang!"

Angga menggaruk-garuk kepalanya bingung, ia benar-benar belum ada persiapan untuk mengucapkan kalimat sakral itu, nafasnya memburu apalagi melihat Elvina yang sudah tak sabar mendengar kalimat itu dari mulutnya.

"Beneran harus sekarang?" Tanya Angga yang langsung di angguki Elvina.

"Sekarang tanggal berapa?" Tanya Angga.

"25 Agustus," Jawab Elvina cepat.

"Tanggalnya ga cantik El. Cari tanggal cantik aja," Ucap Angga.

"Kan udah ada gue yang cantik," Jawab Elvina enteng.

Angga menghela nafas panjang, di tatapnya mata Elvina dalam-dalam.

"Would you be my girl?"

Seketika senyum Elvina mengembang, seketika air matanya menetes tanpa di undang. Rasanya kali ini ia tengah terkena sengatan listrik membuat ia tak mampu berkata-kata lagi.

"YES!!!!!!!!!!!" Jawab Elvina kegirangan, ia mengibaskan kedua tangannya, pipinya terasa hangat.

Angga tersenyum lega kemudian segera menarik gadis itu kedalam pelukannya.
"Jangan lupa tanggal ini di catet!" Bisik Angga.

Elvina mengeratkan dekapannya, ia benar-benar bahagia malam ini.

" Otak gue udah gerak cepet buat nyatet!" Jawab Elvina membuat garis tipis terbendung di bibir Angga.

"Udah masuk gih! Udah malem," Titah Angga sembari melepas pelukannya.

"Ih masih pengen peluk." Jawab Elvina dengan suara manjanya.

"Gaboleh lama-lama nanti candu." Bisik Angga.

Elvina mengulum senyumnya lalu mengangguk.

"Selamat malam pacar," Kekehnya, bibirnya tak henti-henti tersenyum, begitu juga Angga.

"Selamat malam juga pacar," Jawab Angga membalas ucapan Elvina, entahlah melihat wajah Elvina sebahagia itu membuat ia tak ingin mengalihkan pandangannya bahkan sedetikpun.

*****

  Malam kini telah memperlihatkan sisi tenangnya, semuanya telah senyap, hening bahkan hanya terdengar bisikan angin yang membuai perlahan. Saga tersenyum tipis, ia tidak bisa tidur malam ini, hatinya teriris melihat peristiwa yang harus menyaksikan pujaannya bersama lelaki lain. Harus berapa  kali patah Saga lalui untuk mendapatkan hati Elvina? Tak cukupkah perjuangannya selama ini? Mengapa hati Elvina begitu keras? Mengapa hanya ada Angga yang ada di hatinya? Ini tak adil bagi Saga.

Saga menatap betapa tenangnya bintang di langit sana, bayangan Elvina lagi-lagi meracau pikirannya. Perlahan setetes bening meruah jatuh, Saga berdecak kesal mengapa ia selemah ini, bukankah ini yang inginkan oleh Elvina sejak lalu, bahkan sebelum gadis itu mengenal dirinya. Jadi cobalah untuk tak meruntuhkan kebahagiaan gadis itu, ikhlas.

"Semoga lo bahagia Vin, gua juga pasti bahagia kalo lo bahagia," Batin Saga.

Memori tentang Elvina kini terulas kembali, dimana waktu itu Saga yang dengan antusias mencari alamat rumah gadis itu, dimana ia sering di acuhkan oleh Elvina,dimana ia belajar menulis puisi habis-habisan agar bisa di baca Elvina, dimana ia mati-matian mendapatkan senyum dari bibir tipis Elvina, dimana ia menangis saat Elvina yang menangis mengemis cinta dari pria lain. Rasanya sudah lengkap, rasanya sudah tepat untuk mengakhiri semuanya.

Mundurnya seseorang bukan berarti ia kalah, tapi ia sadar jebakan semesta akan lebih mematikan hatinya jika ia masih menuntut apa yang bukan haknya. Kembali pada hakikatnya, kembali pada tempatnya, dimana pada awalnya kita yang memang tak pernah menjadi satu kata.

Saga Anggara.





***

Maaf banget jarang  updatee, semoga suka ya!
Jangan bosan-bosan, jangan lupa vote terus share ya!
Big love gaesss❤️

See you AnggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang