[7] . Terima Kasih

4 1 0
                                    

" Lo kok bisa di sini? "

Redo diam tidak menjawab tangannya masih menggenggam lengan perempuan itu. Dia mengajak Amaya untuk masuk ke dalam mobilnya. Setelah masuk ke dalam mobil Amaya menoleh ke arah dirinya meminta penjelasannya.

" Lo belum jawab pertanyaan gue! " cecar  Amaya geram.

Redo masih diam tidak ingin mengeluarkan suaranya, ia lebih memilih menghidupkan mesinnya dan melajukan mobilnya keluar dari parkiran gedung.

Amaya menyerah tidak ingin mengajak lelaki itu berbicara lagi, ia melirik sekilas pada pakaian lelaki itu. Dia baru menyadari jika Redo memakai pakaian formal malam ini, pikirannya pun langsung tertuju pada gedung yang dia kunjungi tadi.

Amaya kembali menatap sepenuhnya ke arah lelaki itu, sebelum berkata.

" Apa lo juga di undang ke pesta tadi? "

Redo mengangguk cepat tanpa mau menjawab pertanyaan perempuan itu.

" Jawab kek, susah amat apa tinggal jawab! "

" Gue di ajak sama bokap, dan nggak sengaja ketemu sama lo juga cowok tadi. "

Amaya jadi terdiam saat dirinya kembali mendengar sesuatu yang sejak tadi ia tahan untuk tidak di ingatkan lagi. Dia jadi merasa malu pada lelaki di sampingnya ini, bagaimana kalau Redo menyebarkan masalah tadi ke sekolah. Bagaiamana kalau Redo merasa jijik dengannya setelah melihat kejadian tadi.

" Seharusnya lo tendang itu cowok tadi, bukannya malah diam kayak pasrah aja di gituin. " celetuk Redo dengan raut wajah datarnya.

" Apa lo bilang? Gue pasrah aja, lo nggak liat tadi gue berontak! " sahut Amaya marah.

" Nggak tuh, gue liatnya lo pasrah gitu. "

Amaya menganga tidak percaya pada apa yang telah lelaki itu katakan padanya.

" Gue nggak serendah itu ya... " temannya dengan nada getir.

Redo diam tidak menoleh ke arah perempuan di sampingnya ia terus melihat ke depan. Dia tahu perempuan itu berontak, namun entah kenapa mulutnya berkata lain.

" Turunin gue di sini! "

Redo menoleh sekilas pada perempuan itu kemudian mengabaikan perkataannya.

" TURUNIN GUE DI SINI!! "

Teriakkan itu berhasil membuat Redo mengerem mendadak membuat tubuh Amaya maju ke depan dan untung saja dia memakai seatbelt kalau tidak ia pasti akan membentur dashboard mobil lelaki itu.

" Sono turun lo! " usir Redo tanpa menoleh lagi ke arah perempuan itu.

Amaya melengos kemudian membuka pintu mobil lelaki itu keluar dari sana. Dia berdiri di trotoar yang sepi dan hanya beberapa kendaraan yang lewat. Dia mendengus kesal saat mobil di depannya melaju kencang benar-benar meninggalkannya sendirian.

" DASAR COWOK STRES, GILA, DATAR, MATI AJA LO SONO!! " teriakanya keras menatap mobil itu yang kini sudah menjauh.

Amaya menghembuskan nafasnya lelah dia melihat ke arah gaunnya yang sudah kusut dan kakinya yang lecet karena terjatuh tadi. Dia duduk di atas trotoar melepas sepatunya, ia mengusap lengannya yang tidak tertutupi apa pun karena ia hanya memakai gaun tanpa lengan. Dia kedinginan saat angin berhembus kencang menyentuh kulit lengannya.

Amaya ingin menangis rasanya saat ia tahu keadaannya seperti ini. Dia benar-benar tidak tahu harus kemana, kendaraan sudah tidak ada yang lewat dan sekarang sudah jam 11 malam, ia ingin menghubungi Papa nya namun ponselnya tertinggal di kamar.

" Ayo pulang! "

Amaya tersentak saat merasakan sesuatu menimpa bahu dan punggungnya, ia melihat ke arah bahunya menemukan sebuah jas sudah tersampir di sana.

Dia mendongak ingin melihat siapa yang telah meletakkan jas tersebut.

" Lo! " teriaknya terkejut melihat lelaki yang telah meninggalkannya tadi sekarang sudah berada di sampingnya lagi.

" Ayo masuk! " perintah Redo ketus membuka pintu mobil untuk perempuan itu.

Amaya masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya, dia bingung kenapa tidak mendengar suara mobil lelaki itu tadi. Dia juga bingung kenapa lelaki itu balik lagi.

" Buruan lo mau gue tinggal beneran ya?! "

" Isss.....gue itu kaget tau, kok lo bisa ke sini la--

" Udah buruan masuk! "

Amaya mendengus kesal kemudian masuk ke dalam mobil di ikuti oleh Redo yang masuk di pintu sebelahnya.

Amaya melirik lelaki itu entah kenapa dia merasa sedikit canggung berada di dekat lelaki itu. Dia mengalihkan wajahnya ke arah jendela menikmati pemandangan di luar.

Redo melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang, ia tadi tidak benar-benar meninggalkan perempuan itu. Dia berhenti di dekat minimarket untuk membeli minuman, dan kembali lagi ke dekat perempuan itu yang ternyata masih berada di sana, ia pikir Amaya sudah pergi.

" Alamat rumah lo? " tanya Redo cepat.

" Ha? " jawab Amaya menoleh ke arah lelaki itu.

" Alamat rumah lo? "

" Oh...kompleks perumahan Begalvia nomor 31 "

Redo mengangguk kemudian tidak ada lagi percakapan di antara mereka. Amaya sibuk dengan canggungnya dan Redo sibuk dengan menyetirnya.

Setelah hampir setengah jam mereka sampai di depan sebuah rumah bertingkat tiga. Rumah dengan gaya eropa tersebut adalah rumah Amaya.

Amaya menoleh ke arah Redo yang melihat lurus ke depan.

" Gue mau ngucapin..... " jeda Amaya sangat ragu mengucapkan kata tersebut pada lelaki yang selalu di anggapnya musuh tersebut.

" Gue--hmmm--mau--

" Sama-sama! " potong Redo cepat.

Amaya mendengus kesal kemudian memberanikan dirinya menatap Redo.

" Terima kasih..... " katanya tulus.

Redo mengalihkan pandangannya ke arah Amaya kemudian mengangguk.

" Gue juga minta maaf, soal kata-kata gue tadi. " katanya dengan raut wajah menyesal.

Amaya menggerakkan kepalanya mendekati wajah Redo menatap lekat leli itu tepat di matanya.

Redo membelalakkan matanya terkejut melihat tingkah perempuan itu.

" Sorry maaf lo nggak berlaku! " kata Amaya datar kemudian turun dan keluar dari mobil lelaki itu.

Redo hanya bisa menganga melihat itu, dia tidak habis pikir kenapa perempuan itu sangat egois. Dia menyesal telah membantu perempuan itu tadi, seharusnya dia biarkan saja dia bersama lelaki tadi dan seharusnya dia juga meninggalkan perempuan itu di jalan tadi.

" SIALAN ITU CEWEK, AWAS LO AMAYA!! "

****







LAST WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang