MPH - 16 [Is It Love?] ●

228K 7.7K 263
                                    

"Maka biarkan aku melepasnya Tuhan, biarkan aku.... pergi"

   ●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

Aninda tersenyum senang saat melihat Delano datang membawa bunga pesanannya. Menginjak usia kandungannya yang ke 6 bulan ini dirinya sangat ingin mengoleksi banyak bunga. Aninda ingin balkon kamarnya juga pekarangan rumah keluarga Kyle penuh dengan bunga yang dia tanam dengan sepenuh hatinya.

Aninda ingin kelak anaknya yang akan menikmati bunga ini. Jika anaknya sedih anaknya hanya perlu memandang bunga-bunga yang tumbuh dirumah mereka ini agar merasa bahwa Ibunya masih ada, dan jika anaknya bahagia maka anaknya akan tersenyum bahagia jika keluar rumah disambut bunga-bunga ini.

"Ada apa?" Delano memberikan beberapa pot bunga kearah Aninda yang nampaknya tersenyum haru.

"Ah tidak apa-apa. Lano bisakah kamu menggali tanah yang disebelah sana?" Aninda menunjuk tanah yang sudah disiapkan tukang kebun Delano untuk di tanami bunga itu. Delano mengangguk lalu meninggalkan Aninda yang sedang menanam beberapa jenis bunga lainnya.

Aninda cepat-cepat menyeka air matanya supaya Delano tidak mengetahui kenyataan bahwa dirinya sekarang sedang menangis. "Ekhem." Suara orang berdehem itu membuat Aninda berhenti dari kegiatan menanam bunga juga menyeka air matanya.

"Christ!" Aninda segera berdiri lalu membuka pagar rumah mereka. "Bagaimana bisa?"

"Fredi" ucap Christ santai.

Delano berdiri mendekati Aninda juga Christ. Tangannya dirangkulkan pada pinggang Aninda "Ada perlu apa?" Tanya Delano.

"Oh ini aku perlu bertemu calon istriku"

Aninda memukul lengan Christ lalu terkekeh. Ini hari minggu jadi Aninda senang sekali bisa mendapat tamu pada hari berharga ini. Delano mendengus lalu mempersilahkan Christ masuk sedangkan dirinya menutup pagar itu kembali. Pak satpam sedang pulang kampung jadi beginilah keadaannya, Aninda tidak percaya pada satpam lain dan dialah satpam kepercayaan Aninda sekarang.

"Christ tunggu ya aku akan membuatkan Cokelat dingin kesukaanmu!" Aninda berjalan cepat kedapur lalu membuatkan cokelat dingin untuk Christ.

Delano mengikuti Aninda kedapur lalu duduk di meja makan menatap Aninda yang sibuk merebus air panas juga batangan cokelat. "Aku suka cokelat panas" Delano berkata pelan namun masih didengar Aninda.

Aninda berbalik lalu tersenyum "Kalau begitu tunggu saja di sofa bersama Christ. Cokelat panasmu akan datang"

Delano mengangguk lalu berjalan keruangan tengah dimana sang iblis sedang duduk sok suci disana. Jo yang baru pulang membelikan Irene susu kehamilan itu kebingungan melihat Delano yang duduk disamping Christ namun keduanya hanya diam bagaikan patung. "Hei? Ada tamu?" Tegur Joshua ramah.

Christ segera berdiri lalu berjabat tangan pada Joshua. "Saya Christ" ucap Christ ramah "Calon suaminya Aninda". Joshua membulatkan matanya lalu melirik Delano yang mendengus kesal. Waduh ini adiknya gila ya? Mau iklasin istrinya begitu saja ke orang lain?

Irene berjalan mendekati Jo. Kehamilannya yang kini berusia 8 bulan itu membuatnya dilarang Joshua keluar rumah kecuali jika sangat penting dan itupun harus bersamanya. "Jo. Kamu beli pesananku kan?"

"Iya. Sebentar ya aku mau antarkan pesanan istriku dulu" Jo tersenyum kearah Christ lalu berjalan kearah Istrinya yang mendekatinya. "Sayang ayo kekamar, Lano sedang ada tamu"

Irene mengangguk lalu menggenggam tangan Jo. Dirinya sangat manja akhir-akhir ini. Walaupun memang kegugupan menyerang dirinya karena Ini kehamilan pertamanya jadi segalanya masih terasa begitu baru.

My Possesive Husband [OPEN PO KE 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang