Piece Of Puzzle | Part 1 - Serena (Revisi)

1.4K 157 164
                                    

Terminal 1 - Bandara Charles de Gaulle. Paris - 04.00 PM

Serena dengan kacamata hitamnya melangkah menuju pintu keluar bandara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Serena dengan kacamata hitamnya melangkah menuju pintu keluar bandara. Ia menarik koper kecil yang hanya berisi beberapa pakaian. Memakai mantel bulu super tebal dengan sepatu boots cokelat, ia terlihat sangat memesona meski Paris saat itu sedang mengalami musim dingin.

"Di mana dia?" Serena menoleh ke kanan dan ke kiri sambil membuka kacamata hitamnya.

"Rein!" teriak laki-laki yang tiba-tiba datang entah dari mana.

"Victor!" Serena setengah berteriak sebelum berlari ke arah Victor.

Laki-laki itu langsung memeluk dan memutar tubuhnya.

Serena tergelak karena perlakuan Victor yang baru saja bertemu dengannya. "Sudah ... kepalaku pusing." Serena menepuk bahu Victor berkali-kali, agar kekasihnya itu menurunkannya.

Victor menurunkan Serena, mereka saling bertatapan begitu dalam. Ia menarik pinggang gadis itu perlahan, kemudian mencium bibirnya lembut. Pria itu melepaskan ciumannya sesaat setelah ia tersenyum hangat kearah Serena.

"I miss you." Victor menempelkan dahi ke arah gadis itu, berharap Serena bisa merasakan kerinduan yang ia rasakan.

"I miss you too, Vic." Serena mengecup bibir Victor sekilas kemudian tersenyum malu.

"Welcome home, Darling. Lets go." Victor menarik koper Serena, sedangkan gadis itu langsung melingkarkan tangan ke tangan kiri Victor.

"Bagaimana pekerjaannya? Apakah menyenangkan?" tanya Victor saat mereka keluar dari bandara menuju mobil BMW 230i M Sport Convertible putih yang di parkir tak jauh dari pintu keluar.

"Yup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yup. Kapan-kapan kau harus ikut bersamaku ke Indonesia. Di sana banyak sekali makanan enak dan orang-orang yang menyenangkan," ucap Serena sebelum masuk ke dalam mobil.

"Next time, oke?"

Serena mengangguk sesaat setelah ia menutup pintu mobil. Pria di sampingnya mulai menjalankan mobil BMW itu secara perlahan, memecah jalanan kota cahaya, Paris. "Vic, bagaimana persiapan pameran lukisanmu?"

Serena menoleh memperhatikan wajah Victor yang sedari tadi terlihat sangat fokus. Entah ia fokus ke jalanan atau memang ada hal lain yang sedang ia pikirkan.

"Berjalan lancar. Hanya tinggal beberapa lukisan lagi."

Serena mengangguk mengerti. Jawaban singkat tanpa basi-basi, itu artinya kekasihnya ini sedang malas bicara. Ia menghela napas pelan.

Victor sebenarnya bisa mendengar desahan napas kekasihnya, tetapi mood-nya saat ini sedang kurang baik. Ada beberapa lukisan yang deadline, dan harus diselesaikan malam ini. Jika bukan karena ia sudah berjanji akan menjemput kekasihnya, ia sama sekali tak akan meninggalkan studio lukis.

Mobil Victor masuk ke sebuah mansion yang gerbangnya memang sudah terbuka sejak tadi. Mansion dengan cat berwarna cokelat muda terlihat menyapa dengan gagah. Taman di samping kiri dan kanan menghiasi mansion yang berukuran memang cukup besar. Beberapa  pelayan telah berjajar, menunggu kehadiran nona mudanya.

"Nona Serena, Anda sudah datang?"

Serena mengangguk pada Norman—assisten ayahnya—kemudian tersenyum hangat sesaat setelah ia keluar dari mobil. Beberapa pelayan dengan sigap mengambil koper dari bagasi mobil Victor.

Serena menghela napas. Ia menyadari Victor sama sekali tak beranjak dari kursinya, bahkan hanya untuk berpamitan saja sepertinya begitu sulit.

"Vic, kau tak mau turun dulu?" Serena menundukkan kepala agar ia bisa melihat Victor lebih jelas. Sedetik kemudian ia menyesali perbuatannya saat menyadari ekspresi yang diperlihatkan kekasihnya itu. Serena sudah terlalu mengenal kekasihnya. Pria itu pasti akan menolak dengan alasan lukisan yang belum diselesaikan.

"Well, aku tidak bisa. Ada lukisan yang harus aku selesaikan."

Rasanya Victor lebih mencintai lukisannya dibandingkan dengan Serena yang notabene adalah kekasihnya. Meski kecewa, Serena tersenyum tipis, mencoba memaklumi.

Mereka sudah berpacaran hampir dua tahun. Awalnya Serena memang penasaran dengan Victor karena sikapnya yang cuek. Namun, setelah menjalin hubungan semua ini tidak lagi menyenangkan. Laki-laki itu kadang bisa bersikap hangat dan perhatian padanya, itupun bisa dihitung dengan jari.

"Baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan." Serena menutup pintu mobilnya dan melambaikan tangan, tetapi balasan yang didapat hanyalah angin lalu. Menyedihkan sekali.

"Di mana Dad?"

Serena mencoba mengalihkan pikirannya, tak ingin hal sekecil itu menganggu mood-nya pagi ini.

"Dia sedang di ruang tengah, sejak tadi dia menunggu anda, Nona."

"Pesawatku delay. Jadi, aku sedikit terlambat." Serena menoleh ke belakang namun pandangannya langsung teralihkan saat suara ayahnya terdengar.

"Little Bunny."

Serena terhenyak kaget saat Frank memeluknya begitu erat. Ia tersenyum tipis, sesaat kemudian membalas pelukan sang ayah.

"Aku juga merindukanmu, Dad."

"Rein ...." Suara khas barithone membuat keduanya melepaskan pelukan.

"Sam ... baru seminggu aku meninggalkanmu, kau semakin tampan saja." Serena mengacak rambut Samuel gemas.

Samuel mendengus. "Kau ini bisa saja. Kemarilah ...."

Samuel menarik tangan Serena kemudian memeluknya erat. Pria ini semakin dewasa saja. Ia tak menyangka, adik kecil manisnya ini sekarang sudah besar. Jika ibunya masih ada, dia pasti akan bangga pada Samuel.

"Kemarilah, Little Bunny, Ayah ingin mengatakan sesuatu."

Frank menepuk kursi di sebelahnya, membuat Serena berdehem sesaat setelah ia melepaskan pelukan Samuel.

"Ada apa, Dad?"

Serena duduk disusul dengan Samuel, keduanya kemudian menoleh dengan tatapan serius. Jika Frank bilang ada sesuatu, itu tandanya memang sangat penting.

"Ini tentang masa depanmu, Little Bunny."

** If you like this story, please comment, vote & share to your friend **

** Thank you **

Piece Of Puzzle [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang