Melva memasuki kelasnya dengan santai. Ia langsung duduk di bangkunya yang terletak di pojok kanan, nomor dua dari depan.
"Lo tau anak baru itu gak?" tanya seorang siswi pada siswi lainnya, yang tengah asik mengobrol tepat di belakang bangku Melva.
"Iya gue tau! Katanya sih tinggi, ganteng pula. Jadi penasaran gue." timpal siswi yang lainnya
"Dia kelas berapa ya? Semoga aja sama ya kayak kita, biar bisa sekelas gitu." ujar siswi satunya.
"Iya. Kan kalau dia sekelas, gue bisa liatin dia tiap saat." ucap lainnya.
"Yaahhh... itu mah maunya lo!" seru siswi lainnya.
"Astaga! Baru juga masuk tuh cowok, udah bikin satu sekolah heboh. Emang, seberapa sih dia?" batin Melva jijik.
Melva melepaskan tas yang sedari tadi masih mengalung di pundaknya, lalu ia mengeluarkan sebuah novel dari tasnya. Novel bergenre romance itu diletakkan di atas mejanya. Ia kemudian mulai membuka
Melva menang tidak suka belajar. Tapi ia sangat suka membaca novel, apalagi yang bergenre romance.
Ia terus membaca novel tersebut. Kata demi kata, kalimat demi kalimat, ia resapi dengan begitu khidmat. Lembar demi lembar pun ia selesaikan, sampai setengah novel itu telah ia baca.
Suara derap kaki menggema di koridor, depan kelas Melva. Seluruh murid yang ada di dalam kelas langsung ricuh, serta berlarian ke tempat duduk mereka masing-masing.
"Good morning!" sapa seorang wanita paruh baya berkacamata yang baru saja memasuki kelas tersebut.
"Good morning Miss Anne!" sahut seluluh murid.
"HARTUTI." celetuk Kenzo, yang ternyata juga berada di kelas itu tanpa rasa bersalah.
Hampir seluruh murid tertawa Terkecuali Melva, yang menganggap itu sama sekali tidak lucu.
"SILENT!!!" teriak Miss Anne, yang merupakan guru yang sedang mengajar dijam itu.
Semua murid pun diam. Miss Anne yang sedari tadi masih berdiri, akhirnya beranjak menuju kursi guru yang terletak di seberang pintu masuk. Ia pun meletakkan buku dan tas di atas meja.
"Loh Miss, kok di sini? Sekarang kan seharusnya fisika, bukan bahasa Inggris. Lagian kan bahasa Inggris pelajaran terakhir." ujar salah satu siswa di sana.
"Iya. Guru fisika sekaligus walikelas kalian, Pak Wahyu sedang berhalangan hadir. Karena saya tidak cukup menguasai pelajaran fisika, akhirnya saya tetap dengan mata pelajaran saya." ujar Miss Anne.
"Yaaahhh Miss. Kenapa gak free class coba?" celetuk Kenzo.
Miss Anne mulai mendekati bangku Kenzo dan menatapnya dengan serius. Kenzo pun dengan spontan menyandarkan tubuhnya di kursi.
"Karena Pak Wahyu itu tahu, apa yang akan dilakukan playboy seperti kamu." ujar Miss Anne.
Murid-murid kembali tertawa, walau kali ini dengan volume lebih kecil.
Di sekolah, Kenzo memanglah dikenal sebagai seorang playboy. Bukan hanya para siswi yang ia rayu dengan gombalan mautnya, bahkan guru-guru perempuan, sampai para penjual perempuan di kantin sekolah juga tak tertinggal. Namun Kenzo masih waras, ia tidak sampai menggoda atau merayu pak guru, atau pak satpam di sekolah.
" SUDAH! Now, buka buku bahasa Inggris halaman seratus dua puluh lima!" suruh Miss Anne, dan para murid langsung merogok buku dari tas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun to the Moon
Teen FictionHIATUS | TAHAP REVISI ***** "Berbeda, namun saling melengkapi" Mungkin jika orang lain yang menulis kisah mereka, orang itu akan menggambarkan mereka seperti dua sisi mata uang. Namun, itu bukanlah mereka. ***** Tanpa matahari, bulan tidak akan bers...