Delapan titik dua

21.3K 2.8K 87
                                    

Vote dulu, lalu baca.
Baca dulu, lalu komentar.

***

Sasha dan Sailendra telah menyepakati untuk mencoba program ICSI. Here we go. Kembali menjadi saksi perjuangan pasangan ini.

dr. Shinta telah menginformasikan sebelumnya, jika periode bulanan Sasha telah keluar dan dalam jumlah yang banyak mereka harus segera ke rumah sakit. Artinya itu sudah memenuhi persyaratan bisa dimulainya bayi tabung.

Sailendra berjalan bersisian bersama Sasha bergandengan tangan menuju klinik fertilitas rumah sakit itu. Mereka tiba di sana sekitar pukul sembilan tiga puluh pagi dan Sasha langsung melakukan registrasi. Beberapa saat kemudian ke-duanya dipanggil untuk melakukan cek darah. Sailendra kembali harus melakukan pengecekan sperma dan Sasha kembali harus di USG.

"Nggak apa-apa, ya, Bu. Karena yang di test kan banyak, kita pakai jarum yang besar biar sekali coblos. Tahan ya, Bu..." Suster terus mengajak Sasha berbicara ketika raut tegang terbaca jelas di wajah Sasha.

Setelah Sasha dan Sailendra selesai melewati pengambilan darah, mereka melakukan checkpoint lagi di meja registrasi. Menunggu giliran untuk Sailendra tes sperma dan Sasha tes USG.

Pukul dua siang akhirnya Sasha dipanggil untuk USG pertama. USG pertama ini untuk melihat keadaan sel telurnya. Dokter yang membantu USG Sasha kali ini berbeda dengan beberapa bulan lalu. Kali ini dr. Hendro yang merupakan bagian dari obygn tim bayi tabung di RS ini. Dan selama proses bayi tabung ini, Sasha akan lebih sering bertemu dengan dr. Hendro.

"Yang, balik kantor dulu, ya? Nanti malam kan mau ke sini lagi. Jadi kamu juga ikut ke Panorama aja." Sasha mengangguk dan mengikuti Sailendra berjalan menuju mobil mereka.

"Jarumnya tadi besar banget, Mas. Merinding aku." Ucap Sasha ketika ia dan Sailendra berjalan masuk ke dalam kantor Panorama.

"Tahan ya. Perjalanan kita masih panjang." Sailendra merangkul bahu Sasha dan mengusapnya pelan di sana memberi ketenangan.

"Pasti." Jawab Sasha dan tersenyum.

Malam hari mereka kembali lagi ke rumah sakit untuk mendengar hasil dari pemeriksaan mereka siang tadi. Yang membacakan kali ini adalah dr. Edgar selaku tim ketua dari program bayi tabung rumah sakit itu.

"Dari data yang kita punya sebelumnya, hasil sperma Bapak lebih baik dari bulan sebelumnya. Tetapi, kita masih bisa melakukan proses bayi tabungnya. Sesuai saran yang diberikan dr. Shinta menggunakan jalur ICSI dan saya pun menyarankan demikian. Presentase keberhasilannya lebih besar."

Sasha dan Sailendra mengangguk paham, "Kami ikut mana yang bagusnya saja, dok." Sahut Sasha.

"Oke kita coba ICSI short protocol, ya. Biayanya memang lebih mahal, untuk saat ini perkiraan sekitar 35 sampai 40 juta."

"Iya, dok." Jawab Sailendra.

dr. Edgar membuat coret-coretan untuk program bayi tabung Sasha dan Sailendra. Melalui coret-coretan itu dr. Edgar menjelaskan berbagai tahapan yang harus mereka lalui. Mereka akan memulai program intensifnya setelah mens Sasha pada bulan selanjutnya. Sedangkan untuk saat ini, Sailendra diberikan obat minum dan Sasha harus menerima suntikan di perut selama delapan hari berturut-turut dengan dosis untuk empat hari pertama sebanyak dua ampul.

"Kalau nggak mau repot bulak-balik ke sini. Ibu bisa suntik sendiri di rumah, dalam range waktu yang sama setiap harinya." Ujar perawat yang memberikan suntika Gonal F2 tersebut.

"Eeeggg. Saya ke sini aja, Sus. Nggak berani takut salah prosedur juga hehe." Sasha tertawa pelan yang diikuti senyum ramah sang suster dan mengiyakan perkataannya.

THE WAY WE GET BY  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang