Piece Of Puzze | Part 11 : Mercy

596 77 94
                                    

Halo semuaaanyaaa.. Ketemu lagi sama Fa di sini 😆😆

Maafkan baru sempat update, ini juga ga tau deh part ini bagus apa aneh.. 😂😂😅

Semoga teman-teman semua tetap menikmati dan mengikuti cerita aku ya..

** Happy Reading **

"Mau ke mana?"

"Menghiburmu, tentu saja." Perceval menyeringai, membuat Serena membisu.

Perceval menarik tangan Serena menuju mobil Bugatti hitam yang ia parkir tak jauh dari tempat mereka duduk. Suasana siang itu cukup ramai. Banyak orang yang berlalu-lalang, meski udara masih begitu dingin. Namun, sepertinya orang-orang begitu bersemangat menghabiskan waktu dengan keluarga dan pasangan mereka.

"Lepaskan tanganku, Bennet! Siapa yang bilang aku mau ikut denganmu?!" Serena menghentakan tangannya berharap tangan laki-laki itu bisa terlepas. Namun jangankan terlepas, bergerak se-inchi saja tidak. "Apa yang sebenarnya kau mau?!" geram Serena marah. Ia masih mencoba melepaskan cekalan Perceval, tetapi pria itu hanya menatapnya dengan tatapan kosong.

"Kenapa ... kenapa, kau terus menggangguku?" tanya Serena dengan nada bergetar. Air mata menggenang di sudut matanya. Ia mencoba bersiteguh, bertahan agar laki-laki berengsek di depannya ini tak melihat tangisannya.

Sejak Victor meninggalkannya, dadanya sudah terasa sesak. Ia hanya ingin sendirian saat ini. "Apa kau tak lelah?" tanya Serena pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Perceval. Laki-laki itu terus terdiam. Dia menatap Serena dengan tatapan dalam, yang sungguh sama sekali tak bisa Serena artikan.

Serena mengalihkan pandangan. "Lepaskan ... aku mohon...," rintih Serena hampir putus asa. Ia sudah tak kuat, menahan rasa sesak yang terus menggerogoti dadanya. Namun bukannya terlepas, Perceval malah mengeratkan pegangannya membuat Serena mendongak.

"Ikut aku!" ucap Perceval dingin.

"Kau bodoh atau tuli, hah?!" geram Serena marah. "Aku bilang, lepaskan!!" teriak Serena frustrasi. Ia menghentakkan tangan, membalikkan badan kemudian melangkah pergi. Namun langkahnya malah berbalik, saat tangannya ditarik kembali dengan keras, membuatnya jatuh kedalam pelukan laki-laki itu.

Serena mendorong dada Perceval dengan keras. Memukulnya berkali-kali, tetapi laki-laki itu tak bergeming. Dia tak berbicara sepatah kata pun. Yang dia lakukan hanyalah mempererat pelukannya dan sialnya itu malah membuat tubuh Serena membeku.

Hangat. Ya ... itulah yang ia rasakan saat laki-laki itu memeluknya. Perasaan yang bahkan tak pernah ia dapatkan dari Victor, kekasihnya sendiri. Perasaan yang membuat hatinya tak nyaman, dan ia membenci hal itu.

Hanya sebuah pelukan, dan itu membuat benteng pertahanannya runtuh. Air mata yang sudah Serena tahan, yang sudah ia sembunyikan akhirnya menetes tanpa ia minta. Untuk pertama kalinya di depan orang lain, dihadapan Perceval--laki-laki berengsek yang sangat ia benci--ia menangis. Dadanya semakin sesak saat menyadari kenyataan yang cukup pahit. Kenapa bukan Victor? Kenapa bukan dia yang memeluknya? Kenapa malah pria lain yang ada disampingnya saat ini? Apa cintanya untuk laki-laki itu belum cukup, belum cukup untuk membuat Victor tinggal di sisinya?

Perlahan Serena mengangkat tangan, membalas pelukan Perceval. Ia meremas jaket Perceval dengan keras, berharap rasa sesak di dadanya bisa tersalurkan, atau setidaknya bisa berkurang. Ia lelah. Selama dua tahun ini, ia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk hubungannya dengan Victor. Cinta, kasih sayang, perhatian, pengertian, tetapi yang selalu ia dapat adalah rasa kecewa.

Piece Of Puzzle [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang