Gadis Kecil

31 4 2
                                    


Gadis itu berlari-lari di lapangan. Tangannya menggenggam seutas benang dengan layangan rusak diujungnya. Ia tertawa gembira ketika layangannya sedikit terangkat keudara. Tiba-tiba, si gadis kecil mendengar seseorang meneriakkan namanya. Terlihat seorang wanita mengambil layangan dari tangan si gadis kecil dan membuangnya. Wanita itu memarahi si gadis kecil tentang bajunya yang bisa kotor kalau jatuh di lapangan tanah itu. Si gadis kecil Cuma bisa menunduk sambil meng-iyakan perkataan ibunya. Tangan mungilnya sedikit ditarik menuju kedalam sebuah bangunan. Matanya hanya bisa menatap sedih teman-teman seumurannya yang sedang menerbangkan layangan bermotif lucu.

Namanya Dina. Gadis remaja yang cantik dan pintar. Orang bilang, dia sombong. Orang bilang, dia tidak sopan. Dan lebih banyak orang yang bilang dia nakal.

Lima dari tujuh hari dalam seminggu ia harus terikat peraturan sekolah. Memakai seragam rapi, kaus kaki putih dan sepatu hitam. 3 hari dari tujuh hari ia harus pergi ketempat les sepulangnya dari sekolah. Hari Sabtu waktunya bangun lebih siang, datang ke sekolah pukul 9 pagi untuk mengikuti ekstrakurikuler. Lagi-lagi diikat oleh peraturan. Hari Minggu waktunya santai. Bangun siang, makan enak, tidur lagi.

Hari ini Dina bersedih. Pasalnya, nilai matematikanya cuma Sembilan puluh lima. Jadilah ia dimarahi habis-habisan oleh ibunya. Entah apa sebabnya, tapi aku yakin semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

Malam minggu, Dina sedang duduk santai di kasurnya. Menggenggam pensil, memangku buku. Ia sedang memikirkan kelanjutan ceritanya. Lebih baik sang pangeran mati, atau hanya terluka? Pintu kamar terbuka tiba-tiba. Sang ibu masuk lalu bertanya,

"Kenapa kau tidak belajar?".

"Sekarang malam minggu Bu. Aku ingin menulis sedikit saja, setelah itu aku akan berlajar", jawabnya sambil tertunduk lesu.

Ia baru saja mendapat kabar bahwa teman-teman sekelasnya sedang menonton film bersama di bisokop. Dina ingin ikut, tapi ia takut untuk meminta izin kepada ibunya.

"Apa-apaan cerita ini!? Sejak kapan ada naga di dunia ini? Kau hanya buang-buang waktu menulis semua cerita khayalan ini!", Ibu merobek buku tempatnya menulis cerita.

Dina hanya bisa menatap buku itu dengan sedih. Ia tau suatu saat ibunya pasti mengambil buku itu.

Sudah seminggu sejak kejadian ibu merobek buku Dina. Ia tak lagi berani menulis cerita di sebuah buku. Paling, Dina hanya menulis sebait- dua bait puisi di secarik kertas. Berhati-hati agar tidak ketahuan Ibu. Kalau sampai ketahuan... Wuaah, bisa jadi masalah besar.

Hari ini hari kamis. Guru Bahasa di sekolah meminta murid-murid untuk membuat sebuah cerita fiksi yang penuh dengan khayalan. Tebak, siapa yang paling bersemangat untuk melakukan tugas ini? Ya! Dina tentu saja. Jantungnya berdebar-debar. Seakan ia bertemu dengan teman lama yang tak ia jumpa seribu tahun lamanya. Sudah terbayang di kepala Dina. Pulang ke rumah, ganti baju, lalu duduk di depan komputer dan menulis. Menuangkan segala imajinasi hasil pemikiran otaknya yang kretif. Naga? Kuda terbang? Tak masalah. Dina hanya ingin menulis.

Segalanya tak sesuai dengan ekspektasi Dina. Ia pulang hanya untuk mendapat sebuah omelan.

"Dina! Kau kan tahu harusnya kau belajar untuk ulangan minggu depan! Kenapa kau malah menlis cerita abal-abal?", ibu marah.

Dina menangis tak karuan. Ibu tak hanya mengambil komputernya, tapi juga mimpi-mimpinya untuk menjadi penulis dimasa depan. Sebuah tamparan telak menghantam wajahnya. Dina tak tahan lagi. Ia berlari ke luar rumah, menuju rumah neneknya. Hanya untuk menenangkan diri.

Tapi, umur tak ada yang tahu. Niatnya hanya ingin menenangkan diri sementara ternyata Dina malah beristirahat dengan tenang selamanya. Ya, Ia tidak memperhatikan jalan ketika sedang menyebrang jalan menuju rumah neneknnya. Tubuh mungilnya terpental saat dihantam sebuah truk pengangkut ayam. Jiwanya meninggalkan raganya saat itu juga.

Ibu menangis meraung-raung di samping batu nisan anaknya. Ayah hanya bisa mengelus bahu ibu. Ya, ini adalah cerita keluarga yang menyedihkan. Cerita yang tak pernah diharapkan Dina terjadi pada keluarganya.

Hilangnya si Gadis KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang