Piece Of Puzzle | Part 28 : Honeymoon [6]

574 62 87
                                    

Warning!!
Di part ini ada sedikit adegan 18+, jadi harap bijak ya.. Kalau enggak suka bisa diskip bagian itunya 😂😂😂

Ketemu lagi aja ini sama Percy 😂😂 kayaknya emang pengen diberesin part honeymoonya 😅

Maafkan ya, kalau bosen, ketemu Percy lagi, Percy lagi 😂😂😅

Salam kenal buat para silent readers dari author manis wkwkwk

Don't copy my story!! Be kreatif 😁

** Happy Reading **

Hampir seharian ini Perceval dan Serena menghabiskan waktu di luar. Mereka pergi ke tempat wisata di kota Bali. Mulai dari Kebun Raya Bali, Tanah Lot, Garuda Wisnu Kencana dan terakhir ke air terjun Gitgit. Serena bukan termasuk orang yang suka sekali di foto layaknya Perceval. Jadi saat mereka pergi ke tempat wisata, yang dilakukan Serena hanya mengabadikan pemandangan yang ada di sana.

"Lelah sekali ...." Serena menghempaskan tubuhnya di sofa, sesaat setelah mereka kembali ke cottage. Waktu hampir menunjukkan pukul lima sore. Sebenarnya ia ingin sekali melihat sunset, tetapi kakinya sudah tak kuat untuk berjalan. Ia ingin beristirahat.

"Aku buatkan hot chocolate, ya?"

"Merci." Serena tersenyum tipis, matanya mengikuti ke mana Perceval melangkah. Ia menopang dagu dengan sebelah tangan, tak lama senyuman tipis tercipta di wajahnya saat Perceval menuangkan beberapa sendok cokelat bubuk ke dalam cangkir. Serena menundukan wajah, sekilas ia tersenyum tipis. Jantungnya berdebar lagi.

Serena kembali mendongak, menatap Perceval yang sedang menuangkan air panas ke dalam cangkir. Perceval sangat perhatian. Wanita mana pun pasti akan dibuat meleleh oleh pria ini. Entah dia memang sangat ahli mengambil hati perempuan, ataukah pria ini memang hanya baik padanya? Serena menghela napas pelan. Mengapa ia jadi memikirkan hal ini?

"Rein." Perceval melangkah mendekati Serena.

Serena mendongak. "Terima kasih." Baru saja ia ingin mengambil hot chocolate dari genggaman Perceval, cokelat panas tersebut malah terlebih dulu mengenai tangan kanannya. "Ah!" pekik Serena dengan suara tertahan.

"Ya Tuhan! Maaf, maafkan aku. Kakiku tergelincir," ucap Perceval panik. Ia menyimpan cangkir yang ia pegang di dekat TV dengan tergesa, lalu mendekati Serena. Perceval menyentuh tangan Serena dengan hati-hati. "Ah, tanganmu memerah. Kemarilah." Perceval menarik Serena ke wastafel. Ia membuka kran, lalu mengalirkan air ke tangan Serena. Rahangnya mengeras. Rasa bersalah nampak begitu jelas di wajahnya.

Serena hanya bisa terdiam. Matanya terus memandang wajah Perceval yang terlihat sangat khawatir. Hatinya kembali menghangat. Pria ini sangat peduli padanya. "Hei, Percy. Aku baik-baik saja. Kalau hanya seperti ini, aku sudah biasa."

Perceval tak menjawab. Ia menutup kran lalu menarik Serena kembali ke sofa dan mendudukannya. Ia berlari ke kamar mandi, lalu mengambil handuk kecil di sana dan salep luka bakar yang disimpan dalam kotak first aid.

Dengan tergesa, Perceval kembali mendekati Serena. Iaberlutut dengan kedua kaki, lalu menepuk-nepuk handuknya perlahan ke tangan Serena guna menghilangkan sisa-sisa air. Setelah kering, ia membuka salep lalu mengoleskannya ke tangan Serena yang memerah secara perlahan. Perceval meniup tangan gadis itu lembut, wajahnya berubah menjadi sendu.

Serena hanya bisa termangu. Matanya terus menatap wajah Perceval. Pria itu mengkhawatirkannya. Satu kenyataan yang memang sudah ia sadari sejak lama, dan itu berhasil membuat wajahnya kembali memanas. Tiap kali pria itu menyentuhnya, tubuhnya selalu saja bereaksi. Serena menatap Perceval dengan lekat. Rahang pria itu kembali mengeras. "Hei ...." Serena mengusap pelan pipi Perceval dengan tangan kirinya, membuat pria itu mau tak mau melihat ke arahnya. "Akhirnya kau menatapku juga." Serena tersenyum tipis. "I'm fine, Percy. Kau tidak perlu khawatir." Serena kembali mengusap pipi pria itu.

Piece Of Puzzle [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang