Hari ini sama seperti kemarin, Ryan mengantarkan Melva pergi ke sekolah. Pemuda itu sedang tidak terburu-buru, karena tidak ada mata kuliah untuk hari ini.
"Kak," panggil Melva.
"Apa?" sahut Ryan masih terfokus pada jalanan di depannya.
"Lo kemaren gak jadi ngerjain tugas?"
"Gak jadi," jawab Ryan.
"Kenapa?"
"Randy balik. Emang dasar anak smp,"
"Loh, kok smp?"
"Iya. Sudah makan pulang," jawab Ryan yang memancing senyum kecil adiknya.
Tidak lama setelah itu, mereka telah sampai di depan sekolah Melva. Gadis itu memutuskan untuk turun dari mobil, dan berjalan sendiri memasuki sekolahnya.
Saat sampai di lorong kelasnya, ada teriakan melekik memanggil namanya.
"MELVA!!!" teriak Dinda yang masih berjarak cukup jauh.
Dinda berlari sambil terus memanggil nama itu, sementara Melva sudah menghentikan langkahnya sedari tadi.
"Mel, jangan ke sana!" ucap Dinda dengan menunjuk arah lorong kelas Melva.
"Kenapa? Kelas gue kan ke sana."
"Ya, jangan ke kelas dulu!"
"Kenapa?" tanya Melva lagi.
"Pokoknya jangan!"
Melva tak memerdulikan larangan Dinda tersebut. Ia kini melanjutkan perjalanan menuju kelasnya.
"MELVA JANGAN!!!" larang Dinda dengan kini memegangi lengan Melva.
"Lepasin, Din! Lo kayak anak kecil."
"Gak mau!" tolak Dinda mentah-mentah. "Lo berhenti dulu."
Sekali lagi, Melva tidak memerdulikan satu-satunya teman perempuannya itu. Ia masih terus berjalan, dan mencoba melepaskan Dinda dari lengannya.
"Apa-apaan ini?!" kaget Melva saat melihat kerumunan siswi di depan kelasnya.
"Udah gue bilang, jangan kan?" lirih Dinda.
Melva menghela nafasnya sebal. Ia sangat tidak menyukai hal ini.
"Minggir!!" ucap Melva acuh tak acuh, mencoba menerobos kerumunan di depannya.
"Eeehhh-eeehhh, lo gak boleh masuk dulu!" cegah salah satu siswi yang menjadi bagian kerumunan tersebut.
"Lo gak punya hak ngelarang gue," ketus Melva.
Melva tetap berusaha masuk ke kelasnya, namun ia terus terhimpit hingga jatuh terhempas ke luar dari kerumunan.
Melihat kejadian itu, Dinda denan sigap membantu Melva untuk berdiri.
"Lo gak apa-apa kan, Mel?" tanya Dinda sedikit khawatir.
"Gak," jawab Melva singkat dengan memandang sinis ke arah kerumunan para siswi itu.
"Udah gue bilang kan, jangan ke kelas dulu?!" ucap Dinda mengulangi kalimat yang sempat ia lontarkan.
"Ini kenapa sih?!" tanya Melva tak memerdulikan ucapan Dinda.
Dinda menarik nafasnya panjang. Selama beberapa lama ia tidak menjawab pertanyaan Melva.
"Jawab gue, Dinda!"
"Jadi mereka kumpul di depan kelas lo udah kayak mau demo itu, karena mereka nungguin Zacky dateng." jawab Dinda.
"Astaga!" ucap Melva dengan memegang sekejap pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun to the Moon
Teen FictionHIATUS | TAHAP REVISI ***** "Berbeda, namun saling melengkapi" Mungkin jika orang lain yang menulis kisah mereka, orang itu akan menggambarkan mereka seperti dua sisi mata uang. Namun, itu bukanlah mereka. ***** Tanpa matahari, bulan tidak akan bers...