11. Diabaikan

114 8 0
                                    

  Usai pulang sekolah, terdengar suara gemuruh yang cukup riuh di depan gerbang. Elvina yang tengah menanti Angga di parkiran sedikit heran, di tatapnya Angga yang tengah bercakap-cakap dengan seorang pria yang Elvina tak tau sama sekali.
Elvina mendengus kesal, percakapan Angga dengan pria itu lumanyan lama.

"Ok, gue cabut ya." Ucap Angga, yang segera di angguki pria itu.

"Lama banget!" Ketus Elvina, ia menatap Angga kesal.

"Ada urusan," Jawab Angga sembari menodorkan helm ke Elvina.

"Urusan apa?" Tanya Elvina, tatapannya masih sama.

"Urusan cowok," Jawab Angga singkat.

"Gua ga boleh tau?" Tanya Elvina lagi.

"Ga! Buruan naik!" Titah Angga.

"Beneran gue ga boleh tau?" Tanya Elvina, wajahnya begitu syok.

Angga menghela nafas, di tatapnya wajah gadisnya itu malas.

"Mau naik ga? Kalo enggak biar gua cabut!" Ucap Angga.

Elvina tersentak, kemudian buru-buru memakai helmnya kemudian segera menaiki motor Angga. Tanpa aba-aba Angga segera membawa motornya laju dari perkarangan sekolah.

*****

  Perbincangan Angga dengan seorang pria yang tidak ia kenal tadi siang,benar-benar membuat Elvina penasaran. Mengapa wajah keduanya sangat serius sekali. Elvina menatap langit-langit kamarnya sembari berpikir keras, siapa pria tadi? Dan urusan apa yang sebenarnya yang ingin Angga selesaikan.
Kali ini jiwa kepo Elvina meronta-ronta, segera ia meraih benda pipih di atas nakas lalu menelpon Angga.

Tersambung namun belum terhubung, Elvina menggigit bibirnya pelan, kenapa ia secemas ini, hatinya berkata ada sesuatu yang tidak beres dengan Angga.

Sudah ke 10 kalinya ia menelpon Angga, namun masih saja tidak terhubung. Ya, keputusan untuk pergi mencari Angga menggerogoti hati Elvina, dengan langkah terburu-buru ia ingin segera pergi mencari Angga.

"Mau kemana lo?" Tanya Rion yang kini tengah duduk di depan teras.

"Keluar," Jawab Elvina dengan nafas terburu-buru, tangannya dengan cepat mengikat tali sepatunya.

"Udah tengah malem, masuk aja." Titah Rion.

"Bentar aja, gua pamit." Ucap Elvina lalu segera berlalu dari hadapan Rion.

****

"Happy birthday......" Semua memberi tepuk gemuruh untuk ratu mereka malam ini, yaitu Putri yang saat ini tengah merayakan ulang tahunnya ke 18 tahun.
Angga tersenyum senang, rencananya dari kemarin 100% berhasil. Putri sangat menikmati acara ini, terlihat juga gadis itu benar-benar bahagia.

"Usaha lo bagus," Puji Andi menghampiri Angga yang tengah menatap Putri dari kejauhan.

"Gue seneng kalo liat dia bahagia, itu aja." Jawab Angga dengan tersenyum tipis.

Andi terdiam, di tatapnya pandangan Angga yang tak lepas dari Putri. Hatinya sedikit teriris, Angga benar-benar sangat menyanyangi Putri.

Ting!

Sudah 100 pesan dari Elvina di ponsel Angga, gadis itu benar-benar memiliki kemampuan dalam mengetik pesan. Angga menghela nafas, ia sudah tau Elvina sudah kepanikan karna tak ada kabar darinya.

Kali ini Angga mencoba membiarkan, sikap Elvina yang terkadang membuat Angga sedikit risih, yang harus berkabar 24 jam. Gadis itu tak mengerti,ia juga butuh waktu pribadi yang tak harus Elvina tau.

Namun lagi-lagi ponselnya berdering, Elvina benar-benar mengacaukan hatinya. Dengan gerak cepat, Angga mengangkat telepon dari Elvina.

"Gue sibuk El," Ucap Angga yang langsung to the point, baginya basa-basi itu hanya membuang waktu.

"Sibuk dengan Putri?" Tanya Elvina, suara gadis itu terdengar serak.

"Bukan urusan  lo ah,tidur aja yang bener." Ucap Angga langsung mematikan ponselnya.
Ia tak ingin mendebatkan masalah sepele ini, ini adalah hari kebahagiaan Putri.

Di sisi lain, Elvina tengah meratapi Angga yang kini sibuk memandang wajah Putri di depannya. Hatinya begitu sakit. Sepertinya hari-hari yang ia lalui bersama Angga tidak apa-apanya di hati Angga.
Sembunyi di balik sebuah pohon, berdiri seorang diri meratapi cinta buta yang selama ini membodohinya.
Hatinya begitu sesak, Angga benar-benar pemberi luka yang sempurna.

Elvina kembali pulang, rasanya sia-sia mencari Angga kemari. Pria itu tak pernah perduli, hatinya begitu keras.
Kali ini, biarlah Elvina mengalah menganggap bahwa hatinya baik-baik saja.

Elvina memejamkan matanya kuat-kuat, ia harus melupakan kejadian tadi. Namun tak semudah ia bayangkan, hatinya lagi-lagi teriris, buliran bening itu seketika melimpah ruah,rasanya begitu perih sangat perih.

"Gua di depan."  Sebuah pesan masuk dari Saga Anggara, membuat Elvina segera menyeka air matanya. Lalu dengan cepat ia buka gorden kamarnya, benar saja pria itu sudah berdiri di depan gerbang rumahnya.

Elvina menghela nafas lalu segera berhambur keluar.

Saga tersenyum menatap kedatangan Elvina, baginya jika setiap melihat wajah gadis itu ia seperti mendapat sebuah energi. Yaps, energi cinta.

"Tadi pas gua mau pulang dari rumah temen, tukang sate lewat.  Eh, gua jadi keinget elu." Ucap Saga di iringi tawa renyah, lalu segera menodorkan sebuah plastik putih ke tangan Elvina.

Elvina tersenyum tipis, seorang Saga Anggara memang perlu di beri dua jempol.

"Ngerepotin banget sih," Jawab Elvina.

Saga tertawa, " Gua bahagia kalo lo kenyang,"

Elvina tersenyum lebar, " Makaciiiiiiihhhh."

"Gosah sok imut, nanti gue tambah sayang." Ucap Saga yang langsung di hantam tawa keras Elvina.

"Yaudah, gua cabut ya. Gaenak udah tengah malem," Ucap Saga.

Elvina mengangguk, kemudian Saga segera memasuki mobil mewahnya dan pergi dari perkarangan rumah Elvina.

Elvina tersenyum senang, apalagi mencium aroma sate yang membuatnya segera ingin melahapnya cepat.

"Wah, bakal kenyang nih." Gumam Elvina.

"Elvina," Panggilan suara itu membuat Elvina segera membalikan badan.
Di dapatinya seorang pria yang kini berdiri di depan gerbang dengan membawa seikat bunga di tangannya.

"Angg...gaa.."

********

Huaaaa..
Udah lama banget ga update.
Semoga suka ya.
Kalo ada yang rindu sama cerita ini, koment sebanyak-banyak ya.
Misss you❤️

See you AnggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang