Bagian 3 (Bukan Aku Tempatmu Bersandar)

58 7 0
                                    

Ponsel milik Bintang berdering nyaring membuat laki-laki itu terbangun dari tidur siangnya yang baru dua puluh menit. Mata Bintang yang masih setengah mengantuk melihat siapa yang menelpon di tengah tidur siangnya itu,

"Ganggu banget sih, lo.." gerutu Bintang ketika menjawab panggilan masuk tersebut, ia tak akan sungkan berkata demikian karena nama yang tertera di layar ponsel adalah Jojo.

"Di mana lo?" tanya Jojo tanpa sungkan.

"Rumah, hari ini lagi free dan gue pengen bermalas ria." Jawab Bintang dengan suara serak, tenggorokannya terasa kering.

"Gue di depan rumah lo nih," kata Jojo ringan.

Bintang melebarkan matanya, tanpa memutuskan sambungan telepon ia langsung bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar menuju ruang tamu. Dari jendela rumah, Bintang dapat melihat sosok pria berambut klimis dan berkacamata tengah melambai kepadanya dengan ekspresi usil.

"Lo di Jogja? Ngapain?" tanya Bintang masih sambil menelepon.

"Buka dulu pintunya, Dul! Ngabisin kuota aja lo." Sahut Jojo ketus, namun senyum di wajahnya karena berhasil membuat Bintang terkejut tak dapat ia sembunyikan.

Bintang merasa linglung, ia memutuskan sambungan telepon dan membuka pintu untuk Jojo yang merupakan sahabat baiknya sejak SMP.

"Selamat, bro!" seru Jojo, ia menyalami dan memberi tos kepada Bintang meskipun laki-laki itu tak paham maksud dari kedatangannya yang tiba-tiba.

"Buat apaan?"

"Dua hari yang lalu kan lo abis kelar sidang, gue mau ucapin selamat karena temen gue udah nambah gelar master." Jawab Jojo sambil masuk ke dalam rumah tanpa di suruh sang pemilik.

"Jauh-jauh dari Jakarta, lo ke sini cuma buat ucapin gue selamat?"

"Nggak lah. Gue cuma mau numpang nginep semalam, besok ada janji dengan klien dari Jogja. Trus malemnya gue balik lagi ke Jakarta." Cerita Jojo, kini ia sudah dengan santainya berbaring di sofa ruang tamu. Pria itu hanya membawa sebuah ransel yang dilemparnya sembarangan.

Bintang mendengus tak habis pikir melihat tingkah laku sahabatnya. Jojo memang sering menginap di rumah yang ia kontrak sejak pindah ke Jogja untuk meneruskan kuliah. Selain itu Bintang juga bekerja sementara di suatu perusahaan kontraktor yang membutuhkan kemampuannya sebagai seorang arsitek.

"Kayaknya bisnis lo berjalan lancar ya, bulan ini udah 3 kali lo datang tiba-tiba kayak gini." Kata Bintang, ia pun turut duduk di sofa ruang tamu yang tak di tempati Jojo.

"Ngomong-ngomong lo nggak balik ke Jakarta?" tanya Jojo membuka topik pembicaraan baru.

"Nggak, sampe enam bulan ke depan. Masih ada kerjaan yang harus gue selesaikan." Jawab Bintang sambil memejamkan mata, rasa kantuk kembali menyerang laki-laki itu.

"Berarti lo nggak bisa datang ke nikahan Kasih, ya?" tanya Jojo.

Bintang tak langsung menjawab, matanya masih terpejam namun otaknya memikirkan hal lain. Dua bulan yang lalu Jojo pernah menyampaikan berita bahwa Kasih yang merupakan teman terdekatnya di masa SMA telah dilamar oleh seseorang. Saat itu Bintang tak tahu harus menanggapinya seperti apa, karena sejak lulus SMA ia sudah tak pernah berhubungan dengan Kasih.

"Tiga hari lagi kan? Kayaknya nggak bisa. Titip salam aja ya, buat Kasih." Jawab Bintang datar.

"Gue mau nanya boleh?"

"Apaan sih, mau nanya aja pake izin. Lo jadinya kayak mau nembak gue, tau nggak?"

Jojo terkekeh pelan, sudah lama ia ingin bertanya kepada Bintang namun merasa hal itu bukanlah urusannya.

Adakah Bintang untuk Kasih?Where stories live. Discover now