Enam titik satu

21.3K 2.6K 76
                                    

Vote dulu lalu baca.
Baca dulu lalu komentar.

***

Keluarga adalah tempat terbaik bagi kita untuk belajar tentang sebuah pengorbanan. Sasha pernah membaca tulisan yang mengatakan; tunjukkan senyum di hadapan orang banyak, tangis di hadapan sahabat, pengorbanan di hadapan keluarga, rasa syukur di hadapan Tuhan.

Keluarga yang baik dimulai dengan cinta, dibangun dengan kasih sayang, dan dipelihara dengan kesetiaan. Karena sejatinya keluarga adalah salah satu hal terpenting yang kita miliki, yang tak akan pernah berubah dan selalu ada ketika dibutuhkan.

Dengan menekan segala ego yang beberapa hari lalu melambung tinggi, Sasha bersama suaminya saat ini tengah duduk bersenda gurau bersama keluarga Abbasy yang lain. Semua anggota keluarga lengkap hadir, termasuk Safira yang menjadi pusat perhatian acara hari itu karena foto testpack bergaris dua yang ia share di group keluarga dua minggu lalu.

"Muntah-muntahnya masih sering, Ra?" Tanya Sahira.

"Masih, Mbak. Kayak kemarin itu sampai lemes banget, nggak sanggup lagi rasanya mau jalan. Alhamdulillah Dirga seharian di rumah kan jadi ada yang jagain."

"Ya wajar sih, trisimester pertama emang begitu. Nikmati aja, nanti masuk trisimester ke-dua udah normal lagi biasanya." Sahira kembali menasihati, tangannya bergerak mengelus perut adiknya yang masih rata itu.

"Aku lho itu dulu hamil Raga nggak ada tanda-tanda sama sekali, mual nggak apalagi muntah, beh jauh, sadar hamil juga itu karena Masmu nanyain 'Yang kok kamu nggak ada darah-darahan sih dua bulan ini?'" Nanda mempraktikkan suara suaminya —Sadagati, kemudian mereka terkikik karena ekspresi wajah Nanda yang terlihat konyol, "Abis itu ya aku mikir, eh iya ya aku kok belum mens. Eh pas ke luar rumah mampir apotek, beli deh testpack ternyata hasilnya dua garis." Nanda tersenyum haru di ujung kalimatnya, matanya memandang jauh seolah membayangkan kejadian itu baru saja terjadi.

"Iya lho, aku inget banget itu dulu Mas Gati sampe nyuruh kumpul dadakan. Mas Lendra sampe pulang lagi ke rumah padahal belom ada sehari di Bali." Safira menimpali cerita Nanda dengan antusias, Sasha yang merupakan anggota baru di Abbasy girls squad hanya bisa menyimak dan ikut tertawa bersama mereka. Sejenak ia melupakan gundah hatinya ketika harus ikut kumpul keluarga.

Sasha buka suara, "Terus, pas hamil si adek kemarin gimana, Mbak Nan? Masih seenak hamil Raga?" tanyanya antusias.

"Hamil Regita kan pas kamu sama Lendra pacaran, kamu liat sendiri gimana manjanya nggak ketolong kemarin itu. Nggak mau jauh dari Masmu, kalau bisa maunya nyungsep aja di ketek dia. Beda banget sama Raga, Regita kemarin masuk empat bulan juga masih muntah-muntah." Sasha ingat ketika waktu itu ia pernah di ajak Sailendra datang ke villa keluarga mereka bahkan sampai menginap kala itu. Nanda akan selalu membuntuti ke mana suaminya melangkah dan merajuk kalau terlalu lama ditinggal sendiri.

Hormon ibu hamil ternyata bisa sedahsyat dan seberubah itu. Anak pertama dan anak kedua yang notaben sumber dan tempat penampungannya sama saja bisa berbeda. Tiba-tiba daya khayal Sasha bekerja, apakah saat ia hamil nanti dia akan semakin manja pada suaminya seperti Nanda atau seperti cerita Sahira sebelumnya yang menyahuti kemanjaan Nanda pada suaminya dengan mengatakan ketika ia mengandung anaknya—Nayfa, ia sangat membenci berdekatan dengan suaminya.

Sejenak Sasha merasakan iri pada saudara-saudaranya yang walau raut wajah dibuat kesal tapi ia tahu mereka gembira mencerita proses kehamilan mereka. Sasha juga ingin seperti itu. Menceritakan bagaimana ia ketika hamil. Andai, lima belas bulan lalu janinnya tak gugur, mungkin saat ini anaknya tengah bermain bersama saudaranya yang lain.

"Coba kalian ceritain masalah hamil begitu, bujukin itu Arisha biar mau hamil lagi. Nikah sudah hampir dua tahun masih belum, setiap ditanya Mas kalian itu mesti bilangnya masih mau pacaran dulu."

THE WAY WE GET BY  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang