Aku merasa sesuatu di bawahku berguncang. Dengan malas kubuka mata secara perlahan. Langit di luar telah berubah warna menjadi jingga kemerah-merahan. Beberapa barisan pohon sesekali lewat dari balik jendela.Apa jet ini terbang sangat rendah?
Setelah beberapa detik saat seluruh kesadaran mulai terkumpul, kusadari tenyata saat ini aku sedang berada di dalam sebuah mobil, tidak lagi di dalam sebuah pesawat.
Kucubit lagi lenganku untuk memastikan apakah aku sedang bermimpi. Akan tetapi malah mendapatkan reaksi yang sama seperti tadi pagi, rasa sakit akibat cubitan tersebut dan aku tetap juga tak kunjung terbangun.
Semua ini begitu cepat terjadi. Sejak kemunculan seorang pria bernama Leeland di rumahku, hidup normalku berubah seratus delapan puluh derajat. Aksi kaburku yang gagal, pernikahan yang tak pernah aku bayangkan, untuk pertama kalinya menaiki sebuah jet pribadi, kemudian ini.
"Sudah bangun," kata sebuah suara dibelakangku.
Aku segera menolehkan kepala dan—astaga! Ternyata aku bersandar pada tubuh si pria gila. Buru-buru kutegakkan tubuh untuk membebaskan diri.
"Di-di mana kita?" tanyaku sedikit malu karena baru menyadari sumber kehangatan dan rasa nyaman yang kudapati tadi.
"Sebentar lagi sampai," jawabnya datar.
Aku merapatkan diri ke pintu mobil, menjauh sebisaku dari tubuh Leeland yang memancarkan aroma maskulin yang begitu kuat. Membuatku sulit untuk tidak menjatuhkan diri ke dalam pelukannya lagi seperti beberapa saat lalu.
Dari kejauhan, terlihat sebuah mansion berdiri kokoh di antara barisan pepohonan yang mengitarinya. Mobil kami terus berjalan semakin mendekat, melewati pintu gerbang tinggi, halaman yang luas, air mancur, hingga akhirnya berhenti di depan undakan teras pintu utama.
"Ayo turun," ucapnya. Tapi kali ini tidak menarikku lagi seperti sebelumnya.
Aku pun turun dari mobil dengan patuh dan berjalan mengikutinya. Kulihat beberapa pelayan berdiri di depan pintu masuk yang kemudian membungkukkan badan ketika kami berjalan mendekat.
"Selamat datang, Master Michael," sapa seorang perempuan yang kutebak usianya sekitar lima puluhan pada si gila Leeland. "Dan Nyonya...," ucapnya tertahan sambil melihatku.
"Ailee," seru Ronald yang tiba-tiba muncul di belakangku. Aku tidak tahu sejak kapan ia berada di sana.
"Selamat datang, Nyonya Ailee," katanya kemudian.
"Antarkan dia ke kamarnya," perintah pria yang ternyata memiliki nama panggilan Michael itu pada perempuan yang menyambut kedatangan kami tadi.
"Baik, Sir. Lewat sini, Nyonya," perempuan itu menuntunku untuk masuk ke dalam.
Ketika aku baru saja hendak melangkahkan kaki menuju pintu masuk, entah kenapa aku merasa seperti melihat sesuatu atau lebih tepatnya merasakan sesuatu di balik kaca yang ada di lantai dua salah satu sayap rumah ini yang menatap ke arahku. Tatapannya terasa begitu menusuk. Hmm... itu pasti orang lain yang tinggal di mansion ini.
"Perkenalkan nama saya Robinson," perempuan tua itu memperkenalkan diri saat kami berjalan menuju lantai dua. "Saya adalah kepala pelayan disini."
"Senang bertemu Anda, Nyonya Robinson," kataku sopan.
Nyonya Robinson tidak memberi respon apa-apa hingga kami akhirnya berdiri di depan sebuah kamar. "Ini kamar Anda, Nyonya," ucapnya seraya membukakan pintu untukku.
Kulangkahkan kaki masuk ke dalam sebuah ruangan yang sangat besar. Dengan sebuah tempat tidur, meja rias berwarna putih, lemari pakaian, sebuah meja bundar dengan dua buah kursi, dan sebuah rak buku di sisi lainnya. Di sebelah rak buku tersebut terdapat sebuah pintu kecil yang dibaliknya mungkin terdapat sebuah kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geheimnis
RomanceSejak kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan, Ailee Nathaniella Leigh hidup hanya berdua dengan kakak laki-lakinya. Kehilangan sebuah pegangan hidup membuatnya menutup diri dari lingkungan. Mereka hidup dengan biaya pas-pasan dari adik ayahny...