Bagian 2 (Jangan Terlalu Baik)

63 7 0
                                    

Flashback...

Bintang baru saja selesai mengikuti pertemuan bersama anggota eskul basket yang ia geluti di sekolah. Jam tangannya menunjukan pukul 13.30, satu jam lagi ia harus mengikuti bimbingan belajar (bimbel) di tempat kursus yang jaraknya tak jauh dari sekolah. Bintang mendengar suara perutnya keroncongan ketika ia keluar dari kelas, dirinya belum makan siang. Sebelum berangkat ke tempat bimbingan belajar, cowok itu memutuskan untuk mengisi perut di kantin sekolah yang untungnya buka hingga sore. Ia tak akan sempat pulang ke rumah.

Langkah kaki Bintang tiba-tiba terhenti saat ia melihat punggung dari sosok perempuan yang sangat ia kenali duduk di pojok kantin. Rambut panjang yang dikuncir kuda oleh cewek itu membuat Bintang mudah mengenalinya. Cewek itu juga mengenakan seragam putih-abu yang sama dengannya. Tanpa sadar bibir Bintang menyunggingkan senyum tipis.

"Kasih!" panggil Bintang seraya menghampiri cewek berkuncir kuda itu, ia langsung duduk di kursi kosong yang ada di depan Kasih.

"Lho, lo masih di sekolah?" tanya Kasih sambil mengunyah gorengan yang ia beli. Bintang tak langsung menjawab, ia memesan makanan terlebih dahulu kepada pemilik kantin.

"Yup, gue baru selesai rapat sama anak-anak dari eskul basket."

"Ckck, kita udah kelas dua belas dan lo masih aja aktif ikut kegiatan eskul." Decak Kasih tak habis pikir.

"Minggu depan pertandingan terakhir gue kok, setelah itu gue akan lebih fokus belajar buat ujian nasional."

"Oh, ya? Gue perlu nonton nggak?"

Bintang langsung memasang wajah masam mendengar pertanyaan itu, "Ya, iyalah! Masa lo masih pake nanya? Itu pertandingan terakhir gue lho." semprotnya dan Kasih tertawa melihat reaksi Bintang.

Pembicaraan mereka terhenti karena makanan Bintang datang dan cowok itu langsung segera melahapnya, "eh, lo hari ini ikut bimbel nggak?" tanya Bintang dan Kasih mengangguk. Kebetulan Kasih juga mengikuti bimbingan belajar di tempat yang sama dengan Bintang, kadang mereka juga berangkat bersama-sama menuju tempat bimbel.

"Bareng gue aja, ya? Jojo katanya mau berangkat bareng Maya, jadi gue nggak perlu jemput dia."

"Oke deh, tadi Maya juga bilang dia nggak bisa jemput gue."

"Makanya buruan belajar naik motor, jadinya nggak repot dianterin atau minta jemput temen." Ledek Bintang, ia tahu Kasih belum bisa mengendarai motor sendiri.

Wajah Kasih langsung cemberut, "Iyaaa, emang gue lagi belajar kok. Do'ain aja gue bisa dapet SIM minggu depan."

"Serius?" tanya Bintang tak percaya dan dijawab dengan anggukan mantap dari Kasih.

"Wah, nggak seru dong. Gue jadinya nggak bisa bonceng lo lagi."

Kasih mendadak diam mendengar ucapan asal itu. Ia menatap Bintang, namun cowok itu sibuk makan dan tak menyadari maksud dari tatapan Kasih terhadapnya.

Bintang tak mengetahui bahwa ucapan ringannya tersebut berdampak besar pada debaran jantung gadis remaja yang sedang duduk di hadapannya itu. Susah payah Kasih mengendalikan diri agar tak terbawa perasaan, dan ia memaksakan diri untuk kembali bergurau dengan Bintang, "Lo kesepian ya nggak ada temen yang bisa diboncengin?"

"Iya! Sejak Jojo jadian sama sahabat lo tuh, gue jadi ngerasa terbuang. Biasanya ada aja temen yang bisa gue ajak main game. Atau dia nelpon minta gue jemput, terus kita nge-warnet bareng. Sekarang dia lebih sibuk nemenin Maya. Lo nggak ngerasa kesepian sahabat lo jadian sama sepupu lo?" tanya Bintang masih sambil mengunyah.

Kasih tertawa mendengar pengakuan tak terduga Bintang, "Nggak tuh, Maya masih care sama gue. Jojo juga masih sering beliin gue martabak tiap main ke rumah."

Adakah Bintang untuk Kasih?Where stories live. Discover now