Tidak suka

115 13 9
                                    

Lisa POV

"LISA!!" teriakan ibu membangunkanku dari mimpi indah semalam. Aku membuka mata dan berjalan malas menuju pintu, benar saja ibu sudah ada didepan dengan pakaian yang mahal membuatku mengerutkan dahi.

"Ada apa bu?" ujarku malas,  ibu menyeretku kedalam dan menyuruhku cepat mandi. Helaan nafas kasar terdengar ketika aku mandi pagi-pagi udah berisik, untung ibu gue ujarku dalam hati. Setelah berpakain simple aku keluar dari kamar mandi super mewah itu,  jujur tidak pernah terbayangkan anak jalanan bisa tinggal dirumah kayak istana Inggris.

Aku berjalan santai melewati ibu, " Lisa temani ibu berbelanja ya?" ujarnya. Aku langsung menggelengkan kepala keras, walau seorang wanita aku tidak terlalu suka berbelanja apalagi memakai pakaian yang kurang bahan, atau apalah itu.

"Kalau gak mau ibu akan potong uang jajan mu!" aku mengusap wajah kasar, mendengar ujar ibu membuarku terpaksa menemaninya berbelanja. 

Senyum manis tersungging dibibir cantik wanita itu,  " Tapi bu,  aku makan dulu ya?" ujarku yang mendapat anggukan dari ibu.
Aku berjalan kemeja makan, setiap pagi aku makan roti, kayak orang luar negeri gituh ( tapi masih enak nasi).

Aku mengoles selai cokelat diroti dengan misis. Hap, roti didepanku hilang "KAKAK!!". ( aku lupa menjelaskan, sebenarnya sebelum aku diadopsi keluarga ini udah mengadopsi anak laki-laki terlebih dahulu,  ia Leno satu tahun lebih tua dariku).

"Balikin roti gue atau-" ujarku terputus.

"Atau lo cium gue" ujarnya menang.  Aku hanya memanyunkan bibir dan kembali membuat roti untuk ku makan.  " Tumben rapih banget hari ini mau kemana?" ujarnya.

Aku tersenyum jahil " Kebbo?" ujarku dengan mulut penuh dengan roti.

Leno mendelik "APA KEBBO!" aku tertawa.

"Keppo,  maksuknya" ujarku menjelaskan.  Leno tersenyum cool,  entah sejak kapan kami akur.

"Makanya kalau makan ditelen dulu baru ngomong" ujarnya. " Btw,  sejak kapan lo suka ke mall?" aku menatap tajam.

"Lo kayaknya salah minum obat deh pagi ini" ujarku mendekati Leno " Tambah soak tuh otak kayaknya." ujarku menjitak Leno.

"Awas lo!!" ujarnya mengejar.  Kami berlari - lari layaknya anak kecil yang berebut mainan. 

"Lisa!" aku mendekat kearah ibu.  " Maaf ibu tidak bisa ke mall hari ini,  sebagai gantinya kamu sama Leno beli yang ibu tulis" ujarnya mencium kening kami. 

" Ibu ada rapat dulu nanti pulangnya malem,  jangan main kemalaman!" perintahnya meninggalkan kami.

Aku tersenyum layaknya seseorang mendapatkan hadiah.  "Ayo pergi!" ujar Leno.

"Kakak aja ya gue ogah!" ujarku berniat kembali kekamar,sebelum Leno menyeretku dan memasukanku kedalam mobil.

Tanpa basa basi ia langsung meninggalkan rumah dengan mobil mewah entah apa merknya. Selama perjalanan kami hanya mendengarkan musik milik Sam Smith.

Keheningan menyelimuti kami,  hanya terdengar alunan musik. Seperti biasa Jakarta macet sesuai
perkiraan membuat kami boring didalam mobil.  "Lis" aku mengangguk.

" Lo gak boring?" ujarnya.  Aku yang dari tadi sibuk dengan hp langsung meletakkan dan memandang kakak lelaki itu.

"Sangat" ujarku protes,  " Lo mah nyetir lemot banget" ejekku.  Leno menjitak keningku. 

" Punya mata dipakek, gak lihat tuh jalan macet" ujarnya kesal.

"Kan udah gue bilang suruh seseorang aja beli,  kita dirumah aja selesai, lo sih mau ribet" Leno menatapku.

" Dirumah gue juga bosen kalik " ujarnya kesal.

Setelah macet cukup lama akhirnya kami bisa melaju dengan cukup cepat.  Setiba dimall aku langsung mengambil keranjang dan mendorongnya " Ini yang mana Lis?" ujarnya dengan menyodorkan dua bahan makanan dengan merk berbeda.

"Yang kanan" ujarku santai kami berkeliling hingga ide jahil terlintas dipikiranku. 

Aku menyeret Leno dan menyuruhnya untuk memegang keranjang dengan wajah yang bingung " Eh,  lo mau kemana?" ujarku berlari.

"Hahahh" tawa Leno lepas.  Aku membawa keranjang yang biasanya dipakai anak-anak ada mobil-mobilannya,  aku menaikinya dan tersenyum melewati Leno.

"Fotoin gue!" ujarku dengan berpose konyol. Banyak pengunjung yang berbisik - bisik melihat kami, banyak dari mereka yang bilang "couple goals banget,  lucu ya mereka,  masa kecil kurang bahagia,  dan lain sebagainya"

Setelah beberapa menit akhirnya kami membayar, mbak-mbak kasirpun tersenyum malu melihat Leno,  aku yang melihat reaksi wanita itu hanya menggelengkan kepala.

Dan ide jahil terlintas dikepalaku. "Sayang,  setelah ini makan yuk!?" ujarku merangkul lengan Leno dengan kedipan mata yang sangat dimengerti lelaki itu. Leno yang membayar langsung tersenyum geli melihatku.

"Iya sayang,  apasih yang gak untuk kamu?" ujarnya membuat mbak kasir itu tersenyum. 

Banyak pengunjung lain yang memuji-muji kami.  Setelah beberapa langkah meninggalkan toko itu ku langsung tertawa. Senyum menghiasi wajah kami yang puas menipu perempuan tadi.

"Lo gila dek!" ujar Leno.

"Jarang-jarang gue rangkul lo," ujarku dengan tawa yang masih melekat. "Huf ... Ayo balik!" ujarku

Leno berjalan mengikutiku menuju parkiran. "Eh, dek lo gak laper?"

Gadis itu menatap Leno dengan mata puppynya. " Apa lo lihat - lihat" ujarnya mengusap wajah tirus gadis itu.

"Laper kak!" ujarnya ngerengek ( seperti anak kecil meminta permen).  Leno yang fokus menyetir terusik karena rengekan adeknya. 

Tangan Leno menjauhkan muka adiknya dan menyuruhnya duduk dengan benar "Iya deh kita ma-" ujarnya terpotong ketika hpnya bergetar.

Ayah : " Cepat pulang!"

Crit... Suara decitan mobil yang kunaiki berdecit. Aku mendelik melihat lelaki disampingku,  wajah panik terpancar dari lelaki itu. Beberapa menit kemudian Leno langsung menggas mobil dan mengendarainya dengan kecepattan tinggi ( rasanya seperti menaiki mobil pembalab-- menakutkan).

"Eh,  kak lo gilak! Ini kenceng banget lo pikir ini jalan nenek lo!?" ujarku ketakutan.

Leno tidak menghiraukan ucapanku " KAKAK LO MAU MATI YA,  NGENDARAINYA KENCENG BANGET!" teriakku membuat Leno mengerem mobil.

Ia menatapku tajam "Lo gilak hah!  Pakek teriak-teriak segala untung gak jalanan sepi!" ujarnya marah.

" Lah, kok situ yang marah. Lo pikir ngedarai mobil kayak gitu ada bagusnya?  Gak" ujarku kesal.

Leno mengusap wajahnya dan mulai mengemdarai mobil dengan kecepatan cukup tinggi.  " Ayah pulang" ujarnya membuatku menegang.

Hai untuk pembaca tolong like dan share ya, jangan malu" komen.

Maaf jika banyak typo atau kurang apalah-apalah tapi aku berjanji (ea...)  untuk cerita ini sampai ending jadi baca terus ya.  Makasih...

By, arfemi25

Black is not TerribleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang