Lara gak nangis. Tapi hatinya terasa tidak nyaman sama sekali. Saat Jungkook menelponnya, rasanya Lara pengen langsung angkat.
Tapi bagian kecil lainnya memaksa untuk mendiamkan telpon itu.
"Kalau dia telpon sekali lagi baru gue angkat."
Tapi cowok itu gak telpon lagi. Dan Lara merasakan hatinya jadi makin sakit.
Sekarang jam 5 sore dan Lara sedang sendirian di rumahnya, mencuci piring sehabis makan mie goreng dua porsi.
Saat tiba-tiba bel rumahnya berbunyi.
"Iya sebentar." Seru Lara.
Dan cewek itu terdiam begitu melihat Jungkook yang ada di depan pintu rumahnya.
Dengan kaos orange dan celana futsalnya.
Sedang menatapnya dengan mata sendu yang jarang cowok itu perlihatkan.
"Kenapa?" tanya Lara setelah membuka pintu rumahnya.
Separuh hatinya merasa sangat senang dengan keberadaan Jungkook—bahkan hampir ingin memeluk cowok bersurai lembut itu.
Tapi di lain sisi Lara juga merasa amarah yang menggebu-gebu dihatinya.
"Lo gak nangis." Kata Jungkook.
"Kenapa gue harus nangis?"
Jungkook baru akan membalas ucapan Lara saat ceret berisi air yang cewek itu panaskan berbunyi nyaring.
Lara buru-buru masuk, diikuti Jungkook dari belakang.
Setelah mematikan kompor, Lara melanjutkan mencuci piring tanpa menghiraukan Jungkook yang duduk di meja makan sambil memperhatikannya.
"Tadi lo ke lapangan teknik?"
Lara memilih diam.
"Taehyung liat lo, katanya mata lo sembab."
"..."
"Kenapa lo nangis?"
"Gak usah basa-basi lah, Jek." Kata Lara akhirnya. "Udah ngomong aja to the point."
"To the point apa?"
Cewek itu membalik badannya, berusaha berbicara sesantai mungkin. "Lo selingkuh kan? Makanya lo cari-cari alasan buat putus sama gue?"
"Ngomong apa sih?" Jungkook tegak. "Kalau ini tentang yang lo liat tadi pagi di lapangan, lo salah sangka, dia namanya Una..."
"Oh jadi namanya Una. Seneng banget ya lo tadi sama dia?"
"Seneng gimana? Cuman ngomongin barang-barang buat hiking lusa."
Lara melotot. "Jadi lo hiking sama dia? WAH!" Cewek itu mendengus.
"Lo kenapa sih, orang gue gak ada apa-apa sama dia."
"Lo tuh bisa banget ya Jek! Lo marahin gue sampe ngajak gue break karena gue jalan sama Kak Lucas! Padahal lo sendiri ada cewek lain dibelakang gue! Mau janjian pergi bareng lagi! Wah gue salut sama lo!"
"Gue marah karena lo gak nyesel abis jalan sama Lucas!" Jungkook berdiri, menghujam Lara dengan tatapan sedihnya. "Lo berubah, Lar."
"Jadi mau lo apa? Gue nangis-nangis minta maaf ke lo karena abis jalan sama kak Lucas? Jek, gue gak ngerasa salah, gue gak ngapa-ngapain sama dia. Kenapa harus minta maaf?"
"Setidaknya lo jelasin ke gue."
Lara mendengus. "Terus soal lo mau hiking sama si Una ini gimana? Apa lo pernah jelasin ke gue? Oh, apa karena kita udah break lo merasa gak perlu jelasin apa-apa lagi?"
"Jangan bawa-bawa Una. Lo jawab dulu soal Lucas."
Cewek itu menatap Jungkook dengan matanya yang memanas. "Lo egois Jek! Sekarang lo mau lindungin calon pacar lo yang baru itu ya?"
"Lo apaan sih Lar." Jungkook mengacak rambutnya. "Sekarang lo mau apa?"
"Terserah. Lo mau break kan? Silahkan."
"Kalau kamu maunya gitu, oke." Kata Jungkook. "Tapi..."
Lara menatapnya, berharap banyak cowok itu minta maaf dan menyudahi pertengkaran ini.
"...jangan bomb chat gue nanti."
Lara mendengus, sakit hati. "Pasti, memangnya cuman lo cowok di dunia ini yang bisa gue hubungin."
"Mungkin gak, tapi cowok yang mau sama lo, iya cuma gue."
Jungkook tersenyum samar meninggalkan Lara yang sedang kacau dengan hatinya sendiri.
ㅆㅆㅆ
kindly give aing vote dan komen kalau suka sebelum scroll lagi ya muah
KAMU SEDANG MEMBACA
Reset | Jungkook
Fanfiction"Lo mau break kan? Silahkan." "Oke, tapi jangan bomb chat gue nanti." Lara tidak pernah tahu berpisah dengan Jungkook akan membuatnya jadi begitu kacau. Jungkook juga tidak tahu, jauh dari Lara membuatnya tidak bisa tenang.