......
"Nggak percaya gue, jangan-jangan selama ini lo sengaja nggak ngakuin gue sebagai pacar karena cewek itu, ya?"
"Hubungan kita nggak ada kaitannya dengan Kasih." Jelas Bintang, ia sebenarnya malas untuk membahas hal ini di pagi hari. Niatnya datang pagi untuk menentramkan diri gagal dikarenakan kemunculan Sofia yang tiba-tiba di kelasnya. Ia tak menyangka Sofia sudah tiba di sekolah sepagi itu.
"Trus kenapa lo lebih sering bareng dia dari pada gue? Udah mau dua minggu kita pacaran tapi gue sama sekali nggak pernah dibonceng sama lo, nggak pernah makan bareng di kantin, lo juga nggak pernah nyamperin gue di kelas. Segitunya lo nggak mau ketahuan orang-orang kalau kita pacaran?" Tanya Sofia terdengar seperti tuntutan.
Bintang memutar bola matanya, "dari awal kita ngejalin hubungan, gue udah berkali-kali bilang kalau gue nggak pengen orang lain tahu dan lo udah setuju. Gue nggak suka kalau hubungan kita jadi bahan omongan. Baru juga pacaran seminggu lebih dan lo udah nuntut macem-macem, kalau lo nggak suka ya silahkan putusin gue."
"Kok bisa-bisanya lo ngomong kayak gitu dengan enteng? Lo anggap gue apa??"
"Lo yang minta gue untuk mencoba pacaran dengan lo, dan udah gue turutin. Sekarang lo tahu sendiri kan gimana rasanya jalanin hubungan dengan gue. Udah gue bilang dari awal nggak ada gunanya lo 'mencoba'. Ini yang terjadi kalau suatu hubungan dipaksain."
"Cukup Bintang! Gue nggak mau denger ceramah lo, pokoknya gue belom mau mengakhiri hubungan kita. Gue akan minta Kasih buat jauhin lo!" Kata Sofia tak terima.
"Sekali lagi gue tekankan, jangan libatkan Kasih dengan hubungan kita! Dia nggak tau apa-apa." Intonasi suara Bintang mulai meninggi, membuat Sofia merasa puas karena berhasil memancing emosi Bintang.
Sofia tahu betul hanya Kasih yang Bintang miliki sebagai tempatnya berkeluh kesah. Bintang selalu mengatakan gadis itu hanyalah teman baiknya, Sofia sadar dirinya tak akan bisa menggantikan sosok seperti Kasih untuk Bintang. Maka dari itu ia tidak menyukai keberadaan Kasih.
"Oke, kalau begitu perlakulan gue lebih baik lagi. Jika mau Kasih tetep ada buat lo." Kata Sofia terdengar seperti ancaman.
Bintang mengusap wajahnya, tak habis pikir kini ia malah menerima ancaman dari ratu drama. Hidupnya sudah penuh drama dan kini ia merutuk kebodohannya karena menyetujui untuk mencoba menjalin hubungan dengan Sofia. Niat Bintang ingin memberi gadis itu pelajaran agar tak semakin tertarik dengannya, sialnya ia malah menerima skenario baru dari Sofia. Gadis itu tak menyerah untuk mendapatkan utuh hati seorang Bintang.
"Percuma, gue tetep akan seperti ini dengan lo. Suka nggak suka, lo bisa mutusin sendiri kedepannya mau gimana." Kata Bintang kemudian sambil menatap tajam ke arah Sofia.
Bibir Sofia menyunggingkan senyum sinis, ia tak lagi membalas kata-kata Bintang. Gadis itu segera keluar dari kelas Bintang, meninggalkannya seorang diri.
* * *
"May, lo liat Kasih nggak?" Tanya Bintang ketika jam istirahat tiba. Ia ingin mengajak Kasih untuk ke kantin, namun gadis itu sudah menghilang ntah kemana tepat saat bel istirahat berbunyi.
"Kasih katanya mau istirahat di UKS, dia mau izin untuk pelajaran selanjutnya." Jawab Maya.
"Kasih sakit?" Tanya Bintang lagi.
Maya menggeleng sambil mengangkat bahu, "gue ngga tau. Tapi dari pelajaran pertama dia diem mulu, banyak melamun. Keliatan banget lagi nggak fokus."
"Tuh anak mentang-mentang udah pinter jadi bisa seenaknya aja bolos kayak gitu. Dasar.." Bintang mendumel sendiri, Maya menertawainya.
"Sana gih, coba samperin dia. Kali aja dia mau cerita dengan lo." Saran Maya kemudian.
YOU ARE READING
Adakah Bintang untuk Kasih?
Romance"Aku hanya kehilanganmu, tapi mengapa aku seperti kehilangan sebagian duniaku?" - Bintang - Bagi Bintang, ia sudah tak membutuhkan teman cewek lagi selain Kasih. Cewek pintar pemilik mata coklat gelap itu selalu siap ada untuknya bahkan di saat terb...